Ironis Jika Sampai Impor Garam
Langkah pemerintah untuk mengatasi kelangkaan garam di dalam negeri dengan cara impor, mendapat tanggapan dari anggota Komisi IV DPR RI Dapil Bali AA Bagus Adhi Mahendra Putra atau biasa disapa Gus Adhi.
JAKARTA, NusaBali
Menurut Gus Adhi, impor garam yang dilakukan pemerintah sangat ironis. “Sangat ironis, kita tidak punya garam mengingat Indonesia merupakan negara kedua terpanjang pantainya,” ujar Gus Adhi, Rabu (2/8).
Menurut Gus Adhi, dahulu produksi garam tanah air banyak. Bahkan masyarakat Indonesia menggunakan ilmu dari Mahatma Gandhi. Dimana beliau mengajarkan masyarakat bisa membuat garam dengan memasak air laut terlebih dahulu. Artinya, garam dapat di produksi dimana saja. Negara Inggris juga memakai cara itu. Oleh karena itu, langkanya garam menjadi pertanyaan, kenapa bisa terjadi atau memang ditiadakan sehingga impor bisa dilaksanakan.
“Semoga ini bukan sebuah pemikiran negatif, tetapi dapat dipertanyakan kenapa garam kita hilang. Dimana tanggung jawab pemerintah terhadap industri garam kita,” tegas pria yang antara lain membidangi masalah pertanian, kehutanan dan kelautan ini.
Menurut Gus Adhi, di Karangasem petani dapat menghasilkan garam Rp 70 ribu per kg. Garam tersebut dipakai untuk kosmetik. “Karangasem saja bisa menghasilkan garam kosmetik, apalagi garam komsumsi. Jadi sangat disayangkan sekali pemerintah melakukan impor garam,” imbuhnya. Terlebih, dahulu ada program pemberdayaan usaha garam rakyat (Pugar). Namun sejak Susi Pudjiastuti menjadi Menteri Kelautan dan Perikanan dihapus.
Ke depan, kata pria dari fraksi Golkar ini, pemerintah harus mengutamakan program pro rakyat. Sebagai wakil rakyat, Gus Adhi akan mempertanyakan tentang import garam yang dilakukan pemerintah. Tak ketinggalan mendorong pemerintah agar tidak melakukan import terus.
Melainkan melakukan pendampingan terhadap petani garam dengan memberi bantuan teknologi kepada mereka guna menghasilkan garam berkualitas. Plus hasil produksi garam mereka meningkat. *k22
Komentar