Spektrum Rupa, Ruang Komunikasi dan Eksperimen Seni
Pertemukan Berbagai Rumpun Seni Rupa
I Wayan Sujana Suklu
Kurator Pameran
Spektrum Rupa
Manawa Manu Mahardika
Pertemukan Berbagai Rumpun Seni Rupa
DENPASAR, NusaBali - Dalam rangka memperingati Hari Pendidikan Nasional (HARDIKNAS), Institut Seni Indonesia (ISI) Denpasar menggelar pameran seni rupa dengan tema ‘Manawa Manu Mahardika’ (Merdeka Inovasi Kini), di Jalan Nusa Indah, Kecamatan Denpasar Timur, dari 22 Mei- 22 Juni 2024.
Pameran yang dibuka untuk umum ini menjadi suatu wadah kebebasan berpikir dan kreativitas, serta mendorong seniman untuk mengeksplorasi spektrum luas seni rupa.
Pameran ini mengusung tajuk Spektrum Rupa, yang berfokus pada spektrum raba-maya-nyata, dan menjadi lokus pembacaan serta konsep presentasi dari karya-karya yang dipamerkan. Mempertemukan berbagai rumpun seni rupa seperti Seni Murni, Desain (DKV, Interior, Desain Produk, dan Desain Mode), Animasi, Fotografi, TV/Film, dan Kriya. Tradisi anyar ini membuka ruang komunikasi dan eksperimen seni yang lebih luas di masa yang akan datang.
Kurator pameran, I Wayan Sujana Suklu, 53, menjelaskan bahwa pameran ini melibatkan seniman profesional, dosen, dan mahasiswa seni, sehingga menciptakan kolaborasi yang unik antara tiga entitas. Sebanyak 185 karya seni dari berbagai genre ditampilkan dalam pameran ini. Pameran ini juga menampilkan karya-karya profesional dari empat perguruan tinggi nasional yakni Institut Kesenian Jakarta, Universitas Ciputra, Universitas Telkom, dan Institut Seni Indonesia (ISI) Denpasar.
Suklu mengungkapkan bahwa tema ‘Manawa Manu Mahardika’ menggambarkan inovasi dan kebebasan dalam berkarya. Pameran ini menjadi ajang untuk mengeksplorasi makna tentang manusia, seni, dan kemanusiaan melalui karya-karya yang inovatif dan unik, yang menampilkan perjalanan dan refleksi dari masing-masing seniman. “Jadi apakah manusia senimannya, atau karya-karya yang melahirkan suatu bentuk perenungan yang terkait dengan manusia di dunia secara kontemplatif, filosofis, ataupun secara sosial,” ujar seniman asal Klungkung itu, Kamis (23/5).
Kata Sujana Suklu, salah satu elemen yang menarik dari pameran ini adalah fokus pada kolaborasi dan interaksi antara seniman dari berbagai latar belakang. Dia menegaskan bahwa model pameran ini tidak hanya memberikan ruang bagi beberapa seniman yang berbeda untuk saling berinteraksi dan berkolaborasi, tetapi juga memberikan kesempatan bagi penulis, kritikus, dan ahli seni untuk melakukan refleksi dan pembaruan ide-ide.
Sujana Suklu juga menjabarkan terkait pemahaman emosi pengunjung pada pameran ini. Saat pengunjung berada di depan karya seni, pengunjung tidak hanya menyaksikan secara visual, tetapi juga meresapi makna di balik setiap goresan kuas. Ketika pameran dibuka, para pengunjung memiliki kesempatan untuk menjelajahi karya-karya ini secara mendalam, meresponsnya sesuai dengan pengalaman dan pengetahuan mereka sendiri.
“Pengetahuan definitif namanya, jadi pengunjung mengunyah sendiri sesuai dengan pengetahuan pengalaman, dan pengetahuannya yang terbatas, kemudian ikut workshop, jadi itu mengalami langsung karya yang dibuat oleh seniman, ini yang dinamakan partisipatif,” ujarnya.
Beberapa karya yang menonjol dalam pameran ini ada ‘Ekspresi Tari Oleg Tamulilingan’ oleh I Made Sutarjaya, yang menggambarkan keindahan dan ekspresi dari Tari Oleg Tamulilingan. Karya ini mengajak penonton untuk merenungkan gerakan dan ekspresi tubuh yang menyatu dalam tari, menciptakan pengalaman kontemplatif yang mendalam. Karya lain yang menarik perhatian adalah ‘Sang Sanga Naga’ oleh IGN.A. Putra Wahyu Sedana, yang mengimplementasikan sembilan penjuru mata angin Nawa Sanga dalam wujud Naga. Karya ini bukan hanya sebuah representasi visual, tetapi juga simbol keselarasan dan kesempurnaan kehidupan, yang mengajak penonton untuk merenungkan hubungan manusia dengan alam dan semesta. cr79
1
Komentar