Hari Ginjal Sedunia, RSUP Ngoerah Gelar Diskusi ‘Ngusik’
Penyakit Ginjal Kronis Renggut 42 Ribu Jiwa di Indonesia
DENPASAR, NusaBali - Data Kementerian Kesehatan (Kemenkes) RI tahun 2023, angka kematian akibat ginjal kronis di Indonesia mencapai lebih dari 42 ribu jiwa. Bahkan, penyakit ginjal kronis menempati urutan ke-11 penyakit paling mematikan di dunia, dengan angka kematian yang mencapai lebih dari 1,42 juta jiwa.
Hal itu terungkap dalam diskusi ‘Ngobrol untuk Sehat dengan Gaya Asyik (Ngusik) yang digelar Rumah Sakit Umum Pusat (RSUP) Prof Dr dr IGNG Ngoerah, Denpasar, Rabu (13/3). Diskusi digelar dalam rangka Hari Ginjal Sedunia bertema “Kidney Health for All: Advancing Equitable Access to Care and Optimal Medication Practice”, dengan fokus pada upaya pemerataan akses layanan kesehatan ginjal dan praktik pengobatan yang optimal bagi semua kalangan.
Diskusi dimoderatori dr. I Gede Wira Mahadita, SpPD, K-GH, FINASIM, dengan narasumber Dr. dr. Yenny Kandarini, SpPD, K-GH, FINASIM.
Dalam diskusi kemarin, diungkap upaya pencegahan penyakit ginjal kronis, terutama pada populasi yang berisiko, seperti pasien dengan riwayat diabetes, hipertensi, penyakit jantung, dan obesitas. Gaya hidup sehat, pengendalian gula darah dan tekanan darah, serta penggunaan obat-obatan yang terkontrol menjadi kunci utama dalam menjaga kesehatan ginjal.
Menurut dr Yenny, penyakit ginjal menjadi perhatian penting dalam kesehatan masyarakat, terutama mengingat angka kasus penyakit ginjal kronis yang terus meningkat di Indonesia. Indonesia saat ini menghadapi bonus demografi, yang menandakan bahwa sebagian besar penduduknya berada dalam rentang usia produktif. “Namun, ironisnya pada usia sekitar 35 tahun, mulai terlihat peningkatan kasus penyakit ginjal kronis di antara individu yang seharusnya berada pada masa produktif,” ujar dr Yenny.
Kata dr Yenny, prevalensi penyakit ginjal kronis pada usia di atas 15 tahun meningkat dari 2 permil pada tahun 2013 menjadi 3,8 permil pada tahun 2018. “Penyakit ginjal kronis menempati urutan ke-11 kasus penyakit paling mematikan di dunia, dengan angka kematian yang mencapai lebih dari 1,42 juta jiwa,” ujar dr Yenny.
Kata dr Yenny, glomerulonefritis merupakan suatu kondisi radang pada glomerulus ginjal, menjadi salah satu penyebab utama gangguan ginjal yang seringkali tidak disadari secara dini. Gejala penyakit ginjal tidak khas dan seringkali muncul tiba-tiba, seperti bengkak pada kelopak mata dan kaki, peningkatan tekanan darah, dan tanda-tanda kekurangan darah atau anemia. Oleh karena itu, deteksi dini melalui pemeriksaan urin dan darah sangatlah penting untuk mencegah komplikasi lebih lanjut.
Sementara dr. Wira menyatakan, penyakit ginjal tidaklah memiliki ciri-ciri yang khas. Biasanya bisa datang tiba-tiba, jika tidak waspada terhadap gejala dininya. Kata dia air kencing merupakan jendela ginjal. “Seperti kencing sekali-kali dilihat, apakah ada kemerahan atau bercampur dengan darah dan apakah ada berbusa atau berbuih, jika mengalami kondisi tersebut segera konsultasikan ke dokter atau lakukan tes urin. Tes urin kini bisa dilakukan dimana saja, bahkan di level puskesmas juga sudah bisa,” ujar dr Wira.
