Kekurangan Murid, Korsel Rekrut Pelajar Indonesia
JAKARTA, NusaBali - Tingkat kelahiran yang terus menurun di Korea Selatan berdampak ke segala aspek, termasuk pendidikan. Provinsi Gyeongsangbuk-do sampai harus ‘mengimpor’ siswa dari empat negara termasuk Indonesia untuk mengisi bangku-bangku sekolah menengah yang kosong. Empat siswa dari Parepare, Sulawesi Selatan, kini tengah belajar di sana.
Sejak Februari silam, hidup Nuno Gomes, berubah drastis. Siswa sekolah menengah kejuruan (SMK) di Parepare, Sulawesi Selatan, itu tiba-tiba harus merantau sejauh 5.000 kilometer lebih untuk melanjutkan sekolah di Korea Selatan.
Nuno mendapat beasiswa dari Dinas Pendidikan Gyeongsangbuk-do untuk bersekolah di Sekolah Menengah Meister Maritim Korea di Kota Pohang, yang jaraknya empat jam berkendara dari ibu kota Korea Selatan, Seoul.
“Bedanya, kalau di Indonesia saya jarang banget sarapan pagi. Di sini setiap hari sarapan pagi,” katanya saat menceritakan perbedaan hidupnya sejak pindah ke Korsel dikutip BBC Indonesia, Sabtu (13/4). “Saya jadi lebih disiplin. Soalnya jam 07.00 pagi harus ada semua di lapangan buat absen asrama,” katanya.
Nuno berangkat ke Korea Selatan bersama tiga orang lainnya, yang juga berasal dari SMK Bahari Parepare. Dari sekitar 100 pelamar beasiswa, mereka berempat berhasil mendapatkan beasiswa dari pemerintah daerah di Korea Selatan, yang juga bekerja sama dengan perusahaan Dongwon Industry.
Pemerintah daerah Gyeongsangbuk-do memberikan beasiswa kepada 48 siswa dari Mongolia, Thailand, Vietnam, dan Indonesia. Para siswa bersekolah di delapan sekolah menengah kejuruan dan sekolah khusus di provinsi itu, termasuk Sekolah Menengah Meister Maritim Korea, Sekolah Menengah Uiseong Unitech, Sekolah Menengah Teknik Silla, dan Sekolah Menengah Informasi Gyeongju.
Nuno Gomes dan tiga orang lainnya ditempatkan di Sekolah Menengah Meister Maritim. Mereka adalah anak-anak Indonesia pertama yang mendapatkan beasiswa untuk bersekolah setingkat SMA/SMK di Korea Selatan.
Ini juga kali pertama Dinas Pendidikan Gyeongsangbuk-do merekrut siswa dari luar negeri. Menurut Kementerian Administrasi dan Keamanan Publik, pada Januari 2024, populasi kawasan Gyeongbuk hanya berjumlah sekitar 2,25 juta jiwa. Sebelumnya, per 31 Desember 2022, populasi provinsi Gyeongsangbuk-do tercatat sebanyak 2,66 juta jiwa.
Dilansir dari BBC Korea, provinsi ini mengalami penurunan populasi terbesar di Korea Selatan. Hal itu ternyata berdampak pada penerimaan siswa baru di sekolah. Sebanyak 32 sekolah dasar di kawasan Gyeongbuk tidak menerima siswa baru pada tahun lalu, jumlah terbanyak di Korsel.
Tahun ini, 27 sekolah dasar juga tidak menerima siswa baru. Dinas Pendidikan Provinsi Gyeongsangbuk-do dan sekolah-sekolah lokal lantas membuat perjanjian dengan pemerintah dan sekolah lokal di empat negara untuk memilih siswa baru melalui beberapa proses seleksi.
“Kualifikasi spesifik untuk pendaftaran dan metode seleksi ditentukan oleh sekolah dan kemudian ditinjau dan disetujui oleh dinas pendidikan,” kata Kim Mi-jeong, seorang siswa penerima beasiswa di Departemen Bakat Kreatif di Dinas Pendidikan Gyeongbuk.
Selain mendapatkan pendidikan teknis profesional di sekolah lokal, para siswa terpilih juga akan mendapatkan kursus bahasa dan budaya Korea, serta berbagai manfaat beasiswa lainnya.
Kepala Sekolah Menengah Uiseong Unitech, Park Ki-hwan, berkata sekolahnya terselamatkan berkat program ini. Tahun ini Uiseong Unitech menerima delapan siswa dari Thailand.“Penerimaan siswa internasional memainkan peran besar tahun ini. Mungkin banyak sekolah yang tidak mampu merekrut siswa baru, dan sekolah kami mungkin salah satunya. Jadi kami mempertaruhkan keberlangsungan kami dengan program ini,” ujar Park.
Dia menekankan penurunan populasi menjadi masalah serius. Pasalnya, hal itu juga menyebabkan kelangkaan tenaga kerja di berbagai sektor industri. 7
1
Komentar