Terbaru, Monumen ‘Perang Laut’ Pasukan Kapten Markadi Ambruk
Abrasi di Pantai Pebuahan, Desa Banyubiru, Kecamatan Negara, Jembrana yang Semakin Parah
Monumen Perjuangan
Abrasi di Pantai Pebuahan
Monumen ‘Perang Laut’ Pasukan Kapten Markadi Ambruk
Kecamatan Negara
Gelombang tinggi yang mulai terjadi sejak sekitar tahun 2013 lalu itu terus merongrong daratan setempat sehingga akhirnya turut meluluhlantakkan monumen
NEGARA, NusaBali - Abrasi yang terjadi di Pantai Pebuahan, Desa Banyubiru, Kecamatan Negara, Jembrana, tidak hanya merusak rumah warga. Teranyar, keberadaan sebuah bangunan monumen perjuangan di pantai setempat diketahui telah ambruk akibat abrasi.
Dari informasi yang dihimpun, monumen tersebut dibangun untuk mengenang peristiwa perang laut pendaratan pertama pasukan Kapten Markadi tanggal 4 April 1946. Di mana pasukan Kapten Markadi disebutkan pernah mendarat di pantai setempat. Monumen tersebut sebelumnya dibangun oleh Pemkab Jembrana pada tahun 1989. Sebelum terjadi abrasi, monumen yang diberi nama Tugu Perjuangan Pebuahan itu dibangun dengan jarak sekitar 50 meter dari tepi pantai. Namun gelombang tinggi yang mulai terjadi sejak sekitar tahun 2013 lalu itu, terus merongrong daratan setempat sehingga akhirnya turut meluluhlantakan monumen tersebut.
Perbekel Banyubiru, I Komang Yuhartono saat dikonfirmasi, Senin (27/5) membenarkan ambruknya monumen perjuangan tersebut. Sesuai informasi warga, bangunan monumen perjuangan itu ambruk saat kembali terjadi gelombang pasang pada Purnama Sadha, Buda Wage Menail, Rabu (22/5) lalu. "Ya sekarang sudah roboh. Sebelumya memang posisi abrasi sudah sangat dekat," ujar Komang Yuhartono. Menurutnya, jarang ada peringatan khusus di monumen tersebut. Namun saat peringatan hari Kemerdekaan Republik Indonesia (RI), warga sekitar biasa memberikan penghormatan di monumen yang dinamai Tugu Perjuangan Pebuahan itu.
"Ya kalau Hari Kemerdekaan dipasang bendera. Monumen itu juga cukup terawat sebelumnya," ucapnya. Terkait dengan adanya kegiatan pembangunan pengamanan Pantai Pebuahan yang mulai dikerjakan bulan ini, menurut Yudha, juga menyentuh lokasi monumen tersebut. Artinya, monumen itu memang rencananya akan dibongkar karena terkena jalur revetment. Warga pun berharap bangunan monumen itu dibangun ulang.
"Warga berharap diperbaiki. Karena itu juga menjadi tanda bahwa di Pebuahan ini juga ada peristiwa bersejarah dalam perjuangan Kemerdekaan," ujar Komang Yuhartono. Sementara Kepala Dinas Sosial Jembrana, I Gusti Bagus Ketut Oka Parwata mengatakan baru menerima informasi mengenai ambruknya monumen perjuangan di Pebuahan tersebut. Terkait hal tersebut pihaknya mengaku akan segera mengecek ke lokasi dan berencana akan memperbaiki ataupun membangun ulang monumen tersebut.
"Nanti kita akan kaji dulu. Nanti kita rencanakan perbaikan atau dibangun ulang. Segera akan kita cek ke lokasi," ujar Oka Parwata. Informasi yang dihimpun, nama Kapten Markadi selama ini dikenal sebagai pimpinan pasukan M yang berperang melawan Belanda dalam pertempuran laut untuk mempertahankan Kemerdekaan RI di Bali pada tahun 1945-1949. Monumen Perang Laut dibangun untuk memperingati peristiwa Perang Laut dalam Operasi Lintas Laut (Ekspedisi TKR Laut ke Bali). Monumen ini dibangun di atas tanah Banjar Pebuahan, Desa Banyubiru, Kecamatan Negara, Kabupaten Jembrana.
Pertempuran ‘Perang Laut’ yang dipimpin Kapten Markadi yang berlangsung kira-kira 15 menit itu disebut-sebut sebagai pertempuran laut pertama yang dimenangi angkatan perang Indonesia setelah proklamasi 17 Agustus 1945. Dalam pertempuran tersebut, korban dari Pasukan M yang gugur atas nama Sumeh Darsono dan Tamali yang mengalami luka tembak.
Kapten Markadi lahir pada 9 April 1927 dengan nama lengkap Markadi Pudji Rahardjo. Karena Restrukturisasi dan Rasionalisasi (RERA) TNI 1948, Markadi yang semula merupakan pentolan Angkatan Laut menjadi Angkatan Darat. Dia wafat pada 21 Januari 2008 dan dimakamkan di TMP Kalibata, Jakarta Selatan. 7 ode
1
Komentar