MUTIARA WEDA : Sialan Aku Kalah!
Pekerjaan atau rencana apapun berada dalam pikiran, jangan sama sekali Anda keluarkan dalam kata-kata. Simpanlah dalam-dalam pada pikiran dan diam-diam lakukan pekerjaan tersebut dengan penuh kemantapan.
Manasa cintitam karyam vacasa na prakasayet
Mantrena raksayed gudham karya capi niyojayet
(Chanakya Niti Sastra, II.7)
Menurut Chanakya, jika kita memiliki rencana, jangan langsung hal tersebut disampaikan kepada siapapun. Rencana tersebut mesti tidak diketahui oleh siapapun, namun pada saat bersamaan, kita mesti segera mengerjakannya. Apa yang kita rencanakan tidak perlu orang tahu, tetapi apa yang telah kita kerjakan biarlah menjadi bukti bahwa kita telah memiliki rencana yang sukses dikerjakan. Biarlah orang tahu atas apa yang kita kerjakan, bukan atas apa yang rencananya kita kerjakan.
Mengapa demikian? Mengapa Chanakya berkesimpulan demikian? Bukankah rencana di pikiran harus kita sampaikan agar dikenal sehingga banyak orang tahu dan kemudian mudah mengerjakannya? Apakah mungkin kita melakukannya sendiri dari setiap rencana yang ingin kita kerjakan? Sepertinya jika melihat kondisi dewasa ini, apa yang dinyatakan oleh Chanakya agak bertentangan. Dewasa ini setiap rencana tidak hanya disampaikan melalui kata-kata dengan tetangga sekitar, tetapi diiklankan, diberitakan lewat media massa agar semua orang tahu kalau kita punya rencana. Semakin banyak orang mengetahui, semakin sukseslah rencana itu dan akan mendapatkan banyak keuntungan. Seperti misalnya, orang yang memiliki rencana membangun apartemen, sebelum apartemen tersebut dibangun, ia mesti memasang iklan terlebih dahulu agar apa yang akan dikerjakannya laku dijual. Demikian juga dengan produk lainnya.
Tetapi kenapa Chanakya mengatakan kebalikannya? Mungkin Chanakya belum mengenal rencana yang diperjualbelikan. Rencana yang diperdagangkan bisa dikatakan sukses hanya ketika respon masyarakat positif. Rencana seperti membangun property, tempat hiburan, tempat perbelanjaan dan yang sejenisnya tergantung dari respon masyarakat. Jika respon tersebut baik, maka rencana tersebut baru dikerjakan, tetapi jika responnya negatif, rencana tersebut dibatalkan. Model rencana seperti ini mesti diiklankan terlebih dahulu. Namun, apa yang dinyatakan oleh Chanakya adalah untuk menyindir kita. Sering kita memiliki rencana ini dan itu, lalu kita menyanyi kemana-mana. Namun, setelah ditunggu-tunggu, rencana tersebut hanya selesai sampai disana. Rencana tinggal rencana.
Chanakya memberikan kesimpulannya itu diperuntukkan bagi kita yang suka malas-malasan. Ada dua kebenaran yang dapat kita petik dari kesimpulan tersebut. Pertama, jika kita terlalu mengumbar atas apa yang kita rencanakan tetapi kita tidak mampu melakukannya, atau kalau pun telah mengerjakannya namun gagal, tentu orang yang mendengarnya akan tertawa. Kita akan menjadi bahan tertawaan. Orang akan memiliki penilaian kalau kita suka ngomong saja sementara aksinya nol. Orang akan selamanya menilai kalau kita tidak memiliki kapabilitas untuk mengerjakan apapun. Maka dari itu, Chanakya menyarankan agar hendaknya apapun rencana kita orang tidak perlu tahu. Hal ini akan mengurangi penilaian negatif kepada kita.
Kebenaran kedua adalah rencana yang hendak kita lakukan akan menyakiti perasaan bhatin seseorang. Mengapa demikian? Disadari atau tidak, kita sebagian besar memiliki rasa iri hati yang akut. Pada prinsipnya kita tidak senang melihat orang lain senang, apalagi kesenangan yang dinikmatinya melebihi dari yang kita punya. Kita sebenarnya lebih senang melihat orang lain kena kemalangan, sebab dengan itu kita mampu menunjukkan ego kita dengan cara bersimpati padanya. Simpati artinya perasaan superior pada orang lain. Kita akan merasa superior bahwa kita tidak malang seperti orang itu. Nah, jika kita memiliki rencana yang melebihi orang lain, tentu orang itu akan merasa inferior. Hal ini memunculkan rasa tidak suka kepada kita. Tetapi rasa tidak suka itu diekpresikan dalam bentuk apresiasi yang positif. Mereka mengatakan “Wah bagus banget rencanamu! Aku salut, kapan-kapan bantu aku ya agar mampu memiliki rencana yang sebrilian ini!” Namun, dalam hati orang itu berkata “sialan aku kalah”.
