Serangan Hama Tikus Resahkan Petani
Petani di Subak Tegalalang, Banjar Tegalalang, Kelurahan Kawan, Kecamatan/Kabupaten Bangli, resah akibat serangan hama tikus.
Petani Disarankan Ikut Asuransi Usaha Tanaman Padi
BANGLI, NusaBali
Petani terancam gagal panen karena tanaman padi yang baru berumur 12 hari, habis dirusak hama tikus. Salah seorang petani, I Nyoman Sucita, mengaku rugi akibat serangan tikus. Belum sempat ditanam, bibit padi habis dimakan tikus (jero ketut). Ia pun harus membuat bibit baru. Tidak jauh berbeda dengan lahan di sebelahnya, tanaman padi yang mulai berbuah, rusak dan tanaman menguning.
Kelian Subak Tegalalang Sang Ketut Rencana, mengatakan subak Tegalalang yang luas lahan 40 hektare sejak bulan Juni lalu diserang hama tikus. Batang padi dimakan oleh tikus, sehingga tanam tidak bisa tumbuh. Alhasil padi penguning dan mati. Diakui bila berbagai upaya dilakukan untuk mengatasi serangan hama tikus, namun serangan tikus masih tetap saja ada.
“Kami sudah coba menggunakan racun, tapi tetap saja serangan tidak terkendali,” ujarnya saat ditemui di Subak Tegalalang, Selasa (1/8). Selain itu, pihaknya juga telah menggelar upacara panewasrayan merana, agar hama tikus tidak menyerang lahan pertanian. “Kami berharap pemerintah turun tangan semisal memberikan bantuan racun, sehingga beban petani bisa berkurang,” ungkapnya.
Sekretaris Dinas Pertanian, Ketahanan Pangan, dan Perikanan (PKP) Bangli I Wayan Sarma didampingi Kepala Bidang Penyuluhan dan Pengembangan SDM Dinas PKP Bangli I Nyoman Sarya, mengatakan, serangan hama tikus tidak hanya terjadi di wilayah Subak Tegalalang, namun merata di subak lainnya seperti Subak Tengalin, Dusun Guliang Kangin, Desa Tamanbali, Bangli.
Nyoman Sarya menjelaskan, pengendalian hama tikus bisa dilakukan dengan cara pengomposan menggunakan asap belerang. “Cari lubang tikus yang masih aktif, ditutup rapat, selanjutnya baru dilakukan pengomposan,” jelasnya. Sementara untuk meracun bisa saja, tetapi bila dilakukan terus menerus malah tidak bagus untuk lahan pertanian.
Pola penanaman juga mempengaruhi serangan hama tikus, yang mana saat ini sistem pertanian tidak terputus. Petani secara bergilir menanam padi, lanataran debit air yang mengaliri subak kecil. “Penanaman padi bergilir sepanjang tahun, jadi tikus tidak kekurangan makan. Tentu ini yang mengakibatkan tidak bisa memutus perkembangan tikus,” ujarnya.
Kini mulai pula serangan penyakit blas akibat cuaca ekstrem. Penyakit ini bila tidak ditangani dalam dua hari sudah menyebar dan tanaman padi akan mati. Untuk penanganan penyakit ini dengan cara penyemprotan obat khusus.
Banyaknya serangan hama yang menyerang lahan pertanian, dinas pun menyarankan petani untuk mengasuransikan tanaman padi.
Kabid Sarana Prasarana dan Kemasyarakatan Dinas PKP Bangli Dewa Putu Sugiarta menyampaikan saat ini kesadaran petani untuk mengikuti asuransi masih rendah. Padahal di setiap kesempatan sudah disosialisasikan asuransi usaha tanaman padi (AUTP).
Dewa Sugiarta menjelaskan premi yang dibayarkan oleh petani yang ikut asuransi hanya Rp 36.000 per hektare. Nilai tersebut sudah mendapatkan subsidi dari pemerintah awalnya Rp 180.000, dan mendapat subsidi Rp 144.000 per hektare. Sementara untuk klaim nilai Rp 6 juta per hektare. “Asuransi berlaku sekali musim panen, sehingga pada musim berikut petani mendaftar kembali. Untuk mendaftar bisa melalui kelian subak, kemudian kelian mendaftarkan ke dinas,” jelasnya.
