Desa Pengastulan Diverifikasi sebagai Desa Siaga Tsunami
SINGARAJA, NusaBali -Intergovernmental Oceanographic Commission (IOC), United Nations Educational Scientific And Cultural Organization (Unesco) bersama Badan Meteorologi dan Geofisika (BMKG) memverifikasi Desa Pengastulan, Kecamatan Seririt, Buleleng, untuk menjadi Desa Siaga Tsunami atau Tsunami Ready Community.
Verifikasi ini berlangsung selama dua hari, yakni Kamis (25/4) hingga Jumat (26/4).
Verifikator Tsunami Ready UNESCO, Wiwin Windupranata menyampaikan, verifikasi ini dilakukan dengan memperhatikan 12 indikator siaga tsunami berdasarkan proposal dari tim desa, juga hasil penilaian tim National Tsunami Ready Board. Verifikasi yang dilakukan seperti melihat skema evakuasi sampai infrastruktur seperti tempat, jalur, dan rambu evakuasi serta titik kumpul.
“Tugas kami mengkonfirmasi, memastikan semua yang dilaporkan dan dinilai sebelumnya pada bulan Oktober dan November 2023 itu ada dokumentasi, ada kebenarannya. Jadi kami sesuaikan syaratnya berdasarkan panduan yang ada,” ujarnya, ditemui di Kantor Desa Pengastulan, kemarin.
Windu menyebutkan, wilayah yang memegang predikat Tsunami Ready Community hanya ada 14 di seluruh dunia, dari jumlah itu 10 ada di Indonesia. Di Bali, diketahui hanya Desa Tanjung Benoa, Kecamatan Kuta Selatan, Kabupaten Badung yang memiliki predikat tersebut.
Sehingga menurutnya, Desa Pengastulan memiliki potensi besar untuk mendapatkan predikat Tsunami Ready Community, karena sudah diakui oleh nasional. “Pengakuan ini bukan jaminan tidak ada korban jiwa bila ada bencana tsunami atau desa ini tahan tsunami. Tetapi menjadi pemicu untuk meningkatkan kesadaran mitigasi bencana,” sambungnya.
Sementara itu, Kepala Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Buleleng, Putu Ariadi Pribadi mengharapkan dengan adanya predikat ini, dapat mendorong masyarakat Desa Pengastulan untuk meningkatkan kapasitasnya dalam mengurangi resiko terdampak bencana, khususnya gempa yang berpotensi tsunami.
Apalagi, wilayah Seririt pernah dilanda gempa berkekuatan 6,5 SR yang berujung tsunami kecil pada tahun 1976 silam. “Indikator yang ada, serta yang kami siapkan di sini, akan dievaluasi oleh tim verifikator. Nanti hasilnya akan kami pakai catatan evaluasi untuk menjadi semangat waspada potensi bencana,” ujarnya.
Ariadi melanjutkan, pihaknya sudah menyiapkan sarana seperti jalur dan rambu evakuasi, peta potensi bencana, termasuk titik kumpul. Juga bersama masyarakat Desa Pengastulan, mereka menyepakati menggunakan kentongan, pengeras suara di masjid dan pura sebagai alat pemberi informasi bencana.
“Termasuk juga command center di Desa Pengastulan, akan menerima info bila ada bencana. Teknisnya dari BMKG Bali menginformasikan ke BPBD Buleleng, dari kami lalu ke command center,” pungkasnya. 7 mzk
Komentar