Forkomdewi Klungkung Sebut Desa Wisata Punya Daya Tarik Sendiri
DENPASAR, NusaBali - Desa wisata salah satu potensi pariwisata Bali, mempunyai daya tarik sendiri. Bukan hanya lingkungan alam khas pedesaan yang masih menghijau. Namun aktivitas masyarakatnya melakoni nilai-nilai dan kearifan lokal juga menjadi daya tarik.
Seperti di Desa Bakas, Kecamatan Banjarangkan, Klungkung, wisatawan bisa beraktivitas dengan masyarakat sekitar. Wisatawan bisa pergi ke tegalan atau kebun, ngempug (membelah) kelapa muda (kuud) langsung di tempatnya. Meracik bumbu dan membuat menu tradisional, melalui program ‘cooking class’.
Wisatawan juga bisa membuat minyak kelapa secara tradisional yang biasa disebut nanusan. Atau kalau lelah bisa menikmati jajanan tradisional Bali, yakni jaja laklak dengan taburan kelapa parut dan siraman gula ganting, yakni gula aren yang diolah. Untuk di Desa Bakas, jaja laklak disebut juga dengan laklak pengangon. Pengangon berarti pengembala, diasosiasikan sebagai petani di sawah.
“Memang itulah, hal-hal yang tradisional menjadi kekhasan desa wisata dibandingan dengan objek atau daya tarik wisata yang lain,” ujar I Wayan Malendra, salah seorang pengurus pengelola Desa Wisata Bakas, Jumat (24/5).
Menurut dia, wisatawan yang sangat meminati aktivitas pedesaan, di antaranya berasal dari Eropa. “Pengunjung desa wisata biasanya dari Eropa. Kebanyakan suka dengan alam dan kegiatan penduduk,” ucap Malendra.
Masih menurut Malendra, yang juga Ketua Forum Komunikasi Desa Wisata (Forkomdewi) Kabupaten Klungkung, kearifan lokal lain yang juga bisa dinikmati wisatawan di desa wisata adalah belajar menari, membuat layang-layang, dan megamel. “Atau melihat sentra pembuatan gamelan di Desa Tihingan salah satunya, sentra industri kerajinan pembuatan gamelan di Bali,” katanya.
Tak jarang karena penasaran, wisatawan ikut mengayunkan alu menempa logam kerawang, salah satu proses pembuatan gamelan. “Bisa juga belajar melukis di Desa Kamasan (Kecamatan Klungkung), yang memang terkenal dengan gaya lukis wayang khas Kamasan,” imbuh Malendra.
Karena kekhasannya itulah, desa wisata menjadi daya tarik yang semakin kuat. Apalagi kecendrungan wisatawan ke depan adalah wisata berwawasan lingkungan. “Makanya kunjungan wisatawan ke desa wisata tetap mengalir. Memang tidak banyak amat namun rutin. Bisa empat kali seminggu, itu kan cukup stabil,” ucap Malendra. 7 k17
1
Komentar