Keluarga Tunjuk Pengacara, Minta Pelaku Dihukum Setimpal
Taruna STIP asal Klungkung Meninggal di Kampus di Jakarta
Pj Bupati Klungkung I Nyoman Jendrika melayat ke Jakarta, serta memastikan proses pemulangan jenazah ke Bali berjalan lancar.
SEMARAPURA, NusaBali - Suasana duka menyelimuti kediaman mahasiswa semester dua Sekolah Tinggi Ilmu Pelayaran (STIP) Marunda, Jakarta Utara, di Banjar Bandung, Desa Gunaksa, Kecamatan Dawan, Klungkung, Putu Satria Ananta Rustika, 19, atau biasa disapa Rio pada Sabtu (4/5). Rio meninggal dunia diduga dianiaya di kampusnya, Jumat (3/5) pagi. Hal tersebut, berdasarkan informasi yang diperoleh keluarga dan temuan lebam-lebam di tubuhnya.
Pantauan di rumah duka, sejumlah kerabat dan sanak keluarga berdatangan melayat ke rumah duka di Banjar Bandung, Desa Gunaksa, Sabtu pagi sekitar pukul 08.00 Wita. Termasuk anggota DPR RI Dapil Bali dari PDI Perjuangan Nyoman Parta. Kedatangan para pelayat diterima oleh ayah Rio, I Ketut Swastika.
Swastika berusaha tegar namun dia tak bisa menyembunyikan kesedihannya yang mendalam, hingga dia menitikkan air mata saat menceritakan sosok anaknya.
“Saya sangat terpukul atas apa yang terjadi pada anak saya,” ujar Swastika.
Putra sulungnya tersebut baru menjalani pendidikan taruna di STIP Jakarta September 2023 lalu atau sekitar 8 bulan lalu. Rio sempat pulang kampung serangkaian cuti libur Idul Fitri pada awal April 2024 lalu. Ketika berada di rantauan Rio sering berkabar dengan keluarga melalui telepon, terutama saat dapat libur. Komunikasi terakhir pada Rabu (1/5) lalu, ketika itu Rio minta sepeda motornya dipasangi strip (stiker).
“Kami dari pihak keluarga tidak ada firasat sama sekali, tiba-tiba istri saya menerima telepon terkait musibah tersebut,” kata Swastika.
Rio merupakan alumnus SMAN 2 Semarapura, Klungkung dan sempat menjadi anggota Paskibraka. Setamat SMA dia ingin melanjutkan pendidikan di sekolah kedinasan dan mencari informasi sendiri hingga memilih STIP. Mengetahui hal itu orangtuanya mendukung keputusan anaknya tersebut.
“Anak saya memang berkeinginan melanjutkan pendidikan di sekolah kedinasan sejak SMA,” ucap Swastika.
Dia tak menyangka sama sekali menerima kabar anaknya meninggal dunia, diduga menjadi korban kekerasan oleh seniornya. Pasalnya, selama ini Rio tidak pernah cerita terkait senioritas di sekolahnya, dan mengaku semua baik-baik saja.
“Saya mohon kepada aparat kepolisian mengusut kasus ini sampai tuntas, dan pelakunya dijatuhi hukuman yang setimpal,” tegas Swastika, sembari berharap ke depannya tidak ada lagi kejadian seperti yang menimpa anaknya tersebut.
Pihak keluarga saat ini masih menunggu kapan jenazah Rio bisa dipulangkan, karena saat ini masih proses otopsi. Setelah jenazah tiba di rumah, barulah keluarga rembuk untuk prosesi upacaranya.
Rio kelahiran Gunaksa, 13 Juni 2005, adalah anak pertama dari 3 bersaudara pasangan Ketut Swastika dan Nengah Rusmini. Anak kedua perempuan kini kelas X SMAN 2 Semarapura, anak ketiga laki-laki kini kelas VI SD. Swastika sehari-harinya bekerja sebagai pedagang dan istrinya PNS di RSUD Klungkung. “Keseharian anak saya polos dan tidak neko-neko, termasuk hormat kepada siapapun, hobinya olahraga dan aktif organisasi,” ujar Swastika.
Sementara itu, keluarga Rio telah menunjuk kuasa hukum untuk menangani kasusnya. Mereka adalah Tumbur Aritonang dan tim. Penunjukan dilakukan pada Jumat (3/5).
“Keluarga menunjuk kuasa hukum agar masalah selesai dan tidak ada yang ditutup-tutupi. Kemudian tersangka diadili seadil-adilnya,” ujar paman Rio (kakak dari bapaknya Rio) Nyoman Budiarta kepada NusaBali di Rumah Duka RS Polri, Kramat Jati, Jakarta Timur, Sabtu (4/5).
Jenazah Rio, kata pria yang biasa dipanggil Budi, pada Sabtu (4/5) malam dibawa terlebih dahulu ke Cargo Bandara Soekarno Hatta. Selanjutnya pada Minggu (5/5) hari ini pukul 05.00 WIB diterbangkan ke Bali.
Hal sama dikatakan kuasa hukum Rio, Tumbur Aritonang yang didampingi Jones Silitonga. Tumbur menyatakan, jenazah Rio akan diterbangkan ke Bali pada Minggu (5/5), lantaran jenazahnya sudah diotopsi di RS Polri, Kramat Jati.
