Kakak-Adik Korban Ulah Pati Yatim Piatu
Polisi Dalami Motif Korban Nekat Terjun dari Jembatan
Kakak-Adik Korban Ulah Pati Yatim Piatu
Polisi Dalami Motif Korban Nekat Terjun
Banjar Dinas Rendetin
Desa Bontihing
Sejak ditinggal kedua orangtuanya, KS yang tamatan SMK ini jadi tulang punggung keluarga bagi adik dan kakaknya dengan kerja serabutan dan servis elektronik
SINGARAJA, NusaBali - KS,23, dan PY,6, kakak beradik yang ditemukan meninggal dunia diduga bunuh diri (ulah pati) di Jembatan Tukad Bangkung, Desa Pelaga, Kecamatan Petang, Badung merupakan warga Banjar Dinas Rendetin, Desa Bontihing, Kecamatan Kubutambahan, Buleleng. Jenazah keduanya telah disemayamkan di Setra Desa Adat Rendetin pada, Senin (27/5) dinihari sekitar pukul 03.00 Wita.
Perbekel Bontihing, I Gede Parwata mengatakan jenazah KS dan PY tidak dibawa ke rumah duka mengingat meninggal karena ulah pati. Jenazah keduanya langsung dibawa ke setra begitu tiba di desa, Senin dinihari kemarin sekitar pukul 02.00 Wita. Di sana jenazah dimandikan kemudian disemayamkan dinihari itu juga. KS dan PY merupakan anak ketiga dan keempat pasangan Nyoman Sukarta dan Made Angga Rini. Kedua orangtua mereka telah meninggal dunia. Sementara kakak pertamanya, LS merupakan penyandang disabilitas fisik dan mental. Semenjak ditinggal kedua orangtuanya, KS menjadi tulang punggung keluarga bagi adik dan kakaknya.
“Kedua orangtuanya meninggal. Dia (KS) kerja serabutan, servis elektronik. Tamatan SMK. Kakak pertamanya perempuan penyandang disabilitas dan kakak kedua sudah menikah. Adiknya sering sakit-sakitan, jadi sejak orangtuanya meninggal, dia jadi tulang punggung keluarga,” ujarnya. Sementara itu, suasana sedih begitu terasa di rumah duka pada, Senin kemarin. Tampak keluarga dan kerabat KS berkumpul di rumah di Banjar Dinas Rendetin, Desa Bontihing, Kecamatan Kubutambahan, Buleleng.
Perwakilan Dinas Sosial Provinsi Bali mendatangi rumah duka menyerahkan santunan dari Penjabat (Pj) Gubernur Bali Sang Made Mahendra Jaya. Komunitas sosial juga menyerahkan santunan dari hasil penggalangan dana sebesar Rp 20 juta. Penyerahan tersebut didampingi Kepala Dinas Sosial Kabupaten Buleleng, Putu Kariaman Putra. Kariaman menyampaikan, santunan tersebut diharapkan bisa membantu beban keluarga terutama untuk mengurus upacara keagamaan.
“Bantuan langsung tunai dari Pj Gubernur sebesar Rp 5 juta diserahkan pada keluarga. Kami berharap bisa meringankan beban keluarga dan bisa digunakan sesuai dengan keperluan keluarga untuk upakara. Kami akan menindaklanjuti bantuan pada anggota keluarga yang penyandang disabilitas. Bantuan sesuai kebutuhan,” katanya.
Kariaman menjelaskan, sebelumnya keluarga KS menerima bantuan Program Keluarga Harapan (PKH), dan mendapatkan bantuan sembako setiap tiga bulan sekali. Namun belakangan, bantuan tersebut tidak dapat disalurkan lantaran kedua orangtua KS telah meninggal dunia.
Sesuai peraturan dari Kementerian Sosial, lanjut dia, jika kepala rumah tangga telah meninggal dunia, penerima bantuan harus mengubah data. “Harus disesuaikan siapa yang menjadi kepala rumah tangga. Karena sampai saat ini pengurusan mengubah data belum dilakukan, jadi dua yang meninggal ini memang bantuannya di-nonaktifkan,” jelasnya.