“Dalam praktek sehari-hari tidak sedikit anak-anak muda usia produktif generasi yang masih muda, saat bekerja tiba-tiba datang dengan keluhan tidak jelas. Hanya lemes, mual-mual, tidak bisa makan, tiba-tiba diperiksa sudah gangguan ginjal. Bahkan gangguan ginjal tahap akhir yang harus segera dilakukan terapi pengganti ginjal seperti cuci darah,” ujar dokter spesialis penyakit dalam dan ahli konsultan ginjal ini.cr79
Diskusi dimoderatori dr. I Gede Wira Mahadita, SpPD, K-GH, FINASIM, dengan narasumber Dr. dr. Yenny Kandarini, SpPD, K-GH, FINASIM.
Dalam diskusi kemarin, diungkap upaya pencegahan penyakit ginjal kronis, terutama pada populasi yang berisiko, seperti pasien dengan riwayat diabetes, hipertensi, penyakit jantung, dan obesitas. Gaya hidup sehat, pengendalian gula darah dan tekanan darah, serta penggunaan obat-obatan yang terkontrol menjadi kunci utama dalam menjaga kesehatan ginjal.
Menurut dr Yenny, penyakit ginjal menjadi perhatian penting dalam kesehatan masyarakat, terutama mengingat angka kasus penyakit ginjal kronis yang terus meningkat di Indonesia. Indonesia saat ini menghadapi bonus demografi, yang menandakan bahwa sebagian besar penduduknya berada dalam rentang usia produktif. “Namun, ironisnya pada usia sekitar 35 tahun, mulai terlihat peningkatan kasus penyakit ginjal kronis di antara individu yang seharusnya berada pada masa produktif,” ujar dr Yenny.
Kata dr Yenny, prevalensi penyakit ginjal kronis pada usia di atas 15 tahun meningkat dari 2 permil pada tahun 2013 menjadi 3,8 permil pada tahun 2018. “Penyakit ginjal kronis menempati urutan ke-11 kasus penyakit paling mematikan di dunia, dengan angka kematian yang mencapai lebih dari 1,42 juta jiwa,” ujar dr Yenny.
Kata dr Yenny, glomerulonefritis merupakan suatu kondisi radang pada glomerulus ginjal, menjadi salah satu penyebab utama gangguan ginjal yang seringkali tidak disadari secara dini. Gejala penyakit ginjal tidak khas dan seringkali muncul tiba-tiba, seperti bengkak pada kelopak mata dan kaki, peningkatan tekanan darah, dan tanda-tanda kekurangan darah atau anemia. Oleh karena itu, deteksi dini melalui pemeriksaan urin dan darah sangatlah penting untuk mencegah komplikasi lebih lanjut.
Sementara dr. Wira menyatakan, penyakit ginjal tidaklah memiliki ciri-ciri yang khas. Biasanya bisa datang tiba-tiba, jika tidak waspada terhadap gejala dininya. Kata dia air kencing merupakan jendela ginjal. “Seperti kencing sekali-kali dilihat, apakah ada kemerahan atau bercampur dengan darah dan apakah ada berbusa atau berbuih, jika mengalami kondisi tersebut segera konsultasikan ke dokter atau lakukan tes urin. Tes urin kini bisa dilakukan dimana saja, bahkan di level puskesmas juga sudah bisa,” ujar dr Wira.
“Dalam praktek sehari-hari tidak sedikit anak-anak muda usia produktif generasi yang masih muda, saat bekerja tiba-tiba datang dengan keluhan tidak jelas. Hanya lemes, mual-mual, tidak bisa makan, tiba-tiba diperiksa sudah gangguan ginjal. Bahkan gangguan ginjal tahap akhir yang harus segera dilakukan terapi pengganti ginjal seperti cuci darah,” ujar dokter spesialis penyakit dalam dan ahli konsultan ginjal ini.cr79
1
Komentar