2 Sekaa Gong Kebyar Legendaris Batal Manggung
Saat Penutupan HUT Singaraja, Pemkab Gelar Guru Piduka
sekaa gong kebyar
HUT Singaraja
Guru Piduka
Sekaa Gong Kebyar Legendaris Jagaraga
Sekaa Gong Kebyar Legendaris Eka Wakya
Gde Manik
SINGARAJA, NusaBali - Situasi malam penutupan Semarak Buleleng Berbangga HUT Ke-420 Kota Singaraja, Sabtu (30/3) malam mendadak kisruh. Dua sekaa gong kebyar legendaris yang dirancang tampil mebarung memutuskan angkat kaki dan meninggalkan panggung utama.
Seperangkat gamelan gong kebyar pun diturunkan dan dibawa pulang. Pasca kejadian ini, pihak Dinas Kebudayaan Kabupaten Buleleng dan panitia lakukan permohonan maaf baik secara sekala maupun niskala. Permohonan maaf secara niskala dilakukan dengan menggelar upacara Guru Piduka.
Kejadian tersebut terjadi di pertengahan acara. Saat itu Sekaa Gong Kebyar Legendaris Jagaraga dan Sekaa Gong Kebyar Legendaris Eka Wakya Banjar Paketan diagendakan untuk mebarung (berduet). Gong Kebyar Jagaraga di Desa Jagaraga, Kecamatan Sawan merupakan peninggalan maestro Gde Manik yang kemudian diteruskan oleh I Made dan Wayan Wandres (Pan Wandres).
Sedangkan Gong Kebyar Eka Wakya yang bermarkas di Lingkungan Banjar Paketan, Kelurahan Paket Agung, Kecamatan/Kabupaten Buleleng juga melegenda karena diprediksi sudah ada sebelum tahun 1917.
Kesenian ikonik ini batal tampil, karena sekaa gong merasa kecewa atas perlakuan panitia. Koordinator Sekaa Gong Kebyar Jagaraga, Nyoman Arya Suryawan, mengaku kecewa dengan agenda pementasannya, Sabtu malam.
Dia menyebut sejak dua minggu sebelum pertunjukan jadwal berubah beberapa kali hingga akhirnya saat hari H pementasan. Arya Suryawan mengatakan sekaa gongnya maupun sekaa gong Eka Wakya sudah mengikuti arahan panitia dengan sangat sabar.
Agenda cek sound dan cek panggung yang diagendakan pada pukul 12.00 Wita juga sudah dihadiri. Bahkan sekaa gong sudah di lokasi setengah jam sebelum jam yang dijadwalkan. Hanya saja saat akan cek sound dan gladi, panitia tak memperbolehkan dengan alasan akan ada artis dan band dari Jakarta yang melakukan cek sound.
Persoalan tersebut pun dikatakan Arya sudah ditolerir dan sekaa memutuskan untuk berhias, agar pukul 17.00 Wita sudah masuk panggung kembali sesuai arahan panitia. Kedua sekaa gong legendaris ini pun sudah duduk di panggung sejak pukul 17.00 Wita. Mereka awalnya diagendakan menampilkan tabuh andalannya pada pukul 19.00 Wita.
Foto: Sekaa gong legendaris saat tinggalkan acara pada penutupan HUT ke-420 Kota Singaraja, Sabtu (30/3) malam.
Namun situasi di lapangan berkata lain. Acara penutupan ngaret dari waktu yang sudah diagendakan. Kedua sekaa gong kebyar ini sudah sempat menabuh membawakan tabuh pembuka acara. Namun penampilan mereka kemudian diselingi dan terjeda lama dengan penampilan pemenang baleganjur, pertunjukan band hingga fashion show.
Hingga pukul 20.00 Wita tidak ada kepastian kapan akan ditampilkan. Mereka pun memilih untuk turun panggung dan kembali ke rumah masing-masing, membawa rasa kecewa.
“Karena legendaris kami membawa penabuh-penabuh tua. Beberapa sudah di atas 70 tahun. Apalagi mendengarkan sound besar tidak kuat mereka. Pak Keranca tetua kami yang sudah tua dan berjalan pakai tongkat begitu bersemangat latihan setiap hari demi membangkitkan lagi kesenian ini tetapi begini yang kami dapat,” papar Arya Suryawan.
