Rupiah Melemah, Pengusaha Bali Waswas
DENPASAR, NusaBali - Kalangan pengusaha Bali mengaku prihatin dan merasa waswas dengan melemahnya nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS). Pasalnya penurunan nilai tukar rupiah dikhawatirkan berdampak terhadap kegiatan eskpor- impor. Terutama ekspor bisa saja mengalami penurunan, terutama untuk barang- barang atau produksi yang memanfaatkan komponen impor. Hal itu karena harga barang- barang impor tersebut potensial meningkat.
“Ya, sebagai pengusaha tentu merasa waswas,” ujar Ketua Dewan Pengurus Wilayah (DPW) Asosiasi Logistik dan Forwarder Indonesia (ALFI) Bali Anak Agung Bagus Bayu Joni Saputra atau Gungu Bayu Joni, Jumat (19/4).
Dikatakan Gung Bayu Joni, harga bahan baku produk-produk yang menggunakan komponen impor, akan naik. Demikian juga produk-produk barang jadi dari luar negeri yang diimpor harganya tentu juga akan menanjak. “Dalam jangka panjang, kenaikan tidak baik bagi perekonomian, khususnya ekspor-impor,” ucapnya.
Dikatakan, memang dalam pandangan awal kenaikkan nilai dolar AS tersebut positif untuk kepentingan ekspor. Asumsinya pembeli luar negeri akan lebih banyak bisa menyerap atau membeli produk-produk ekspor dari Bali. “Tetapi ingat, kita tidak hanya ekspor saja. Namun, tidak sedikit juga memasukkan atau impor. Yang tentunya harga barang impor juga akan naik,” ujarnya.
Hal tersebut, lanjut Gung Bayu Joni, akan berdampak terhadap neraca perdagangan luar negeri. “Bisa mempengaruhi, akah neraca perdangan akan plus atau minus,” ucapnya.
Untuk bisnis logistik kata Gung Bayu Joni, jelas ikut nanti terimbas. Biaya produksi akan menjadi lebih banyak, biaya pengiriman juga akan meningkat. “Jadi dalam jangka panjang tentu akan berdampak,” lanjutnya.
Produk-produk ekspor di Bali, baik handcraft maupun industri, tidak sedikit yang komponennya juga berasal dari produk impor. Contohnya, pengadaan benang untuk tekstile. Selain itu, juga pengadaan mesin-mesin untuk produksi. Karena itu, Gung Bayu Joni berharap nilai tukar rupiah terkendali dan stabil, sehingga ada gambaran kepastian biaya untuk produksi maupun untuk pengiriman.
Selain kenaikkan nilai tukar, konflik kawasan seperti antara Rusia-Ukraina, kemudian konflik di kawasan Timur Tengah dan belahan dunia lainnya, juga berdampak terhadap ekspor. “Logikanya sederhana saja, kalau suatu negara sudah ada perang, untuk ekspor atau dagang ke sana tentu mengandung lebih besar risiko dibanding di kawasan yang aman,” katanya.
Singkatnya kata Gung Bayu Joni, pelemahan nilai tukar rupiah dan tekanan konflik global, potensial mengganggu ekspor-impor Bali. Bisnis logistik dan forwarding.
Untuk diketahui nilai kurs nilai rupiah terhadap dolar AS mengalami pelemahan belakangan ini. Sebagai gambaran up date dari Bank Indonesia per Jumat (19/4),
kurs jual rupiah adalah Rp 16.257,89 per 1 dolar AS. Sedangkan pada 16 April, kurs jual Rupiah Rp15.952,36 per 1 dolar AS. Sedangkan pada 15 April kurs jual Rupiah terhadap dollar AS Rp14.287,21 per 1 dolar AS. 7 k17
Komentar