Kariaman menyebutkan, dalam proses mengubah data harus ada peran serta antara yang bersangkutan dan pemerintah desa. “Kalau ada keluarga yang meninggal dunia, harus segera di-update datanya. Dalam sistem meng-update data administrasi, desa sifatnya menunggu dari keluarga. Keluarga harus proaktif melaporkan,” terangnya
Pihaknya telah meminta Pemerintah Desa untuk memperbarui Data Terpadu Kesejahteraan Sosial (DTKS) keluarga almarhum KS. Dinas Sosial kini akan fokus pada kakak pertama dari kedua almarhum bernama LS yang merupakan penyandang disabilitas. “Nanti akan ditentukan program bantuan apa sekiranya yang tepat diberikan. Apakah akan difasilitasi ke panti atau diberikan program kewirausahaan,” kata dia.
Di sisi lain, salah satu kerabat KS, yakni Ni Luh Resmini,27, menyampaikan dia terakhir ngobrol dengan mendiang KS pada, Sabtu (25/5) lalu. Ia mengatakan, adik sepupunya tersebut dikenal sosok yang pendiam. Namun sehari sebelum ditemukan tewas bunuh diri, K tiba-tiba curhat mengeluarkan unek-unek capek dan bingung. Ia mengaku tidak menyangka jika akhirnya KS nekat mengajak adik bungsunya untuk mengakhiri hidup dengan terjun dari Jembatan Tukad Bangkung esoknya.
Pihak keluarga memprediksi KS mengajak adik bungsunya itu nekat mengakhiri hidup, lantaran permasalahan depresi. “Bapaknya meninggal lima tahun lalu. Ibunya menyusul sekitar dua tahun lalu. Adiknya yang paling kecil sakit gizi buruk. Enam tahun masih kecil badannya. Tidak ada orangtua mereka selalu berdua bersama-sama. Putus asa mungkin karena beban,” ceritanya. Sejak kedua orangtuanya tiada, KS sempat bekerja di sebuah bengkel di wilayah Badung selama empat bulan. Namun dia kerap sakit, sehingga memutuskan untuk pulang ke kampung halaman. Ia bekerja di bengkel di Kubutambahan sambil mengurus kakak sulung dan adik bungsunya.
KS membuka jasa memperbaiki barang-barang elektronik di rumahnya. “Dia (KS) tidak pernah meminta tarif. Kalau ada yang membayar lebih dikembalikan sama dia. Orang datang ke rumahnya, jadi barang-barang elektronik itu dia perbaiki di rumahnya. Jarang keluar rumah, kalau pun keluar paling hanya ke warung,” jelas Resmini.
Meski hidup berkekurangan, tutur Resmini, KS pantang berutang. Sutama ini setahu keluarga kami tidak pernah punya utang. Tidak mau meminjam uang sama keluarganya juga. Dia ingin mandiri dengan bekerja," ungkapnya. Hanya saja, sebelum diketahui pergi ke Jembatan di Desa Pelaga, KS sempat berutang membeli bensin di warung. Kata Resmini, keluarga tidak tahu saat KS pergi bersama adik bungsunya ke Desa Pelaga. “Ngambil bensin berutang katanya mau dibayar sore. Ternyata pergi ke Pelaga tidak ada yang tahu,” imbuh Resmini.
