Presiden WWC: WWF Ke–10 di Bali Paling Profesional
Pj Gubernur Bali: Laut dan Air Harus Dimuliakan
DENPASAR, NusaBali - Presiden World Water Council (WWC) Loic Fauchon menilai persiapan World Water Forum Ke–10 di Bali merupakan yang paling profesional dan efisien dibanding penyelenggaraan sebelumnya.
Dia juga menyebut bahwa acara ini menjadi yang paling sukses dan menjadi kejayaan diplomasi (diplomatic victory) bagi Indonesia.
“Sejak awal 30 tahun lalu, ini yang paling profesional, yang paling efisien yang pernah saya lihat,” kata Loic setelah menyaksikan ritual Segara Kerthi di Pantai Serangan, Denpasar Selatan, Kota Denpasar, Sabtu (18/5).
Untuk itu, dia menyampaikan rasa terima kasih kepada masyarakat Bali dan Indonesia dan seluruh tim yang telah menyiapkan forum yang diadakan tiga tahun sekali itu.
Dia pun mengaku takjub, pada hari pertama pelaksanaan forum tersebut yang diawali dengan mengangkat tradisi dan kearifan lokal masyarakat Bali melalui ritual Segara Kerthi.
“Saya yakin kegiatan sore ini upacara yang luar biasa,” imbuhnya.
Bahkan, dia menyebutkan bahwa World Water Forum Ke–10 di Bali menjadi yang paling sukses dan menjadi kejayaan diplomasi bagi Indonesia. “Forum ini akan menjadi diplomatic victory untuk Indonesia,” ujar Loic.
Sementara itu, Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat Basuki Hadimuljono selaku Ketua Harian Panitia Nasional WWF Ke–10 menjelaskan kejayaan diplomasi itu karena baru pertama kali penyelenggaraan WWF ada pertemuan tingkat tinggi para kepala negara.
Selain itu, baru pada pertemuan WWF Ke–10 di Bali akan menghasilkan deklarasi menteri, dan baru kali ini juga akan ada hasil berupa kesepakatan proyek terkait air yang ditandatangani.
“Jadi tiga hal itu menjadi diplomatic victory Indonesia dalam WWF,” kata Basuki.
Basuki mengatakan bahwa yang membedakan World Water Forum Ke–10 adalah penyelenggaraan konferensi tingkat tinggi setelah pembukaan. Biasanya, forum akan langsung dimulai setelah pembukaan. Pernyataan tersebut dia sampaikan berdasarkan pengalamannya menghadiri lima penyelenggaraan World Water Forum.
Adapun kelima World Water Forum yang dihadiri oleh Basuki, yakni WWF Ketiga di Kyoto, Jepang; WWF Keempat di Kota Meksiko, Meksiko; WWF Kelima di Istanbul, Turki; WWF Ketujuh di Daegu, Korea Selatan; dan WWF Kesembilan di Dakar, Senegal.
Basuki mengungkapkan WWF Ke–10 dijadwalkan dihadiri sebanyak delapan kepala negara yakni rencananya dari Timor Leste, Fiji, Tajikistan, Srilanka, Hungaria, Maroko, dan Indonesia selaku tuan rumah.
Selain itu, sebanyak 105 menteri juga dijadwalkan menghadiri World Water Forum dari 132 negara dan organisasi internasional, dengan jumlah peserta yang diperkirakan mencapai sekitar 46.000 orang.
Adapun World Water Forum pertama kali diadakan di Maroko pada 1997 dan diadakan setiap tiga tahun sekali untuk membahas isu terkait air.
Indonesia terpilih menjadi tuan rumah pelaksanaan WWF Ke–10 di Bali melalui Sidang Umum World Water Council pada Maret 2022.
Menteri Koordinator Bidang Maritim dan Investasi (Menko Marves) Luhut Binsar Pandjaitan mengatakan, upacara Segara Kerthi merupakan salah satu kearifan lokal masyarakat Bali. Dari upacara ini terlihat bagaimana kepedulian masyarakat Bali terhadap lingkungan alam khususnya air.
Sementara itu, Penjabat (Pj) Gubernur Bali Sang Made Mahendra Jaya mengatakan laut dan air harus dimuliakan karena merupakan sumber kehidupan dan penghidupan kepada manusia yang selaras dengan agenda World Water Forum Ke–10.
“Air harus dirawat, disucikan, dan dimuliakan baik secara sekala atau nyata dan niskala atau spiritual,” kata Mahendra Jaya di sela upacara Segara Kerthi di Pantai KEK (Kawasan Ekonomi Khusus) Kura Kura Bali, Kelurahan Serangan, Denpasar Selatan pada Saniscara Kliwon Uye, Sabtu (18/5) sore.
Menurut dia, Pemprov Bali menginisiasi Segara Kerthi yang merupakan tradisi dan kearifan lokal masyarakat Bali untuk dikenalkan kepada masyarakat dunia, bahwa air memegang peranan penting untuk dijaga dan dirawat keberlanjutannya.
Tradisi itu merupakan bentuk pemuliaan alam semesta khususnya laut dan segala isinya atau disebut sarwa prani.
Sesuai kearifan lokal masyarakat Bali, lanjut dia, laut merupakan muara dari segala kehidupan dan samudera menciptakan peradaban.
“Laut dan air adalah habitat terbesar, beraneka ragam jenis satwa dimanfaatkan manusia sebagai sumber kehidupan,” katanya.
Untuk itu, upaya terus merawat dan melindungi laut dan air merupakan bentuk yang dilakukan secara sekala.
Sedangkan secara niskala atau spiritual/tidak nyata, upayanya dilakukan melalui ritual pemujaan kepada Tuhan agar selalu hidup harmonis dengan alam.
Mahendra Jaya berharap taksu Bali memberi energi positif terhadap kelancaran pelaksanaan WWF dan memberikan memori indah kepada para peserta yang hadir.
Dalam kesempatan tersebut, juga dilakukan pelepasan 1.000 ekor tukik, 1.000 ekor burung, dan 5 ekor penyu, oleh para delegasi.
Selain dihadiri para delegasi, upacara itu juga dihadiri Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi Luhut Binsar Pandjaitan, Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat Basuki Hadimuljono, Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Sandiaga Uno, Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi Abdullah Azwar Anas, Bupati/Walikota se–Bali, Forkopimda Bali, dan masyarakat Desa Adat Serangan.
Penampilan dua penari topeng penasar memulai pertunjukan Bali Nice, diikuti Tari Sang Hyang Dedari (diiringi Tari Kecak), Tari Sang Hyang Jaran, Tari Baris Cerekuak, Tari Rejang Putri Maya, Tari Topeng Sidakarya, dan diakhiri dengan persembahyangan bersama. Lima orang sulinggih melantunkan puja, sementara pementasan seni dilangsungkan untuk memeriahkan acara. 7 ant, a
1
Komentar