DBD di Buleleng Masih Cukup Tinggi
Hingga Maret Ada 272 Pasien DBD
Rentang usia masyarakat yang terkena DBD didominasi usia produktif yakni 15 tahun hingga 55 tahun dengan sebanyak 41 persen atau sekitar 111 pasien.
SINGARAJA, NusaBali
Kasus penyakit demam berdarah dengue (DBD) di Buleleng terbilang masih cukup tinggi. Sepanjang Januari hingga pertengahan Maret 2024 ini, Dinas Kesehatan Kabupaten Buleleng mencatat ada sebanyak 272 orang yang terserang penyakit yang ditularkan melalui gigitan nyamuk Aedes Aegypti ini.
Merujuk pada data Dinkes Buleleng, jumlah pasien yang dirawat karena penyakit DBD sepanjang Januari ada 82 pasien, Februari 99 pasien, dan Maret ada 91 pasien. Namun jika dibandingkan dengan pasien pada tahun sebelumnya dengan kurung waktu yang sama, jumlah tersebut cenderung menurun. Dari Januari sampai Maret tahun 2023 lalu total ada 381 kasus DBD.
Selain itu Dinkes Buleleng mencatat masih ada 10 Desa/Kelurahan dengan kasus DBD terbanyak dari Januari sampai Maret 2024. Yakni Desa Patas, Kecamatan Gerokgak dengan 20 kasus, Desa Kalibukbuk, Kecamatan Buleleng 14 kasus, Desa Kayu Putih, Kecamatan Sukasada, dan Desa Kaliasem, Kecamatan Bankar masing-masing ada 13 kasus.
Selanjutnya ada Desa Anturan, Kecamatan Buleleng dengan 12 kasus DBD, Desa Pemaron, Kecamatan Buleleng dan Desa Panji, Kecamatan Sukasada, masing-masing 11 kasus, Desa Kerobokan, Kecamatan Buleleng 9 kasus, Desa/Kecamatan Gerokgak 7 kasus, dan terakhir Desa Celukan Bawang, Kecamatan Gerokgak dengan 6 kasus.
Rentang usia masyarakat yang terkena DBD didominasi usia produktif yakni 15 tahun hingga 55 tahun dengan sebanyak 41 persen atau sekitar 111 pasien.
Penjabat (Pj) Bupati Buleleng Ketut Lihadnyana pada Senin (25/3) mengaku telah meminta menggencarkan upaya mitigasi untuk mencegah agar kasus DBD tidak semakin meningkat. Masyarakat di Buleleng diajak waspada dan bersama-sama menjaga kebersihan lingkungan sekitar. Serta memberantas sarang nyamuk (PSN) melalui penerapan 3M (Menguras, Menutup, dan Mengubur).
"Kalau kita itu (mencegah kasus DBD melonjak) lebih mengutamakan upaya memitigasi, preventif, promotif lebih baik dibandingkan kuratif. Misalnya dari kita melangsungkan fogging setelah itu bersama-bersama masyarakat meningkatkan PSN dengan menjaga kebersihan dan 3M plus,” ujarnya.7 mzk
Komentar