Gamelan, Pradakshina dan Nasi Yasa, Akulturasi Tri Suci Waisak di Bali
SINGARAJA, (ANTARA); - Alunan merdu gamelan Bali mengiringi perjalanan menuju altar. Umat beramai-ramai mencari tempat duduk nyaman yang telah disediakan. Turis mancanegara pun memenuhi tempat duduk sekitaran altar.
Nasi Yasa Simbol Bersyukur Atas Nikmat Tuhan
Persembahyangan selesai, umat diberikan waktu rahat (istirahat) sembari di bagikan nasi yasa. Nasi yasa merupakan nasi santapan khusus Brahmavihara Arama yang telah mengalami perubahan.
Awalnya, umat ketika awal -- sebelum puja dimulai -- akan menyantap makanan terlebih dahulu. Kini berubah dengan santapan makanan tersebut diupacarai atau diletakkan di altar lebih dulu barulah nanti setelah dilakukan puja akan dibagikan dan dimakan bersama-sama. Hal ini karena esensinya setelah diupacarai atau setelah melewati proses persembahyangan umat akan merasa lebih bersyukur akan karunia yang didapatkan.
Umat Buddha menyusun Nasi Yasa yang akan diupacarai dalam rangkaian Upacara Peringatan Hari Tri Suci Waisak 2568 Buddhis Era (BE)/2024 di Brahmavihara Arama, Banjar, Kabupaten Buleleng, Kamis (23/5/2024). -ANTARA
Pada tahun 2024, atau berdasarkan 2568 Buddhis Era (BE), pengelola Brahmavihara Arama, Ratu Aji Rahula, menjelaskan bahwa ratusan umat Buddha dan wisatawan mancanegara hadir untuk memeriahkan perayaan Tri Suci Waisak. Panitia telah menyiapkan ratusan nasi yasa untuk pengunjung. Setelah nasi yasa dibagikan, akan dilanjutkan dengan doa-doa sebelum menyantap, yang dituntun oleh romo. Nasi yasa merupakan nasi sederhana dengan lauk pauk kering dan tidak cepat basi seperti kacang, saur (parutan kelapa goreng), dan lainnya.
Genta berdenting, nyaring. Tepat pukul 21.52 Wita, setelah pembagian nasi yasa usai, dilanjutkan dengan persiapan menuju detik-detik Waisak. Ini artinya rahat (istirahat) telah selesai dan umat kembali berkumpul di sekitaran altar, duduk nyaman di tempat yang telah disediakan. Pukul 21.52 Wita lewat 42 detik, suasana sunyi, romo memimpin untuk melakukan meditasi hingga pukul 22.30 Wita.
Sebelumnya, perayaan Tri Suci Waisak telah dipersiapkan sejak tanggal 19 Mei 2024. Mulai dari umat yang bergotong royong membersihkan areal vihara, memasang penjor, hingga umbul-umbul di depan pintu masuk vihara.
Umbul-umbul merupakan bendera beraneka warna yang dipasang memanjang ke atas dan meruncing pada ujungnya. Umbul-umbul menjadi prasarana yang melengkapi upacara adat di Bali. Adapun penjor merupakan batang bambu panjang tinggi dan melengkung dengan dihiasi janur (daun kelapa muda) yang dibentuk secara khusus, dihiasi hasil bumi, kain putih kuning, dan lainnya. Penjor merupakan simbol dari Naga Basuki yang memiliki arti kesejahteraan dan kemakmuran.
Komentar