OJK: IJK di Bali Solid dan Stabil
Pertumbuhan ekonomi Bali sebesar 5,98 persen. Laju pertumbuhan ekonomi Bali kembali lebih tinggi dibandingkan pertumbuhan nasional sebesar 5,11 persen.
DENPASAR, NusaBali
Kantor Otoritas Jasa Keuangan (OJK) Provinsi Bali menilai Industri Jasa Keuangan (IJK) di Provinsi Bali posisi Maret 2024 tetap solid dan terjaga stabil. Hal ini didukung oleh permodalan yang kuat, kondisi likuiditas yang stabil, dan profil risiko yang terjaga.
“Kinerja IJK tersebut mendukung perkembangan perekonomian Provinsi Bali yang tumbuh sebesar 5,98 persen (yoy) di triwulan I tahun 2024,” ujarnya Kepala OJK Provinsi Bali Kristrianti Puji Rahayu, Jumat (17/5).
Pertumbuhan tersebut sedikit lebih tinggi dibandingkan triwulan IV tahun 2023 sebesar 5,86 persen (yoy). Selain itu, lanjut Puji Rahayu, laju pertumbuhan ekonomi Bali kembali lebih tinggi dibandingkan pertumbuhan nasional sebesar 5,11 persen dan menempatkan Bali berada di posisi ke-6 tertinggi secara nasional.
Data sektor perbankan Provinsi Bali posisi Maret 2024 menunjukkan penyaluran kredit maupun penghimpunan DPK mengalami pertumbuhan yang semakin membaik dari periode sebelumnya. Penyaluran kredit mencapai Rp 106,12 triliun atau tumbuh 6,52 persen (yoy) lebih tinggi dibandingkan posisi yang sama tahun sebelumnya yang sebesar 3,46 persen (yoy).
Penyaluran kredit Bank Umum di Bali sebesar Rp 93,17 triliun atau tumbuh 6,92 persen (yoy), lebih tinggi dibandingkan posisi Maret 2023 yang sebesar 3,42 persen (yoy). Sementara itu, penyaluran kredit BPR posisi Maret 2024 mencapai Rp 12,95 triliun atau tumbuh 3,79 persen (yoy), sedikit lebih tinggi dibandingkan posisi Maret 2023 yang sebesar 3,74 persen (yoy).
Berdasarkan jenis penggunaannya, pertumbuhan kredit (yoy) masih didorong oleh peningkatan nominal kredit Investasi yang bertambah sebesar Rp 4,75 triliun atau tumbuh 18,17 persen (yoy). Tingginya pertumbuhan kredit investasi ini menggambarkan meningkatnya kepercayaan masyarakat terhadap kondisi ekonomi di Bali.
Berdasarkan sektornya, penyaluran kredit didominasi oleh sektor Bukan Lapangan Usaha (konsumtif) sebesar 34,21 persen dan Sektor Perdagangan Besar dan Eceran sebesar 29,97 persen. Pertumbuhan kredit disumbangkan peningkatan nominal penyaluran di Sektor Perdagangan Besar dan Eceran yang bertambah sebesar Rp 1,59 triliun atau tumbuh 5,25 persen (yoy).
Serta Sektor Penerima Kredit Bukan Lapangan Usaha sebesar Rp1,47 triliun, tumbuh 4,21 persen (yoy). Berdasarkan kategori debitur, sebesar 53,13 persen kredit di Bali disalurkan kepada UMKM dengan pertumbuhan sebesar 8,42 persen (yoy).
Penghimpunan DPK mencapai Rp 174,46 triliun atau tumbuh double digit yaitu 19,18 persen (yoy) tumbuh melandai dibandingkan posisi yang sama tahun sebelumnya sebesar 22,86 persen (yoy). Berdasarkan jenisnya, peningkatan DPK dibandingkan Maret 2023 ditopang oleh kenaikan nominal Tabungan sebesar Rp 15,07 triliun.
Fungsi intermediasi yang tercermin dari Loan to Deposit Ratio (LDR) posisi Maret 2024 sebesar 60,83 persen, menurun dibandingkan posisi Maret 2023 yang sebesar 68,06 persen. LDR yang termoderasi dibandingkan periode sebelumnya antara lain karena pertumbuhan penghimpunan DPK lebih tinggi dibandingkan penyaluran kredit. “Tingginya pertumbuhan DPK mencerminkan bahwa kondisi ekonomi masyarakat di Bali berangsur-angsur membaik,” ucap Puji Rahayu.
Adapun kecukupan modal BPR yang tercermin pada likuiditas BPR (cash ratio/CR) dan Capital Adequacy Ratio (CAR) terjaga di atas threshold, berturut-turut sebesar 14,92 persen dan 34,17 persen. Tingginya permodalan perbankan diyakini mampu menyerap potensi risiko yang dihadapi dan OJK akan terus mendorong kinerja intermediasi dengan tetap menjaga keseimbangan antara pertumbuhan pembiayaan dan terjaganya likuiditas.
Dikatakan Puji Rahayu, kualitas kredit perbankan di Bali tetap terjaga yang tercermin dari penurunan rasio kredit bermasalah atau Non Performing Loan (NPL) gross sebesar 3,12 persen lebih rendah dibandingkan posisi Maret 2023 yang sebesar 3,35 persen. Sementara itu NPL net berada di posisi 1,77 persen, sedikit lebih rendah dibandingkan Maret 2023 yang sebesar 1,78 persen. 7 k17
Komentar