Sugawa Korry Siap Tarung di Pilkada Buleleng
Sodorkan Tiga Komitmen Jika Terpilih
DENPASAR, NusaBali - Ketua DPD I Golkar Bali, Nyoman Sugawa Korry menyatakan kesiapan tarung di Pilkada Buleleng 27 November 2024 mendatang. Sugawa Korry sodorkan 3 komitmen untuk perubahan di Buleleng jika terpilih di Pilkada nanti.
Saat ditemui NusaBali di Kantor DPD I Golkar Bali, Jalan Surapati Nomor 9 Denpasar, Senin (15/4) Sugawa Korry mengatakan kesiapan maju berawal adanya undangan rapat Ketua DPD II Golkar Buleleng di Kantor DPD II Golkar Buleleng. Dalam pertemuan tersebut dihadirkan pimpinan desa, kecamatan dan pengurus DPD II Golkar Buleleng serta anggota Fraksi Golkar DPRD Buleleng. Nah, dalam perkembangan rapat muncul desakan agar Sugawa Korry bersedia untuk dicalonkan Partai Golkar di Pilkada Buleleng 2024.
“Saya merespon saat itu, kalau itu sudah menjadi keinginan seluruh kader dan sungguh-sungguh maka saya siap menerima penugasan tersebut,” ujar Sugawa Korry. Ditanya pertimbangan kenapa langsung merespon aspirasi para kader DPD II Golkar Buleleng untuk maju di Pilkada? Sugawa Korry membeber panjang lebar dorongan dirinya bertarung.
Menurut Sugawa Korry, Buleleng secara historis sebagai daerah dengan masyarakat yang terbuka dan paling cepat menerima konsep perubahan. Terbukti di Pilpres 2024 dengan kemenangan pasangan Capres-Cawapres Prabowo Subianto-Gibran Rakabuming Raka yang diusung Partai Golkar bersama Gerindra, PAN, Demokrat, PSI, dan Gelora. “Tahun 60-an Buleleng pernah menjadi daerah yang sangat maju dibandingkan dengan kabupaten/kota lain di Bali. Dari sisi bidang pendidikan, ekonomi yang mana Buleleng sebagai daerah pengekspor, Buleleng pernah sebagai pusat pemerintahan,” ujar mantan Ketua Bappilu DPD I Golkar Bali ini.
Nah, saat ini kata dia, Buleleng sangat jauh tertinggal dari kabupaten/kota lainnya di Bali. Selama 25 tahun pembangunan di Buleleng terkesan mengalami kemandegan dibandingkan dengan kabupaten lain. Sugawa Korry mencontohkan Indeks Pembangunan Manusia (IPM) Buleleng tahun 2010 mencapai ranking 5, tetapi tahun 2023 malah melorot ke ranking 6. Kemudian PDRB Buleleng tahun 2010 mencapai ranking 5, namun pada 2023 posisinya di ranking 6. Selanjutnya pertumbuhan ekonomi Buleleng tahun 2011 berada di ranking 4, namun pada 2023 hanya berada di posisi 6. Soal Pendapatan Asli Daerah, pada tahun 2010 Buleleng berada di posisi 4, namun pada 2022 malah tetap di posisi 4. Kemudian soal penerimaan APBD tahun 2010, Buleleng di posisi ranking 3, namun tahun 2022 berada di posisi 4. Yang paling menjadi sorotan,tahun 2010 Buleleng menempati posisi 4 dengan penduduk miskin tertinggi, namun tahun 2023 malah di posisi nomor 2 sebagai kabupaten dengan penduduk termiskin tertinggi dari kabupaten/kota lainnya di Bali.
“Dari data itu kondisinya bukan saja mandeg. Tetapi juga dari berbagai indikator banyak yang merosot. Para pemimpin Buleleng sebelumnya bukannya tidak berbuat. Tetapi apa yang dilakukan belum bisa meningkatkan capaian masing-masing indikator pembangunan tersebut. Artinya harus ada yang diubah dan diperlukan terobosan yang lebih tepat,” ujar Wakil Ketua DPRD Bali ini.
Sugawa Korry mengaku dari kondisi Buleleng saat ini, dirinya tertantang untuk menyodorkan komitmen dan solusi. “Kuncinya ada pada komitmen dan kemampuan profesionalisme seorang kepala daerah,” tegas mantan Ketua DPD II Golkar Buleleng ini. Sugawa menyebutkan tiga komitmennya untuk membangun Buleleng adalah pertama komitmen membangun dan melayani seluruh masyarakat Buleleng, kedua membangun Buleleng dengan landasan, bukan atas dasar mempersiapkan diri untuk merebut jabatan periode kedua alias pencitraan dan dapat tepuk tangan. Ketiga menjamin dilaksanakannya pembangunan yang bebas korupsi, kolusi dan nepotisme.
Soal ide membangun seluruh masyarakat Buleleng, Sugawa Korry menyebutkan harus melibatkan seluruh komponen, mulai petani, peternak, nelayan, UMKM, pengusaha dan ASN. Kata dia, kepada merekalah fokus pembangunan dan pelayanan diprioritaskan.
Sebagai contohnya, kata Sugawa Korry, masyarakat petani harus dibangun kesejahteraannya dengan cara menekan ongkos produksi dan meningkatkan nilai tambah produksinya dan aspek pasarnya. “Maka pemerintah harus berani memberikan pupuk gratis kepada petani, subsidi pupuk organik, lahan yang sempit para petani ditingkatkan produktifitasnya dengan membantu bibit gratis terbaik dan berkulitas ekspor. Kemudian mendorong investasi industri pengolahan produk layak ekspor,” beber panggagas PT Jamkrida Bali Mandara ini.
Selain itu kata Sugawa Korry, aspek kelembagaan petani seperti Subak juga harus dibantu sungguh-sungguh. Demikian juga dengan komponen masyarakat lainnya juga harus dibantu dengan berbagai terobosan. “Selama ini membangun sektor pertanian memang kurang menarik dan tidak populer dan tidak dapat tepuk tangan. Disamping itu hasil pertanian baru dirasakan jangka 6 tahun sampai 10 tahun. Sehingga Pilkada keburu lewat. Tetapi saya berkomitmen, dasar membangun daerah itu bukan mencari tepuk tangan dari masyarakat,” tegas politisi asal Desa Banyuatis, Kecamatan Banjar, Buleleng ini. 7 nat
1
Komentar