Produk Industri Jadi ‘Andalan’ Ekspor Bali
DENPASAR, NusaBali - Ekspor produk industri untuk sementara menjadi ‘juara’ atau memberi kontribusi paling pada ekspor Bali. Hal itu mengacu data ekspor Bali pada Dinas Perdagangan dan Perindustrian (Disdagprin) Provinsi Bali, per Januari-Februari.
Total nilai ekspor dari komoditas industri 12.155.564,75 dollar AS atau 49,64 persen dari kumulatif nilai ekspor Bali periode Januari-Februari sebesar 24.485.197,83 dollar AS.
Kepala Bidang Perdagangan Luar Negeri (PLD) Disdagprin Bali, Ni Wayan Lestari mengatakan Senin (8/4).
“Memang untuk sementara demikian (ekspor produk industri yang terbesar),” tunjuknya. Kemungkinan perubahan tersebut sangat terbuka terjadi ke depan. Hal itu terkait dengan dinamika perdagangan luar negeri Provinsi Bali. “Ini kan baru awal-awal tahun. Total nanti setelah akhir tahun(2024),” jelasnya.
Walau demikian, perkembangan tersebut mengembirakan, karena menunjukkan komoditas produk industri Bali semakin meningkat pemasarannya di manca negara. “Seperti produk tekstile nilainya lumayan besar,” kata Lestari.
Untuk diketahui komoditas produk industri dari Provinsi Bali terdiri dari 6 jenis. Antara lain produk industri ikan kaleng, komponen rumah jadi, plastik, sepatu atau alas kaki, tas dan tekstile.
Dari 6 tersebut, ekspor produk tekstile yang diantaranya nilai ekspornya lumayan besar, yakni 9.585.849,63 dollar (39,15 persen) untuk eskpor yang dihitung dengan jumlah satuan barang (picies/pcs) 2.689.680 pcs.
Demikian juga komoditas industri lainnya, ikan kaleng, komponen rumah jadi, plastik, sepatu atau alas dan tas memberi kontribusi pada ekspor. Sehingga ekspor dari produk industri mengalami pertumbuhan 16,09 persen.
Nilai ekspor kedua berasal dari produk kerajinan. Terdiri dari 17 jenis, mulai dari kerajinan alat musik sampai kerajinan tulang tulang. Nilai ekspor produk kerajinan Bali pada periode Januari-Februari 10.769.553,64 dollar AS atau 43,98 persen. Mengalami pertumbuhan 19,40 persen.
Sedangkan untuk ekspor nilainya relatif kecil, yakni hanya 16.984,51 dollar AS (0,07 persen) dari total nilai ekspor Bali. Hal itu karena potensi ekspor perkebunan yang terdiri dari kakao, kopi dan vanili, potensinya memang kecil. Walau demikian pertumbuhan ekspor dalam rentang 2 bulan tumbuh positif, 28,47 persen.
Sementara ekspor produk pertanian nilai ekspornya baru 1.329.698,65 dollar AS atau 5,43 persen. Pertumbuhannya tercatat negatif -92,08 persen. Padahal biasanya nilai ekspor produk pertanian dan kerajinan kerap ‘bersaing’ berkontribusi sebagai yang terbesar bagi ekspor Bali.
Dijelaskan Lestari, minimnya nilai ekspor produk pertanian, disebabkan belum masuknya data ekspor dari produk perikanan. Diantaranya ikan hias, kakap, kerapu, nener, tuna, rumput laut sampai dengan sirip hiu.
“Data itu yang belum masuk ke kita(Disdagprin),” terangnya.
Memang dari data sementara, produk -produk perikanan tersebut nilai ekspornya memang masih nihil.Karenanya, ada kemunginan nilai ekspor produk pertanian akan mengalami perubahan jika, volume dan nilai ekspornya sudah masuk.
“Untuk sementara data ekspor minus ekspor produk perikanan,” terang Ni Wayan Lestari. K17.
Komentar