Krama Banjar Behu Bangkitkan Sanghyang Dedari
SEMARAPURA, NusaBali - Krama Banjar Behu, Desa Bunga Mekar, Kecamatan Nusa Penida, Klungkung bangkitkan tradisi Tari Sanghyang Dedari setelah vakum bertahun-tahun. Tarian sakral ini kembali masolah perdana di Pura Paibon Dalem Tarukan, Banjar Behu pada rahina Buda Kliwon Matal, Rabu (8/5). Sanghyang Dedari dipentaskan serangkaian ngodakin pratima di pura paibon.
Tari Sanghyang Dedari di Banjar Behu bertahun-tahun vakum karena penarinya sudah bajang (beranjak dewasa) dan ketika itu tidak ada penerusnya. Penari Sanghyang Dedari merupakan anak-anak yang belum menstruasi. Gelungan Sanghyang Dedari disimpan di Pura Desa. Namun gelungan lama sudah rusak sehingga diganti baru sesuai aslinya, termasuk busananya. Tarian sakral ini kembali dibangkitkan setelah sejumlah tokoh seperti jro mangku bermimpi yang dimaknai membangkitkan kembali tradisi Sanghyang Dedari. Akhirnya krama sepakat nyanjan (meminta petunjuk niskala).
Anak-anak di Banjar Behu dikumpulkan di pura. Anak yang dipilih secara niskala atau karauhan pertama diyakini untuk mewariskan tarian ini. Terpilih Ni Putu Ayu Ratih Noviani, 10, yang saat ini duduk di bangku kelas III SD. Ayu Ratih mendapatkan latihan dari penari Sangyang Dedari sebelumnya dan dengan cepat menguasai gerakan tarian tersebut. Tari Sanghyang Dedari ditarikan dengan nyanyian khusus. Penari menari dengan kondisi tidak sadarkan diri dan mata tertutup.
Pamangku Pura Paibon Dalem Tarukan, Jro Mangku Made Artha, mengatakan sesuai petunjuk hasil dari nyanjan, Sanghyang Dedari ditarikan kembali pada Buda Kliwon Matal bertepatan dengan Tilem Uwudan. Tari Sanghyang Dedari dipentaskan saat ada pujawali maupun atas permohonan warga yang naur sesangi ketika permohonannya terkabul. Tak sedikit krama yang permohonannya dikabulkan setelah memohon kepada Sanghyang Dedari. Ada memohon dikaruniai anak atau memohon obat atas penyakit yang diderita.
“Sanghyang Dedari ini ditarikan dengan tujuan menetralisir wilayah sekitar agar terhindar dari mara bahaya dan krama mendapat karahayuan dan keselamatan,” ujar Jro Mangku Made Artha, Jumat (10/5). Maknanya adalah Sanghyang Dedari (Bidadari) turun ke bumi untuk memberikan kerahayuan, ketenangan, kesejukan, dan keselamatan kepada warga. Untuk membangkitkannya ada beberapa prosesnya, mulai dari mapekeling. “Astungkara Ida Sesuhunan merestui hingga tradisi ini bangkit kembali,” ujar Jro Mangku Made Artha. 7 wan
Komentar