Setelah kelian mendaftar, kemudian dinas yang mengakomodir untuk mendaftarkan asuransi tersebut. Tanaman padi mulai bisa diasuransikan pada umur 10 hari. Selain itu petani bisa melakukan klaim bila 75 persen per petak (hitungan are) rusak akibat serangan hama, ataupun akibat kekeringan serta banjir. “Petani juga bisa langsung mendaftar asuransi ke Dinas PKP. Kami harap petani mau ikut asuransi,” ujar Dewa Sugiarta. *e
BANGLI, NusaBali
Petani terancam gagal panen karena tanaman padi yang baru berumur 12 hari, habis dirusak hama tikus. Salah seorang petani, I Nyoman Sucita, mengaku rugi akibat serangan tikus. Belum sempat ditanam, bibit padi habis dimakan tikus (jero ketut). Ia pun harus membuat bibit baru. Tidak jauh berbeda dengan lahan di sebelahnya, tanaman padi yang mulai berbuah, rusak dan tanaman menguning.
Kelian Subak Tegalalang Sang Ketut Rencana, mengatakan subak Tegalalang yang luas lahan 40 hektare sejak bulan Juni lalu diserang hama tikus. Batang padi dimakan oleh tikus, sehingga tanam tidak bisa tumbuh. Alhasil padi penguning dan mati. Diakui bila berbagai upaya dilakukan untuk mengatasi serangan hama tikus, namun serangan tikus masih tetap saja ada.
“Kami sudah coba menggunakan racun, tapi tetap saja serangan tidak terkendali,” ujarnya saat ditemui di Subak Tegalalang, Selasa (1/8). Selain itu, pihaknya juga telah menggelar upacara panewasrayan merana, agar hama tikus tidak menyerang lahan pertanian. “Kami berharap pemerintah turun tangan semisal memberikan bantuan racun, sehingga beban petani bisa berkurang,” ungkapnya.
Sekretaris Dinas Pertanian, Ketahanan Pangan, dan Perikanan (PKP) Bangli I Wayan Sarma didampingi Kepala Bidang Penyuluhan dan Pengembangan SDM Dinas PKP Bangli I Nyoman Sarya, mengatakan, serangan hama tikus tidak hanya terjadi di wilayah Subak Tegalalang, namun merata di subak lainnya seperti Subak Tengalin, Dusun Guliang Kangin, Desa Tamanbali, Bangli.
Nyoman Sarya menjelaskan, pengendalian hama tikus bisa dilakukan dengan cara pengomposan menggunakan asap belerang. “Cari lubang tikus yang masih aktif, ditutup rapat, selanjutnya baru dilakukan pengomposan,” jelasnya. Sementara untuk meracun bisa saja, tetapi bila dilakukan terus menerus malah tidak bagus untuk lahan pertanian.
Pola penanaman juga mempengaruhi serangan hama tikus, yang mana saat ini sistem pertanian tidak terputus. Petani secara bergilir menanam padi, lanataran debit air yang mengaliri subak kecil. “Penanaman padi bergilir sepanjang tahun, jadi tikus tidak kekurangan makan. Tentu ini yang mengakibatkan tidak bisa memutus perkembangan tikus,” ujarnya.
Kini mulai pula serangan penyakit blas akibat cuaca ekstrem. Penyakit ini bila tidak ditangani dalam dua hari sudah menyebar dan tanaman padi akan mati. Untuk penanganan penyakit ini dengan cara penyemprotan obat khusus.
Banyaknya serangan hama yang menyerang lahan pertanian, dinas pun menyarankan petani untuk mengasuransikan tanaman padi.
Kabid Sarana Prasarana dan Kemasyarakatan Dinas PKP Bangli Dewa Putu Sugiarta menyampaikan saat ini kesadaran petani untuk mengikuti asuransi masih rendah. Padahal di setiap kesempatan sudah disosialisasikan asuransi usaha tanaman padi (AUTP).
Dewa Sugiarta menjelaskan premi yang dibayarkan oleh petani yang ikut asuransi hanya Rp 36.000 per hektare. Nilai tersebut sudah mendapatkan subsidi dari pemerintah awalnya Rp 180.000, dan mendapat subsidi Rp 144.000 per hektare. Sementara untuk klaim nilai Rp 6 juta per hektare. “Asuransi berlaku sekali musim panen, sehingga pada musim berikut petani mendaftar kembali. Untuk mendaftar bisa melalui kelian subak, kemudian kelian mendaftarkan ke dinas,” jelasnya.
Setelah kelian mendaftar, kemudian dinas yang mengakomodir untuk mendaftarkan asuransi tersebut. Tanaman padi mulai bisa diasuransikan pada umur 10 hari. Selain itu petani bisa melakukan klaim bila 75 persen per petak (hitungan are) rusak akibat serangan hama, ataupun akibat kekeringan serta banjir. “Petani juga bisa langsung mendaftar asuransi ke Dinas PKP. Kami harap petani mau ikut asuransi,” ujar Dewa Sugiarta. *e
Komentar