Sementara itu Aparat Polsek Petang dibantu Polres Badung masih mendalami motif dugaan aksi bunuh diri kakak adik yatim piatu KS dan PY yang terjadi di Jembatan Tukad Bangkung, kawasan Banjar Pelaga, Desa Pelaga, Kecamatan Petang, Badung, Minggu (26/5) sore. Keterangan dari pihak keluarga bahwa kedua korban selalu merindukan kedua orang tua mereka. Guna mengungkap kasus tersebut pihak kepolisian menggali keterangan sejumlah saksi, baik saksi yang ada di lokasi TKP maupun pihak keluarga. Salah satu saksi yang mengetahui kejadian itu yang diperiksa adalah I Made Wirawan,28. Saksi asal Banjar Dinas Umaseka, Kelurahan Amtosari, Kecamatan Selemadeg Barat, Tabanan itu mengaku sempat melihat kedua korban sebelum terjun ke dasar jembatan sedalam kurang lebih 71 meter.
"Saksi Made Wirawan mengaku sebelum kedua korban hilang (lompat ke dasar jembatan) sempat duduk di dekatnya di pinggir jembatan. Selang berapa menit kemudian saksi sudah tak melihat lagi kedua orang yang tak dikenalnya itu. Selain itu tidak melihat keduanya mondar-mandir di jembatan. Menghilangnya kedua korban membuat saksi curiga dan langsung datang ke Polsek Petang untuk lapor," ungkap Kasi Humas Polres Badung, Ipda Putu Sukarma saat dikonfirmasi, Senin kemarin.
Menerima informasi tersebut aparat Polsek Petang langsung mendatangi lokasi TKP. Sampai di sana anggota menemukan satu unit sepeda motor Honda Supra yang tak diketahui pemiliknya. Di dalam jok motor tersebut ditemukan satu buah KTP, satu buah SIM, satu unit HP, satu buah STNK dan sepasang sandal. Curiga dengan keberadaan sepeda motor tak bertuan itu (Belakangan sepeda motor bersama isinya di dalam joknya itu adalah milik para korban) petugas menginterogasi semua pedagang yang ada di sana. Tak satupun yang tahu pemilik motor tersebut. Selain itu para pedagang juga tidak ada yang tahu tentang ada orang hilang.
Berikutnya petugas bersama Made Wirawan dan seorang lainnya I Wayan Kuntara,45, berinisiatif turun cek ke dasar jembatan melalui tebing yang curam. Sekitar 30 meter di bawah jembatan para saksi melihat ada dahan pohon yang patah. Merasa curiga dengan pemandangan itu para saksi terus turun sampai ke dasar jembatan. Di sana mereka melihat satu orang dewasa dan satu orang anak-anak meninggal dunia.
Kedua korban ditemukan dalam posisi tengkurap. Peristiwa itupun beredar luas mengundang warga berdatangan ke TKP. Bersama warga yang datang polisi mengevakuasi kedua korban ke Puskesmas Petang II. Hasil pemeriksaan tim medis di sana kedua korban dinyatakan sudah meninggal dunia. "Kedua korban menderita cedera kepala berat. Korban PY selain cedera berat pada kepala tangan kanannya juga patah. Cedera yang dialami keduanya akibat benturan saat jatuh. Setelah dilakukan pemeriksaan di sana jenazah kedua korban di bawa ke RSUP Prof IGNG Ngoerah Denpasar untuk diotopsi," beber Ipda Putu Sukarma.
Suasana saat evakuasi kedua korban ulah pati di Jembatan Tukad Bangkung, Desa Pelaga, Petang, Badung, Minggu (26/5) malam. -IST
Selain menggali keterangan dari saksi di TKP polisi juga menginterogasi I Made Sumagata yang tak lain adalah paman dari para korban. Made Sumagata datang ke Puskesmas Petang II setelah mendengar kabar kedua keponakannya itu meninggal dunia. Saksi asal Banjar Dinas Rendetin, Desa Bontihing, Kecamatan Kubutambahan, Buleleng itu menceritakan kedua korban sudah yatim piatu. Selama ini kedua korban selalu merindukan kedua orang tua mereka. "Pihak keluarga menerima dengan ikhlas kematian kedua korban. Pihak keluarga tidak mempermasalahkan dan membuat surat pernyataan. Untuk motifnya masih didalami," tandas Ipda Putu Sukarma. 7 mzk, pol
1
Komentar