Gagal ke Senayan, Lolak Lirik Pilkada Klungkung
JAKARTA, NusaBali - Ketua DPD Hanura Bali, I Kadek Arimbawa atau biasa disapa Lolak mencalonkan diri sebagai Anggota DPR RI dari daerah pemilihan Sulawesi Tengah (Sulteng) di Pemilu Legislatif (Pileg) 2024. Namun, dia tidak berhasil lolos ke Senayan.
Meski tak melaju sebagai wakil rakyat di tingkat pusat, Lolak mengaku tetap akan berada di jalur politik. Terlebih sebentar lagi akan berlangsung Pilkada serentak. Lolak pun ‘melirik’ Pilkada Klungkung, November 2024 nanti yang memungkinkan bagi partainya untuk mengusung calon, walau tetap dengan membangun koalisi dengan partai politik lain.
"Saya tidak lolos di Pileg, tetapi saya tetap berada di dunia politik. Lantaran saya, saat ini masih Ketua Hanura Bali. Kami akan menyongsong Pilkada di Bali," ujar politisi yang sebelumnya dikenal sebagai pelawak Bali ini saat dihubungi NusaBali, Jumat (22/3). Menurutnya, Hanura memiliki peluang mengusung calon di Pilkada Klungkung.
Bahkan, sebagai Ketua DPD Hanura Bali dia bisa maju di kabupaten tersebut. Apalagi, Klungkung merupakan tempat kelahirannya. "Mudah-mudahan bisa. Ini masih didiskusikan dahulu dengan Ketum Hanura," terang pria yang pernah menjadi Anggota DPD RI dua periode ini (2009-2014 dan 2014-2019) ini. Sementara di kabupaten lain, lanjut Lolak, Hanura bisa menjadi pendukung calon lain. Hanura Bali sendiri di Pileg 2024 ini kehilangan kursi di DPRD Provinsi Bali. Namun, di beberapa kabupaten mereka masih mendapatkan kursi. Total ada enam kursi yang diraih Hanura di Bali.
"Di Kabupaten Karangasem ada satu kursi, di Kabupaten Klungkung tiga kursi dan Kabupaten Buleleng dua kursi," ungkap politisi asal Desa Kamasan, Kecamatan/Kabupaten Klungkung ini. Melihat perolehan kursi parpol di DPRD Klungkung untuk periode 2024-2029 dari hasil Pileg 2024, baru dua parpol yang memenuhi syarat minimal 20 persen kursi (6 kursi) untuk bisa mengusung calon secara mandiri di Pilkada Klungkung, November 2024 mendatang. Dua parpol tersebut, yakni PDIP dengan raihan 12 kursi (40,00%), dan Gerindra 8 kursi (26,67%). Sementara parpol lainnya jika akan mengusung calon harus melakukan koalisi, seperti Hanura dan Golkar yang masing-masing meraih 3 kursi (10,00%). Juga NasDem 2 kursi (6,67%), lalu PSI dan Perindo masing-masing raih 1 kursi (3,33%).
Lolak juga menjelaskan, dalam Pilpres dan Pileg kali ini sangat brutal. Pasalnya, baik pemilih maupun yang dipilih tidak sembunyi-sembunyi lagi dalam memberi maupun menerima sesuatu. Hal itu, lanjut Lolak, membuat Pemilu semakin pragmatis. "Jadi, perubahan kali ini sangat keras. Pragmatisme sudah tidak tertutup lagi. Malah buka-bukaan," terang Lolak. Bahkan, di tingkat kabupaten/kota satu suara bisa Rp1,5-2 juta. Itu tidak hanya terjadi di Sulteng. Melainkan merata di daerah lainnya di Indonesia.
Selain itu, kata Lolak, temannya yang merupakan incumbent juga tidak dianggap saat Pileg 2024 berlangsung. Padahal, dia sudah memperjuangkan aspirasi konstituennya dengan membangun desa dan bertugas dengan baik pula. Tapi, masyarakat lebih memilih calon lain yang memberikan sesuatu lebih besar. Menurut Lolak, jika polanya seperti itu bagaimana caranya nanti untuk mengembalikan dana yang telah dikeluarkan. Lolak menilai, hal tersebut terlalu pragmatis.
"Saya pun, tidak tahu penyebabnya. Ini semakin menjadi-jadi di 2024. Yang tidak punya ‘amunisi’ cukup atau lebih, sulit untuk bersaing," papar Lolak. Walau tidak lolos ke Senayan di Pileg 2024, Lolak akan maju kembali di Pemilu 2029 nanti. "Lima tahun mendatang, Astungkara jika diberi kesempatan maju lagi, saya mencalonkan kembali. Tapi, belum tahu melalui dapil mana. Mengenai itu, masih menunggu waktu," kata Lolak. 7 k22
Komentar