nusabali

Diyakini Bertuah, Warga Bikin Bak Penampungan

  • www.nusabali.com-diyakini-bertuah-warga-bikin-bak-penampungan

Warga meyakini air kelebutan itu bertuah sebagai panglukatan, karena muncul bertepatan dengan rahinan Purnama pada Saniscara Wage Prangbakat, Sabtu (8/7). Kini air tersebut sedang diteliti di laboratorium untuk mengetahui kandungan kimia dan mikrobilogi.

Air Kelebutan Muncul dari Bawah Pohon Kamboja di PPI Sangsit, Kecamatan Sawan, Buleleng


SINGARAJA, NusaBali
Air kelebutan tiba-tiba muncul dari bawah pohon bunga kamboja, di areal Pangkalan Pendaratan Ikan (PPI) Desa Sangsit, Kecamatan Sawan, Kabupaten Buleleng. Warga setempat meyakini air tersebut bertuah sebagai panglukatan (pembersihan jiwa raga secara niskala, Red). Keyakinan itu didasari atas kemunculan air bawah tanah yang bertepatan dengan bulan Purnama pada Saniscara Wage Prangbakat, Sabtu (8/7) lalu.

Warga pun menjaga kesakralan air kelebutan itu dengan membuat bak penampungan air yang berisi pipa. Sehingga warga yang memohon air kelebutan itu cukup mengambil dari lubang pipa.

Kelian Desa Pakraman Sangsit Dauh Yeh, Desa Sangsit, I Made Subakti yang ditemui, Sabtu (29/7), menuturkan, kemunculan air kelebutan ini pertama kali diketahui oleh karyawan sebuah perusahaan tambak udang yang berkantor di areal PPI Sangsit, bernama Kadek Sudiarta. Kala itu, Sudiarta hendak menghaturkan canang di areal kantor, karena bertepatan dengan Rahinan Purnama. Sudiarta menghanturkan canang pada sore hari, sekitar pukul 16.00 Wita. Saat memasuki areal kantor, Sudiarta melihat areal kantornya tergenang air. Kala itu, Sudiarta sempat berfikir ada keran air bersih yang bocor. Namun setelah diperiksa, tidak ada satu pun keran air bersih yang bocor. Sudiarta kemudian mencari sumber air yang menggenang di areal kantornya. Dia pun curiga, sumber air berasal dari bawah tanaman pohon bunga kamboja karena areal itu cukup basah. Tanaman pohon bunga kamboja itu berada dekat tembok panyengker sisi selatan dari areal PPI yang dijadikan sebagai taman penghijauan. Taman ini berjarak sekitar 25 meter dari kantor Sudiar
ta. Sedangkan areal PPI di sisi utara-nya hampir seluruhnya diaspal karena sebagai areal parkir dan juga ada SPBU yang tidak beroperasi.

Nah, karena curiga areal itu cukup basah oleh air mengalir, batang pohon kamboja itu pun dicabut. Begitu dicabut, ternyata air bertambah deras keluar dari bawah tanah.

Informasi kemunculan air tersebut langsung menyebar dari mulut ke mulut. Warga setempat meyakini air yang muncul dari bawah tanah itu sebagai panglukatan, karena kemunculannya bertepatan dengan rahinan Purnama. Selain itu, wilayah tempat kemunculan air, dulunya diyakini tenget (angker). “Kemunculan air kelebutan itu langsung menyebar. Besoknya warga sudah ramai datang untuk mengambil air,” tutur Subakti.   

Masih kata Subakti, dulunya areal PPI Sangsit berupa rawa-rawa, sehingga kawasan itu sangat jarang dikunjungi. Kawasan itu juga dikenal tenget, karena daerah itu hanya berjarak 100 meter dari Pura Bulakan. Seiring perjalanan waktu, daerah yang dulunya masih rawa, kemudian dijadikan areal PPI.

“Kemunculan air kelebutan di pesisi (pesisir pantai) ini sangat langka. Apalagi rasanya tawar, tidak asin. Jadi air yang muncul itu diyakini berkhasiat untuk penyembuhan segala penyakit. Biasanya untuk panglukatan,” katanya.

Menyusul keyakinan tersebut, warga setempat telah menjaga kesakralan air kelebutan itu dengan membuat bak penampungan yang berisi pipa. Sehingga warga yang berniat mengambil air kelebutan itu tidak bersentuhan langsung dengan sumber air. Warga cukup mengambil air dari lubang pipa. Warga yang mengambil air juga terlihat membawa canang yang dihaturkan di dekat sumber air kelebutan, sebagai ucapan permohonan dan ucapan puji syukur. “Kami percaya, bahwa air ini bisa menyembuhkan penyakit, makanya saya ikut ambil air ke sini,” ujar Ketut Sutana, seorang warga yang tengah ambil air.

Akibat banyak warga yang memanfaatkan air kelebutan tersebut, aparat desa dan para tokoh mohon pada pihak Dinas Kesehatan mengecek kandungan air tersebut. Petugas Sanitasi Lingkungan Puskesmas Sawan II Gede Alit Sukarsana menjelaskan dari kasat mata, air memang terlihat jernih. Namun, pihaknya belum bisa memberikan kepastian karena sampel air masih diteliti oleh Dinas Kesehatan (Dinkes) Buleleng. “Kami sudah ambil sampel airnya sebanyak satu botol untuk diteliti di laboratorium air. Kalau hasilnya, mohon bersabar dulu,” katanya.

Penelitian terhadap air itu untuk mengetahui kandungan kimia dan mikrobilogi yang ada dalam air tersebut. Sehingga dapat diketahui apakah air dari sumber tersebut layak untuk dikonsumsi atau tidak. “Melihat kondisi air memang jernih, tawar, dan tidak berbau. Namun, sangat riskan jika dikonsumsi langsung. Ya, biar aman, dimasak terlebih dahulu. Kita kan belum mengetahui, kadar zat kimia juga mikrobiologi air itu,” imbuh Sukarsana. *k19

Komentar