Saluran Air Segera Dinormalisasi
Picu Langganan Banjir di kawasan Lovina
Banjir yang terjadi tahun ini merupakan banjir terparah. Sebab tinggi banjir sampai sedada orang dewasa.
SINGARAJA, NusaBali
Dampak bencana banjir di Desa Kalibukbuk, Kecamatan/Kabupaten Buleleng sudah menjadi langganan setiap musim hujan. Terakhir pada Sabtu (9/3) lalu, di kawasan jantung wisata Lovina ini 72 KK warga rumahnya terendam banjir. Bencana alam di tengah cuaca ekstrem itu terjadi karena saluran drainase tidak berfungsi maksimal akibat pendangkalan.
Penjabat (Pj) Bupati Buleleng, bersama Forkopimda dan instansi terkait menyerahkan bantuan kepada korban dampak bencana Minggu (17/3) kemarin. Banjir menggenangi 60 KK warga yang bermukim di Jalan Damai, Desa Kalibukbuk, serta 12 KK warga yang mukim di pesisir Pantai Celuk Buluh, Desa Kalibukbuk.
Seorang korban dampak bencana, Made Bawa mengatakan, banjir yang terjadi tahun ini merupakan banjir terparah. Sebab tinggi banjir sampai sedada orang dewasa. "Hampir setiap tahun kena banjir. Tahun kemarin (2023) banjir lumpur, tapi tahun ini paling parah di halaman rumah sampai setinggi dada, " ucap Bawa.
Perbekel Kalibukbuk, Ketut Suka mengungkapkan, banjir yang semakin sering terjadi saat musim hujan menjadi kekhawatiran tersendiri. Selain merugikan warganya, bencana jika tidak ditangani secara tuntas akan berdampak pada citra pariwisata Lovina. "Kami harap pemerintah kabupaten ada upaya-upaya untuk menuntaskan masalah ini,” harap Suka.
Sementara itu, Penjabat (Pj) Bupati Buleleng Ketut Lihadnyana berjani akan segera menindaklanjuti bencana banjir tersebut. Rombongan pejabat yang sempat mengecek saluran drainase menemukan penyebab utama banjir di kawasan Lovina ini. Yakni pada saluran air yang ada di Jalan Damai, Gang Padma. Saluran air yang ada di perbatasan antara Desa Kalibukbuk dengan Desa Kayuputih, Kecamatan Sukasada Buleleng.
Menurutnya, saluran air yang kurang memadai, karena pendangkalan yang terjadi sangat parah. Saluran air yang tidak berfungsi. Maksimal ini membuat air hujan dengan intensitas deras cepat meluap. Kondisi diperparah dengan pesatnya pembangunan di kawasan hulu. Sehingga daerah resapan juga berkurang.
"Besok (hari ini) kita akan turunkan alat berat dulu agar saluran airnya normal dulu. Masyarakat di hilir juga jangan membuang sampah sembarangan. Apalagi sampahnya potongan kayu yang bisa menyumbat saluran air, " kata Lihadnyana.
Dia juga menginstruksikan Dinas Pekerjaan Umum dan Tata Ruang (PUTR) mendatangkan Balai Wilayah Sungai (BWS) Bali Penida dan Balai Besar Pelaksana Jalan Nasional (BBPJN) Jawa Timur dan Bali, untuk menuntaskan masalah tersebut. Sebab perbaikan tidak bisa hanya dilakukan dengan pengerukan dan normalisasi saluran air di hulu. Tetapi juga saluran drainase di hilir yakni di sepanjang Jalan Nasional Singaraja-Gilimanuk juga harus dituntaskan.
"Harapannya ini bencana terakhir, agar masyarakat di sini tidak terus menderita. Saluran air yang ada semakin ke hilir semakin sempit ini perlu penanganan jangka panjang, " papar pejabat asal Desa Kekeran, Kecamatan Busungbiu, Buleleng ini.7 k23
Dampak bencana banjir di Desa Kalibukbuk, Kecamatan/Kabupaten Buleleng sudah menjadi langganan setiap musim hujan. Terakhir pada Sabtu (9/3) lalu, di kawasan jantung wisata Lovina ini 72 KK warga rumahnya terendam banjir. Bencana alam di tengah cuaca ekstrem itu terjadi karena saluran drainase tidak berfungsi maksimal akibat pendangkalan.
Penjabat (Pj) Bupati Buleleng, bersama Forkopimda dan instansi terkait menyerahkan bantuan kepada korban dampak bencana Minggu (17/3) kemarin. Banjir menggenangi 60 KK warga yang bermukim di Jalan Damai, Desa Kalibukbuk, serta 12 KK warga yang mukim di pesisir Pantai Celuk Buluh, Desa Kalibukbuk.
Seorang korban dampak bencana, Made Bawa mengatakan, banjir yang terjadi tahun ini merupakan banjir terparah. Sebab tinggi banjir sampai sedada orang dewasa. "Hampir setiap tahun kena banjir. Tahun kemarin (2023) banjir lumpur, tapi tahun ini paling parah di halaman rumah sampai setinggi dada, " ucap Bawa.
Perbekel Kalibukbuk, Ketut Suka mengungkapkan, banjir yang semakin sering terjadi saat musim hujan menjadi kekhawatiran tersendiri. Selain merugikan warganya, bencana jika tidak ditangani secara tuntas akan berdampak pada citra pariwisata Lovina. "Kami harap pemerintah kabupaten ada upaya-upaya untuk menuntaskan masalah ini,” harap Suka.
Sementara itu, Penjabat (Pj) Bupati Buleleng Ketut Lihadnyana berjani akan segera menindaklanjuti bencana banjir tersebut. Rombongan pejabat yang sempat mengecek saluran drainase menemukan penyebab utama banjir di kawasan Lovina ini. Yakni pada saluran air yang ada di Jalan Damai, Gang Padma. Saluran air yang ada di perbatasan antara Desa Kalibukbuk dengan Desa Kayuputih, Kecamatan Sukasada Buleleng.
Menurutnya, saluran air yang kurang memadai, karena pendangkalan yang terjadi sangat parah. Saluran air yang tidak berfungsi. Maksimal ini membuat air hujan dengan intensitas deras cepat meluap. Kondisi diperparah dengan pesatnya pembangunan di kawasan hulu. Sehingga daerah resapan juga berkurang.
"Besok (hari ini) kita akan turunkan alat berat dulu agar saluran airnya normal dulu. Masyarakat di hilir juga jangan membuang sampah sembarangan. Apalagi sampahnya potongan kayu yang bisa menyumbat saluran air, " kata Lihadnyana.
Dia juga menginstruksikan Dinas Pekerjaan Umum dan Tata Ruang (PUTR) mendatangkan Balai Wilayah Sungai (BWS) Bali Penida dan Balai Besar Pelaksana Jalan Nasional (BBPJN) Jawa Timur dan Bali, untuk menuntaskan masalah tersebut. Sebab perbaikan tidak bisa hanya dilakukan dengan pengerukan dan normalisasi saluran air di hulu. Tetapi juga saluran drainase di hilir yakni di sepanjang Jalan Nasional Singaraja-Gilimanuk juga harus dituntaskan.
"Harapannya ini bencana terakhir, agar masyarakat di sini tidak terus menderita. Saluran air yang ada semakin ke hilir semakin sempit ini perlu penanganan jangka panjang, " papar pejabat asal Desa Kekeran, Kecamatan Busungbiu, Buleleng ini.7 k23
1
Komentar