I Gede Suwantana
Direktur Indra Udayana Institute of Vedanta
Dosen Fak. Brahma Widya, IHDN Denpasar
Mantrena raksayed gudham karya capi niyojayet
(Chanakya Niti Sastra, II.7)
Menurut Chanakya, jika kita memiliki rencana, jangan langsung hal tersebut disampaikan kepada siapapun. Rencana tersebut mesti tidak diketahui oleh siapapun, namun pada saat bersamaan, kita mesti segera mengerjakannya. Apa yang kita rencanakan tidak perlu orang tahu, tetapi apa yang telah kita kerjakan biarlah menjadi bukti bahwa kita telah memiliki rencana yang sukses dikerjakan. Biarlah orang tahu atas apa yang kita kerjakan, bukan atas apa yang rencananya kita kerjakan.
Mengapa demikian? Mengapa Chanakya berkesimpulan demikian? Bukankah rencana di pikiran harus kita sampaikan agar dikenal sehingga banyak orang tahu dan kemudian mudah mengerjakannya? Apakah mungkin kita melakukannya sendiri dari setiap rencana yang ingin kita kerjakan? Sepertinya jika melihat kondisi dewasa ini, apa yang dinyatakan oleh Chanakya agak bertentangan. Dewasa ini setiap rencana tidak hanya disampaikan melalui kata-kata dengan tetangga sekitar, tetapi diiklankan, diberitakan lewat media massa agar semua orang tahu kalau kita punya rencana. Semakin banyak orang mengetahui, semakin sukseslah rencana itu dan akan mendapatkan banyak keuntungan. Seperti misalnya, orang yang memiliki rencana membangun apartemen, sebelum apartemen tersebut dibangun, ia mesti memasang iklan terlebih dahulu agar apa yang akan dikerjakannya laku dijual. Demikian juga dengan produk lainnya.
Tetapi kenapa Chanakya mengatakan kebalikannya? Mungkin Chanakya belum mengenal rencana yang diperjualbelikan. Rencana yang diperdagangkan bisa dikatakan sukses hanya ketika respon masyarakat positif. Rencana seperti membangun property, tempat hiburan, tempat perbelanjaan dan yang sejenisnya tergantung dari respon masyarakat. Jika respon tersebut baik, maka rencana tersebut baru dikerjakan, tetapi jika responnya negatif, rencana tersebut dibatalkan. Model rencana seperti ini mesti diiklankan terlebih dahulu. Namun, apa yang dinyatakan oleh Chanakya adalah untuk menyindir kita. Sering kita memiliki rencana ini dan itu, lalu kita menyanyi kemana-mana. Namun, setelah ditunggu-tunggu, rencana tersebut hanya selesai sampai disana. Rencana tinggal rencana.
Chanakya memberikan kesimpulannya itu diperuntukkan bagi kita yang suka malas-malasan. Ada dua kebenaran yang dapat kita petik dari kesimpulan tersebut. Pertama, jika kita terlalu mengumbar atas apa yang kita rencanakan tetapi kita tidak mampu melakukannya, atau kalau pun telah mengerjakannya namun gagal, tentu orang yang mendengarnya akan tertawa. Kita akan menjadi bahan tertawaan. Orang akan memiliki penilaian kalau kita suka ngomong saja sementara aksinya nol. Orang akan selamanya menilai kalau kita tidak memiliki kapabilitas untuk mengerjakan apapun. Maka dari itu, Chanakya menyarankan agar hendaknya apapun rencana kita orang tidak perlu tahu. Hal ini akan mengurangi penilaian negatif kepada kita.
Kebenaran kedua adalah rencana yang hendak kita lakukan akan menyakiti perasaan bhatin seseorang. Mengapa demikian? Disadari atau tidak, kita sebagian besar memiliki rasa iri hati yang akut. Pada prinsipnya kita tidak senang melihat orang lain senang, apalagi kesenangan yang dinikmatinya melebihi dari yang kita punya. Kita sebenarnya lebih senang melihat orang lain kena kemalangan, sebab dengan itu kita mampu menunjukkan ego kita dengan cara bersimpati padanya. Simpati artinya perasaan superior pada orang lain. Kita akan merasa superior bahwa kita tidak malang seperti orang itu. Nah, jika kita memiliki rencana yang melebihi orang lain, tentu orang itu akan merasa inferior. Hal ini memunculkan rasa tidak suka kepada kita. Tetapi rasa tidak suka itu diekpresikan dalam bentuk apresiasi yang positif. Mereka mengatakan “Wah bagus banget rencanamu! Aku salut, kapan-kapan bantu aku ya agar mampu memiliki rencana yang sebrilian ini!” Namun, dalam hati orang itu berkata “sialan aku kalah”.
I Gede Suwantana
Direktur Indra Udayana Institute of Vedanta
Dosen Fak. Brahma Widya, IHDN Denpasar
1
Komentar