Perbekel Inisiasi Bermain Bersama Setiap Hari Minggu di Balai Desa
Cara Unik dan Kreatif untuk Mengurangi Ketergantungan Gadget Bagi anak-anak di Desa Banyupoh, Buleleng
Di akhir pertemuan dan bermain bersama anak-anak disuguhi nasi bungkus sederhana yang dimasak langsung istri perbekel dengan dana dari kantong pribadi
SINGARAJA, NusaBali - Sejak enam bulan terakhir puluhan anak-anak di Desa Banyupoh, Kecamatan Gerokgak, Buleleng meramaikan Balai Desa Banyupoh setiap hari Minggu. Anak-anak ini meramaikan balai desa dari pukul 08.00-11.00 Wita untuk bermain bersama teman-teman sebayanya. Selama bermain bersama mereka tidak diperbolehkan memegang handphone, tetapi diarahkan bermain sejumlah permainan tradisional. Walau di awal belum banyak peminat, namun kini seiring berjalannya waktu semakin banyak anak-anak yang mengikuti kegiatan sederhana, tapi sangat bermanfaat ini.
Perbekel Banyupoh, Putu Sukerata saat dihubungi, Selasa (14/5) mengatakan program ini diinisiasi oleh dirinya dan berlangsung sejak Desember 2023 lalu. Ide ini muncul di awal jabatannya, Sukerata melihat balai desa selalu diramaikan anak-anak. Mereka mencari wifi gratis untuk bermain game atau bermain sosial media (sosmed) sampai lupa waktu. Kondisi itu membuat Perbekel Sukerata prihatin dan terpikir olehnya untuk menjalankan program bermain bersama.
Anak-anak makan bersama usai bermain di Balai Desa Banyupoh. -IST
“Apapun kalau berlebihan itu tidak baik. Akhirnya saya coba kumpulkan mereka dan ajak bermain bersama. Awalnya hanya 20 orang yang datang, kalau sekarang rata-rata 50-an orang,” ucap Sukerata. Kegiatan bermain bersama ini dirancang sangat santai. Anak-anak Desa Banyupoh bebas memainkan permainan tradisional sesuai dengan keinginan mereka. Mulai dari gobak sodor, meong-meong dan lainnya.
Di sela-sela mereka bermain diselingi dengan pemberian petuah yang berisi nilai-nilai kemanusiaan. Petuah dan nasihat itu diberikan langsung oleh Perbekel Sukerata. “Tidak ada yang terlalu formal, intinya memberikan motivasi dan petuah sehari-hari seperti sopan santun, menghormati orang tua dan nilai-nilai kemanusiaan lainnya. Kadang ada dibantu teman kaur desa,” imbuh dia. Lalu di akhir pertemuan anak-anak disuguhi nasi bungkus sederhana. Nasi bungkus itu dimasak langsung oleh istri perbekel dengan dana dari kantong pribadinya. Nasi bungkus dengan lauk sederhana berupa sayur mayur, tempe tahu dan telur dimakan bersama anak-anak.
Sekali memasak bisa habis 5-6 kilogram. “Tidak ada stimulan lain yang diberikan, anak-anak sejauh ini senang dan astungkara selalu datang. Ya walaupun hanya seminggu sekali ini jadi hiburan juga bagi mereka dan sedikit mengurangi kecanduan gadget,” papar Sukerata. 7 k23
1
Komentar