Tiga Bersaudara Jagoan Dokter Caput Raih Prestasi Internasional
Terapkan Pola Asuh Teladan dari Orangtua
SINGARAJA, NusaBali - Prestasi membanggakan bertubi-tubi diraih jagoan Dr dr Ketut Putra Sedana, SpOg. Tidak tanggung-tanggung, prestasi yang diraih pada lomba sains tingkat internasional dari tahun 2023-2024.
Kunci sukses satu keluarga ini disebut dokter Caput begitu nama bekennya, dengan menerapkan pola asuh teladan dari orangtua
Anak sulung dokter Caput Gede Wahyu Suryadiningrat, pada pertengahan Juli 2023 lalu meraih dua medali kompetisi penelitian internasional. Medali emas di China International Youth Expo International Invention Competition dan medali perak di Japan Design, Idea & Invention Expo. Kedua medali disabet Wahyu bersama kelompoknya di Universitas Warmadewa, melalui penelitian inovatif kosmetik berbahan sorgum untuk menghapus stretch mark.
Lalu anak keduanya Kadek Dwi Cakradiningrat pada tahun 2023 lalu juga meraih perunggu pada Bangkok International Intellectual Property, Invention. Prestasi Cakra yang kini masih duduk sebagai Mahasiswa Kedokteran Undiksha, melalui produk pomade mencegah dan mengobati ketombe.
Sedangkan putra bungsunya yang kini masih duduk di bangku SMA, Februari 2024 lalu juga berhasil meraih medali perak pada Thailand Inventors Day Competition di Bangkok International Trade and Exhibition Center (BITEC). Penelitian inovatif tempat sampah serbaguna.
Dokter Caput ditemui Jumat (12/4) kemarin mengatakan, keberhasilan pola asuh menghasilkan anak-anak berprestasi sebenarnya sangat sederhana. Menurutnya semua proses pendidikan anak-anak dimulai dari dalam kandungan. Karakter dan sikap anak saat ini dicerminkan dari perlakuan orangtua.
“Guru pertama anak itu adalah ibu dan sekolah pertama anak itu ada di dalam kandungan. Sehingga sifat ibu saat mengandung sangat mempengaruhi karakter anak. Sehingga sebisa mungkin selama kehamilan ibu melakukan kegiatan positif,” ucap dokter spesialis kandungan ini.
Pembentukan karakter anak sejak dalam kandungan, akan memudahkan orang tua dalam memberikan pendampingan pasca lahir. “Tidak perlu memberikan banyak narasi ke anak yang paling penting menunjukkan role model yang bisa dilihat dan dipercaya anak-anak. Secara otomatis mereka akan mengikuti,” kata pria kelahiran 6 Maret 1969.
Dokter yang juga dosen di perguruan tinggi di Buleleng, mengatakan pola asuh tersebut pun masih relevan saat ini. Meskipun tantangan terberat saat ini menghadapi perkembangan teknologi dan digitalisasi yang tidak sedikit menjerumuskan kaum muda.
“Intinya kembali lagi ke contoh yang diberikan orangtua. Misalnya anak kecanduan gadget dan orang tua melarang anak bermain gadget tetapi orangtua sendiri yang tidak komitmen malah main Hp terus maka itu tidak akan berhasil,” imbuh pria asal Lingkungan Banjar Tengah, Kelurahan Astina, Kecamatan/Kabupaten Buleleng ini.
Sementara itu dalam pola asuh anak, yang sering diabaikan menurut Dokter Caput, orang tua terlalu cepat mengambil alih masalah dan kesulitan anak. Padahal sebenarnya pemecahan masalah dan kesulitan wajib dijalani oleh anak untuk masa depan yang mandiri. Orangtua juga wajib memberikan kebebasan anak dalam memilih cita-cita dan masa depan sendiri. Masa-masa mencari jati diri anak-anak hanya perlu pengawasan dan bimbingan agar dapat mencapai tujuan awalnya.
“Anak itu sebenarnya sudah berjuang sejak bayi. Untuk bisa lahir ke dunia dan mendapatkan kehidupan pun harus berjuang mencari jalan lahir yang sempit dan itu tidak mudah ada proses pembelajaran hidup di baliknya,” papar suami Dr Putu Dewi Puspitawati, SH, MM.7 k23
Komentar