Hipertensi Si Penyakit Silent Killer
DENPASAR, NusaBali - Hipertensi disebut sebagai silent killer dan masih banyak masyarakat yang tidak menyadari memiliki penyakit ini.
Dalam rangka World Hipertensi Day, RSUP Prof dr IGNG Ngoerah menggelar diskusi ‘Ngobrol untuk Sehat dengan Gaya Asyik (Ngusik)’ membahas penyakit hipertensi, Jumat (17/5).
Diskusi dimoderatori dr Ni Wayan Anantika Riani M BIOMED, SpPD dengan narasumber Prof Dr dr I Gede Raka Widiana SpPD, KGH, FINASIM. Berdasar data 2019, estimasi jumlah kasus hipertensi di Indonesia mencapai 63.309.620 orang, dengan angka kematian sebesar 427.218 jiwa. Penyakit ini tidak hanya mengancam kelompok usia lanjut; prevalensi hipertensi cukup tinggi pada kelompok usia 31-44 tahun (31,6%), 45-54 tahun (45,3%), dan 55-64 tahun (55,2%). Ini berarti sekitar 70 juta lebih penduduk Indonesia diperkirakan menderita hipertensi.
“Hipertensi atau tekanan darah tinggi, adalah kondisi di mana tekanan darah sistolik seseorang lebih dari atau sama dengan 140 mmHg dan/atau tekanan darah diastolik lebih dari atau sama dengan 90 mmHg. Hipertensi sering disebut sebagai ‘silent killer’ karena banyak penderitanya yang tidak menyadari kondisi mereka hingga muncul komplikasi serius,” kata dr Widiana.
“Rata-rata tekanan darah yang harus dicapai adalah kurang dari 130/80 tapi tidak lebih rendah dari 120/70. Artinya target tekanan darahnya adalah antara 120-129/70-79,” imbuhnya.
Beberapa faktor risiko utama hipertensi antara lain kelebihan berat badan atau obesitas, kurangnya aktivitas fisik, konsumsi garam berlebihan, dan konsumsi alkohol yang tinggi. Gejala umum hipertensi meliputi sakit kepala, sesak napas, gelisah, pandangan kabur, mual, muntah, dan kelelahan. Namun, banyak penderita hipertensi tidak merasakan gejala apa pun hingga kondisi mereka memburuk.
“Sebelum seseorang menderita hipertensi, terdapat beberapa faktor risiko yang dapat menjadi penyebabnya. Di antaranya adalah pola makan yang tidak sehat, khususnya pola makan yang mengandung gula, garam, dan lemak melebihi batas normal setiap harinya. Selain itu, kurangnya aktivitas fisik juga berperan, di mana dianjurkan untuk melakukan aktivitas fisik sekitar 15-20 menit setiap hari untuk mencegah munculnya penyakit tidak menular,” tutur dr Widiana.
“Menurut penelitian yang dikemukakan oleh WHO, katanya sepertiga dari total penduduk dunia tidak mengetahui mereka memiliki penyakit hipertensi, sepertiganya lagi tahu memiliki penyakit hipertensi tapi tidak mampu mencapai target terapi, sisanya tahu tapi tidak mendapatkan terapi. Jadi penting melakukan screening awal. Jadi tidak menunggu terlambat karena tidak semua pasien itu punya gejala,” ujarnya.
Kesadaran untuk melakukan pemeriksaan tekanan darah secara berkala sangat penting untuk mendeteksi hipertensi sejak dini. Dia menggarisbawahi bahwa banyak orang tidak menyadari mereka memiliki hipertensi hingga terjadi komplikasi yang serius.
“Dengan mengetahui kondisi kita lebih awal dan melakukan pengobatan yang tepat, kita bisa mencegah komplikasi seperti stroke, gagal ginjal, gagal jantung, dan kebutaan,” tegasnya. 7 cr79
1
Komentar