DBD di Denpasar Tembus 369 Kasus
Tiga Pasien Meninggal Dunia, Salah satunya Ibu Melahirkan
Fogging tidak dilakukan setiap minggu, karena disamping biayanya tinggi, efek dari asap fogging juga tidak baik untuk kesehatan
DENPASAR, NusaBali
Dinas Kesehatan (Dinkes) Kota Denpasar mencatat terjadi 369 kasus Demam Berdarah Dengue (DBD) di Kota Denpasar sejak Januari hingga April 2024. Dari 369 kasus DBD, tiga pasien diantaranya meninggal dunia.
Kepala Dinas Kesehatan Kota Denpasar, dr Anam Ayu Candrawati saat diwawancarai, di Denpasar, Selasa (23/4) mengungkapkan, jumlah kasus yang muncul di Kota Denpasar pada Januari sebanyak 34 kasus, kemudian Februari 2024 sebanyak 42 kasus. Selanjutnya pada Maret tercatat sebanyak 122 kasus, serta April berdasarkan data sementara sebanyak 171 kasus. “Dari kasus tersebut ada tiga kasus meninggal dunia. Dua kasus meninggal yakni anak-anak dan satu orang adalah ibu melahirkan,” beber Ayu Candrawati.
Meski demikian, kata Ayu Candrawati, jumlah kasus DBD pada 2024 terjadi penurunan dibandingkan dengan tahun 2023 lalu. Pada tahun 2023 sejak Januari hingga April terjadi sebanyak 967 kasus dengan rincian Januari 296 kasus, Februari 255 kasus, Maret 230 kasus dan April sebanyak 186 kasus.
Ayu Candrawati mengatakan, pihaknya pun melakukan berbagai langkah untuk menekan kasus DBD ini. Salah satunya dengan menggencarkan pelaksanaan fogging yang fokus untuk menekan kasus DBD. Selain itu, sosialisasi kepada masyarakat untuk melakukan pemberantasan sarang nyamuk juga tetap dilakukan.
Pihaknya tetap mengedukasi masyarakat agar melaksanakan pemberantasan sarang nyamuk (PSN) secara konsisten. Selain itu, para jumantik juga tetap melakukan kunjungan rumah untuk ikut memantau jentik dan sekaligus mengedukasi masyarakat. “Kami juga melakukan fogging massal (ULV), dan sudah dilaksanakan mulai pertengahan Februari 2024 selama 1 bulan di lingkungan Kota Denpasar,” ujar Ayu Candrawati.
Fogging ini dilaksanakan sesuai indikasi yaitu adanya kasus dan ditemukan jentik saat PE (Pemantauan Epidemiologi). “Akan tetapi masyarakat tetap diedukasi agar melaksanakan PSN, oleh karena fogging ini hanya membunuh nyamuk dewasa. Kalau tetap ada jentik di tempat penampungan air atau genangan air, seminggu lagi akan berubah menjadi nyamuk dewasa, dan siap menyebarkan penyakit DBD dan begitu seterusnya,” ungkap Ayu Candrawati.
Dia mengingatkan, fogging tidak dilakukan setiap minggu, karena disamping biayanya tinggi, efek dari asap fogging juga tidak baik untuk kesehatan. “Untuk itu, peran masyarakat tetap diharapkan untuk mandiri PSN di lingkungan masing-masing,” ujar Ayu Candrawati.mis
1
Komentar