GPEI Genjot Ekspor Komoditas Unggulan Bali
DENPASAR, NusaBali - Gabungan Pengusaha Ekspor-Impor (GPEI) Bali menyatakan kesiapannya bekerja keras menggenjot ekspor komoditas unggulan Bali. Antara lain produk-produk perikanan, pertanian, kerajinan dan yang lainnya.
Terkait itu, pemerintah juga diharapkan bisa mendukung, memfasilitasi usaha untuk menggenjot ekspor Bali tersebut. Contohnya membantu mempromosikan produk-produk unggulan Bali ke mancanegara, melalui pameran-pameran internasional.
“Kami siap berjuang dengan teman-teman eksportir untuk meningkatkan ekspor untuk devisa,” ujar Ketua GPEI Bali I Ketut Darma Siadja, Jumat (15/3).
Menurut pengusaha handicraft asal Desa Mas, Kecamatan Ubud, Gianyar, ini Bali memiliki komoditas andalan yang tetap potensial ditingkatkan peluang pemasarannya di mancanegara. Salah satunya adalah aneka produk kerajinan. Di antaranya yang banyak dilakoni warga adalah kerajinan kayu dengan berbagai bentuk produk, mulai dari ukir-ukiran, pop art, meubeler dan produk turunannya. “Itu salah satu yang tetap menjadi andalan kita,” ujar pria yang juga Ketua Asosiasi Produsen dan Eksportir Handicraft Indonesia (Apsehi) Bali ini.
Menurut Darma Siadja, Eropa dan Amerika Serikat merupakan pasar utama produk-produk handicraft Bali. Meski secara global, kondisi perekonomian di negara-negara Eropa dan Amerika Serikat sedang slow, namun peluang pasar masih terbuka. “Selain nanti bersama teman-teman tentunya kita akan terus mencari dan menemukan pasar-pasar baru,” katanya.
Selain produk kerajinan, produk perikanan, pertanian juga akan terus diusahakan bisa meningkat pemasarannya. “Ikan seperti tuna itu kan potensi ekspor Bali juga. Demikian juga dengan buah-buahan,” lanjutnya.
Untuk itulah, kata Darma Siadja, pemerintah diharapkan bisa membantu memfasilitasi atau menjembatani dengan pihak terkait terhadap persoalan-persoalan yang dihadapi pelaku usaha ekspor-impor. Contohnya membantu pameran produk-produk Bali di luar negeri. “Itu salah satu yang kami harapkan dari pemerintah,” ucapnya.
Selain itu, pemerintah diminta meningkatkan sosialisasi regulasi-regulasi yang bertalian dengan ekspor. Contohnya Sistem Informasi Legalitas dan Kelestarian (SILK).
Menurutnya, lambannya sosialisasi regulasi-regulasi tersebut juga menjadi kendala bagi produsen di lapangan. Yang lain, kebijakan penurunan suku bunga bank. “Kalau bisa 6 persen ke bawah per tahun,” harapnya.
Sebelumnya data sementara di Dinas Perdagangan dan Perindutrian Provinsi Bali, nilai ekspor Januari-Februari 2024 sebesar 20.011.450,31 dolar AS. Komoditas ekspor Bali dipilah menjadi 4 kelompok, yakni kelompok hasil industri dengan nilai ekspor produk industri 9.771.522,29 dolar AS. Selanjutnya kelompok kerajinan, nilai ekspornya pada Januari-Februari 2024 sebesar 8.990.123,40 dolar AS.
Kelompok ketiga adalah ekspor hasil perkebunan, nilainya 12.100 dolar AS pada Januari-Februari 2024. Kemudian kelompok komoditas keempat, adalah ekspor produk pertanian, nilai ekspor sementara produk pertanian Januari-Februari 2024 mencapai 1.062.200,62 dolar AS. 7 k17
Komentar