Ratusan Anak Yatim Piatu Dibantu Asistensi YaPi
Dinsos P3A Bangli
Asistensi YaPi
Program Keluarga Harapan (PKH)
COVID-19
Kepala Dinas Sosial Bangli
I Wayan Jimat
BANGLI, NusaBali - Dinas Sosial Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (Dinsos P3A) Bangli mencatat 1.504 anak berstatus yatim, piatu, dan yatim piatu. Rinciannya, 725 anak yatim, 622 anak piatu, dan 157 anak yatim piatu.
Dari jumlah tersebut, 107 anak yang diberikan asistensi rehabilitasi sosial yatim piatu (Program Atensi YaPi). Hal tersebut disampaikan Kepala Dinas Sosial Bangli I Wayan Jimat, Selasa (28/5).
Wayan Jimat mengatakan, salah satu faktor penyebab anak yatim piatu karena salah satu maupun kedua orang tua anak-anak tersebut meninggal saat pandemi Covid-19 lalu. Pada tahun 2022 tercatat ada 15 anak menjadi yatim-piatu.
Pemerintah melalui Kementerian Sosial telah memberikan bantuan melalui program asistensi rehabilitasi sosial yatim piatu (Program Atensi YaPi). Program tersebut berupa pemberian uang tunai senilai Rp 200.000 per bulan. Bantuan ini tidak hanya diberikan untuk yatim-piatu saja, namun bagi mereka yang berstatus yatim ataupun piatu, juga menerima bantuan ini.
Hanya saja dari 1.504 anak yang tergolong yatim, piatu dan yatim piatu, hanya 107 anak yang menerima bantuan ini. "Bantuan ini lebih diprioritaskan bagi anak-anak kurang mampu, yang masuk dalam Data Terpadu Kesejahteraan Sosial (DTKS)," jelasnya.
Menurut Wayan Jimat, bantuan ini diberikan untuk anak-anak usia 0 - 18 tahun. Bantuan ini bisa dicabut, khususnya bagi mereka yang berstatus yatim ataupun piatu, ketika orang tuanya menikah lagi. "Karena sudah memiliki orang tua sambung, sehingga dianggap bukan lagi merupakan yatim ataupun piatu," sebutnya.
Selain melalui program atensi YaPi, anak-anak yatim piatu juga dibantu melalui program sembako hingga Program Keluarga Harapan (PKH). Pemerintah Daerah Bangli, juga memberikan asuransi kesehatan melalui Kartu Indonesia Sehat - Penerima Bantuan Iuran (KIS-PBI).
Meksi sudah ada program-program tersebut, penanganan masalah anak yatim, piatu, yatim-piatu dan masalah sosial lainnya, itu tidak bisa hanya berpaku pada satu sektor saja. Melainkan kerjasama semua pihak.
"Misalnya anak yatim, piatu maupun yatim-piatu, itukan karena salah satu maupun keluarganya sudah tidak ada. Sehingga atensi sosialnya tidak hanya dari pemberian program, namun perlu diperhatikan juga bagaimana keberlanjutan sekolahnya menjadi kewenangan dinas pendidikan, bagaimana pemantauan gizinya merupakan kewenangan dinas kesehatan, dan sebagainya," kata Wayan Jimat.
Ditambahkan, Dinas juga memiliki program pencegahan kekerasan terhadap perempuan dan anak. Dalam hal ini pihaknya bekerjasama dengan radio, untuk melakukan sosialisasi pencegahan timbulnya kekerasan pada perempuan dan anak. Ada pula program pencegahan yang sama bekerjasama dengan Gabungan Organisasi Wanita (GOW) Bangli untuk melakukan sosialisasi ke sekolah-sekolah.
"Untuk anak-anak yatim-piatu di Bangli tidak ada yang dirawat di panti asuhan. Meski orang tua anak sudah meninggal, anak tersebut dirawat oleh keluarganya. Pihak kuarganya sanggup untuk merawat anak tersebut," imbuhnya. 7esa
Komentar