Penanganan Keretakan Tebing Pura Luhur Uluwatu Mulai Berproses
Pembangunan Revetment Dirancang Mei
tebing Pura Luhur Uluwatu
Kuta Selatan
Pembangunan Revetment
APBD Badung
Bendesa Adat Pecatu
I Made Sumerta
Proyek ini menghabiskan dana sekitar Rp 82 miliar yang bersumber dari APBD Badung.
MANGUPURA, NusaBali
Dinas PUPR Kabupaten Badung mulai mengambil langkah dalam menangani keretakan tebing Pura Luhur Uluwatu, Desa Pecatu, Kecamatan Kuta Selatan. Sesuai perencanaan, Pemkab Badung akan memulai pembangunan revetment untuk meredam ombak pada Mei mendatang.
Kepala Bidang Sumber Daya Air (SDA) Dinas Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang (PUPR) Kabupaten Badung AA Rama Putra, mengatakan inisiatif ini bertujuan untuk mengatasi dampak hantaman gelombang ombak yang berpotensi merusak lebih lanjut struktur tebing. Langkah antisipatif itu, lanjut Rama Putra sudah sesuai arahan dari Bupati Badung I Nyoman Giri Prasta, Wakil Bupati I Ketut Suiasa, Sekda I Wayan Adi Arnawa, dan Kadis PUPR Badung Ida Bagus Surya Suamba.
“Kami fokus pada pembuatan revetment sebagai benteng pengaman gelombang dan jalan inspeksi untuk memudahkan pengiriman material,” ujar Rama Putra, Minggu (31/3) siang.
Lanjut Rama Putra mengatakan, pembuatan revetment yang masih dalam tahap pelelangan Design and Build diharapkan dapat dimulai dalam waktu dekat. Dia pun memperkirakan proyek ini akan menghabiskan dana sekitar Rp 82 miliar yang bersumber dari APBD Badung. “Rencananya mulai minggu ini pemasukan dokumen untuk dilelangkan. Dalam waktu dua bulan ini (perkiraan Mei) akan kami mulai action selama tujuh bulan ke depan,” tambahnya.
Selain itu, pembangunan jalan inspeksi yang direncanakan akan memanfaatkan jalur sisi dekat Pantai Nyang-Nyang, sehingga diharapkan tidak akan mengganggu aktivitas pemedak yang datang ke Pura Luhur Uluwatu. Rama Putra juga menjamin selama proses pembangunan berlangsung, kondisi di sekitar Pura tetap aman dan dapat diakses oleh pengunjung.
Foto: Bendesa Adat Pecatu I Made Sumerta. -RIKHA
Rama Putra juga menekankan jika dari hasil analisa terhadap keretakan tebing yang telah dilakukan sejak 2019 menunjukkan bahwa tidak terjadi pergerakan atau pergeseran yang signifikan. “Keretakan memang ada, namun kondisinya stabil dan tidak memburuk,” ucapnya.
“Setelah revetment, kami mendesain sekeliling Pura Luhur Uluwatu. Kalau dananya kurang kami akan anggarkan tahun berikutnya. Jadi kami berhitungnya dalam perencanaan itu dari mana titik kuat arus yang menghantam tebing. Misal dari barat, maka dari barat dahulu direvetment,” katanya.
Bendesa Adat Pecatu I Made Sumerta, mengatakan situasi di area Pura tetap kondusif untuk pelaksanaan prosesi upacara keagamaan, tanpa adanya pengurangan jumlah pamedek. Masih menurut Sumerta, retakan pada tebing tersebut telah ada sejak tahun 1970-an dan kondisinya telah dikaji sebelumnya dan dinyatakan bahwa lokasi tersebut aman karena sudah dilengkapi dengan penyangga yang memadai.
Walau begitu, pamedek agar tetap hati-hati dan terus berdoa agar tidak terjadi longsor atau kerusakan lebih lanjut, terlebih lagi di area yang merupakan tempat suci tersebut. “Kami doakan bersama, mudah-mudahan tidak ada longsor, tidak ada korosi apalagi lagi ada tempat suci,” ujar Sumerta.
“Untuk pelaksanaan persembahyangan di dalam di Utama Mandala tidak ada pengurangan bisa menampung sebanyak 40 orang, apabila pamedek bertambah mereka bisa menggunakan area di Madya Mandala yang bisa menampung sampai 500 orang,” imbuhnya. 7 ol3
1
Komentar