Untuk pertunjukan tersebut Sekaa Gong Jagaraga juga harus menurunkan taksu yang proses persiapan dan ritualnya panjang. Perlakuan tidak profesionalnya panitia membuat sekaa geram karena dinilai tidak menghargai proses yang sudah disiapkan.
“Janganlah dibeginikan seniman. Kalau bikin acara yang pasti,” tegas dia. Kekecewaan juga disampaikan Sekaa Gong Kebyar Eka Wakya Banjar Paketan. Serupa dengan Sekaa Jagaraga, sebagai gong legendaris Eka Wakya juga menurunkan gong keramatnya yang sudah berumur ratusan tahun. Gamelan ini hanya dipakai di event-event spesial saja dan distanakan di Pura Pengaruman.
Sebelum memakai gong sakral itu, sekaa gong dan prajuru banjar adat melangsungkan upacara khusus.
Terkait kejadian batal tampil pada malam terakhir HUT Kota, pada Minggu (31/3) siang dilangsungkan upacara Guru Piduka oleh Dinas Kebudayaan Kabupaten Buleleng. Upacara niskala ini dilangsungkan di Pura Pengaruman Kelurahan Paket Agung dan juga di Pura Bale Agung Desa Adat Jagaraga dan Merajan Gede Desa Adat Jagaraga.
Foto: Gong keramat Sekaa Gong Eka Wakya yang diturunkan khusus saat penampilan HUT Kota Singaraja. -LILIK
Upacara guru piduka ini dilangsungkan sebagai permohonan maaf kepada Sesuhunan Sang Hyang Taksu yang disungsung oleh sekaa gong kebyar masing-masing. Upacara guru piduka di Pura Pengaruman, Banjar Paketan pun diikuti dengan kondisi kerauhan (trance) pamangku pura dan beberapa krama yang membuat situasi menjadi magis. Koordinator Sekaa Gong Kebyar Eka Wakya I Gede Arya Septiawan mengatakan kekecewaan muncul saat ada perubahan rundown acara dan dijeda dengan penampilan lain.
“Kalau kemarin gong legendaris dihabiskan dulu, tidak akan terjadi hal ini. Kami tidak menyalahkan siapa-siapa. Kami juga mohon maaf kepada masyarakat tidak bisa menonton pementasan kami secara utuh,” papar Septiawan. Kedua sekaa gong legendaris pun berharap Pemkab Buleleng melakukan evaluasi ke depannya.
Salah satunya menyarankan pementasan kesenian tradisional agar tidak digabungkan dengan kesenian modern. Sebab secara teknis keberadaan peralatan alat musik akan menghambat akses dan gerak penabuh serta penari.
Sementara itu Penjabat (Pj) Bupati Buleleng, Ketut Lihadnyana didampingi Kadis Kebudayaan Nyoman Wisandika dan Panitia HUT ke-420 Kota Singaraja, mengakui ada ketidaksempurnaan dalam penyelenggaraan di lapangan. Lihadnyana pun menyebut persoalan ini akan menjadi evaluasi ke depannya dalam setiap event yang melibatkan kesenian tradisional.
“Pemkab tidak menyalahkan Panitia yang sudah bekerja keras di lapangan, maupun sekaa gong legendaris yang menjadi kebanggaan. Intinya kemarin malam kita menyadari sebagus apapun rancangan acara tiada gading yang tak retak. Kami mohon maaf atas kekurangan yang terjadi, mari menerima dan perbaiki bersama sebagai rasa memiliki Buleleng ini,” kata Lihadnyana.
Dia pun menyakinkan kepada seluruh seniman peristiwa mengecewakan ini adalah yang pertama dan terakhir. Sebagai bahan evaluasi ke depannya penyelenggaraan kesenian tradisional tidak akan dicampur adukkan dengan kesenian modern. Pemerintah juga sudah menghaturkan Guru Piduka sebagai permohonan maaf secara niskala.
Terkait perubahan rundown acara dan terjeda penampilan sekaa gong legendaris dimaksudkan untuk mendapatkan puncak penonton yang ramai pada pukul 20.00 Wita ke atas. Sehingga penampilan sekaa gong legendaris ini dapat dinikmati oleh lebih banyak masyarakat dan juga edukasi kepada generasi muda. Perubahan rundown pun menurut Panitia sudah disampaikan kepada pengisi acara. 7 k23
Komentar