Kuasa hukum keluarga Rio, Tumbur Aritonang (kiri). -NOPIYANTI
“Otopsi sudah dilakukan, tetapi kami belum dikabari mengenai hasilnya. Sebagai kuasa hukum, kami monitor terus semua proses yang dilakukan kepolisian. Kami juga akan terus kawal sampai ke kejaksaan, pengadilan, hingga sidang, dan putusan,” ucap Tumbur.
Menurut Tumbur, keluarga hanya menuntut keadilan atas apa yang terjadi terhadap Rio. Tumbur berharap pihak kepolisian dan kejaksaan menggunakan pasal-pasal yang seadil-seadilnya. “Begitu pula, saat proses sidang nanti, siapa pun majelis hakimnya dapat memberikan hukuman seadil-adilnya,” jelas Tumbur.
Di Rumah Duka RS Polri terlihat teman-teman Rio dan keluarga dari Bali. Tumbur menyatakan, dari pihak keluarga ada ibunya Rio yang datang langsung dari Bali.
Pj Bupati Klungkung I Nyoman Jendrika juga hadir di Rumah Duka RS Polri. Menurut Jendrika, kedatangannya langsung ke Jakarta untuk memberikan dukungan moral kepada ibunda Rio dan keluarga besarnya.
Pj Bupati Klungkung I Nyoman Jendrika (pakai topi hitam) melayat ke Rumah Duka RS Polri, Kramat Jati, Jakarta, Sabtu kemarin. -NOPIYANTI
“Korban atas nama Putu Satria Ananta Rustika adalah warga kami di Klungkung yang sedang menempuh pendidikan di STIP Jakarta. Sehingga kewajiban kami sebagai pejabat di Klungkung datang untuk mengetahui secara langsung kejadiannya dan membantu secara maksimal apa yang dibutuhkan keluarga almarhum,” ujar Jendrika.
“Semoga lancar perjalanannya ke Bali. Setelah tiba di Bali sudah ada ambulans yang antar jenazah almarhum sampai ke rumah duka di Klungkung,” imbuh Jendrika.
Jendrika mengatakan, dia sudah mendapat kepastian dari Kampus STIP keluarga yang mendampingi mendapat tiket pula di cargo.
“Kami selaku pimpinan di Klungkung sangat prihatin dan berduka atas meninggalnya almarhum. Apalagi, kami dapat informasi, almarhum adalah sosok yang cerdas dan seorang mayoret di marching band kampusnya. Almarhum juga merupakan seorang yang pintar berorganisasi dan bidang lainnya,” papar Jendrika.
Untuk itu, Jendrika, menyesalkan kekerasan yang terjadi kepada Rio. “Ini pelajaran berharga bagi STIP, karena saya dapatkan info, ini merupakan kejadian kelima. Harapan kami agar kampus tanggung jawab dan melakukan pencegahan agar tidak terjadi korban lain di masa akan datang,” tandas Jendrika.
Bagi Jendrika, cukup kejadian Rio yang terakhir. “Permintaan kami, pelaku penganiayaan diproses hukum yang berlaku dan tidak ada titipan kasus. Kepada pihak kampus, kami minta dibukakan informasi seluas-luasnya dan memberi akses agar kasus terang benderang, dan yang salah dapat hukuman maksimal atas perbuatannya,” ucap Jendrika.
Jendrika juga sudah koordinasi dengan Dirut RSUD Klungkung agar menyiapkan ambulans untuk menyemput jenazah dari Bandara I Gusti Ngurah Rai di Tuban, Kecamatan Kuta, Badung, menuju rumah keluarga di Klungkung. “Saya pasti akan pantau prosesnya, sehingga tidak ada kendala dalam proses pengiriman dari Jakarta ke Bali,” tutur Jendrika.
Anggota Komite I DPD RI yang menangani bidang hukum Gede Ngurah Ambara Putra juga datang melayat dan mengucapkan bela sungkawa kepada keluarga Rio.
Di rumah duka, Ngurah Ambara bertemu dengan ibunda Rio, Ni Nengah Rusmini dan pamannya Rio, Budi. Menurut Ngurah Ambara, pihak keluarga ingin proses hukum kasus Rio tidak mandek di tengah jalan.
“Mereka juga ingin pelaku mendapat sanksi tegas. Itu yang mereka sampaikan dan titipkan kepada saya sebagai wakil rakyat,” kata Ngurah Ambara.
Ngurah Ambara meminta kepada pemerintah agar lebih meningkatkan lagi pengawasan di bidang pendidikan sehingga tidak terjadi kembali kekerasan di kampus yang memiliki ikatan dinas. Sesama siswa juga perlu saling menghormati hak asasi manusia, karena intimidasi atau kekerasan tidak dibenarkan. “Disiplin senioritas, tidak mesti dalam bentuk kekerasan atau intimidasi,” kata gurah Ambara.
Pantauan NusaBali, terlihat peti jenazah diangkat oleh kawan-kawan Rio menuju mobil jenazah sekitar pukul 19.30 WIB untuk dibawa ke cargo Bandara Soekarno Hatta. Mereka juga memberikan penghormatan terakhir kepada Rio. Sebelum dibawa ke cargo, sore harinya ada doa bersama. 7 wan, k22
Komentar