Keluarga Ragukan Hantaman Petir
Tak Bisa Lari karena Seperti Ada yang Menarik Korban
DENPASAR, NusaBali
Ni Nyoman Sugiani, 50, tergolek lemah dengan wajah terbakar serta di beberapa bagian tubuh lainnya di ruang bedah IGD RSUP Sanglah, Minggu (6/8). Dia baru saja mengalami musibah saat tengah memasak sekitar pukul 05.00 wita.
Informasi awal yang dihimpun, warga Jalan Mertasari 17C, Banjar Blanjong, Sanur, Denpasar Selatan ini tersambar petir. Namun, keluarga melihat ada suatu yang aneh, karena tidak ada barang terbakar di dalam dapur tersebut. Bahkan tisu di atas kulkas, yang notabene barang mudah terbakar pun masih tetap utuh.
"Kalau tersambar petir, pasti isi dapur ada yang terbakar. Lha ini barang-barangnya utuh, cuma ibu saja yang terbakar dan atap rumah berantakan," kata anak kandung korban, Ni Wayan Lely Sartini, 29, yang menunggui perawatan korban di ruang bedah.
Lely mengaku sempat menanyakan awal terjadinya kejadian tersebut kepada korban langsung. Sebab Lely sendiri sudah menikah dan tidak tinggal serumah lagi dengan orang tuanya. Saat ditanya, korban Sugiani malah bingung dan balik bertanya darimana asal api yang menimpanya itu. Padahal kompor yang berpotensi menyebabkan kebakaran pun tidak ada tanda-tanda kebocoran. Saat itu, kompor gas sudah dimatikan oleh korban.
"Saya coba tanya tadi, tapi ibu bilang nggak tahu apinya berasal darimana. Yang diingat, waktu itu ibu ngaru (menanak) nasi. Saat mematikan kompor, nggak tahu darimana asalnya, ibu merasakan ada api menyambar. Ibu coba lari tapi cuma bisa sampai pintu dapur. Katanya kayak ada yang narik tubuhnya sehingga tidak bisa sampai keluar pintu dapur. Ini benar-benar aneh," katanya.
Lely yang pagi kemarin sedang bekerja di salah satu villa di Petitenget itu mengaku kaget mendengar kejadian yang menimpa ibunya. Siang kemarin, dia langsung ke RSUP Sanglah. Wajahnya nampak panik. Saat tiba di IGD RSUP Sanglah, dia mendapati ibunya mengalami luka bakar cukup parah di bagian wajah, serta beberapa bagian tubuhnya yang tidak tertutupi pakaian. Sebagian rambut pun ikut hangus. "Saya kaget dengar ibu saya dilarikan kesini. Sekarang kami nunggu tindakan dari dokter untuk dicarikan kamar dan diberi obat khusus luka bakar," katanya.
Sementara suami korban, Wayan Sena, 57, juga mengakui kejadian aneh tersebut. Dia yang tidur di rumah saat kejadian itu, mendengar suara ledakan seperti ledakan gardu listrik. Namun, saat dilihat ke dapur tidak diketahui sumber api tersebut darimana berasal. "Kalau petir pasti menggelegar, tapi kok ini pelan. Kalau dibilang puting beliung, pasti ada suara, dan ada barang yang hancur karena tersapu angin puting beliung. Tapi ini tidak. Hanya atap yang hancur, Baru kali ini ada kejadian aneh di rumah," katanya.
Pasutri ini setiap harinya berjualan makanan tradisional Bali seperti tipat santok, nasi, rujak dan makanan lainnya di pantai Mertasari, Sanur. Pagi itu, korban Sugiani memang tengah mempersiapkan dagangan untuk dijual. Namun naas, korban malah tertimpa musibah yang menurutnya aneh dan mistis. "Tidak ada firasat. Hanya saja, kemarin teman-teman dagang bilang, kalau ada saja barang yang dipegang istri saya itu jatuh. Padahal sudah dipegang benar-benar," katanya.
Seperti budaya masyarakat Bali, Sena dan keluarga langsung mepeluasan. Dari sana, dikatakan bahwa "Duwe Bhatara Segara Duka". Karena itu pihaknya berencana akan menghaturkan pejati ke pantai. "Kita tidak tahu, mungkin saja ada salah atau ada yang tidak berkenan selama jualan disana. Nanti kita ngaturang pejati. Nanti di dapur juga kita adakan mecaru," terangnya. *in
Informasi awal yang dihimpun, warga Jalan Mertasari 17C, Banjar Blanjong, Sanur, Denpasar Selatan ini tersambar petir. Namun, keluarga melihat ada suatu yang aneh, karena tidak ada barang terbakar di dalam dapur tersebut. Bahkan tisu di atas kulkas, yang notabene barang mudah terbakar pun masih tetap utuh.
"Kalau tersambar petir, pasti isi dapur ada yang terbakar. Lha ini barang-barangnya utuh, cuma ibu saja yang terbakar dan atap rumah berantakan," kata anak kandung korban, Ni Wayan Lely Sartini, 29, yang menunggui perawatan korban di ruang bedah.
Lely mengaku sempat menanyakan awal terjadinya kejadian tersebut kepada korban langsung. Sebab Lely sendiri sudah menikah dan tidak tinggal serumah lagi dengan orang tuanya. Saat ditanya, korban Sugiani malah bingung dan balik bertanya darimana asal api yang menimpanya itu. Padahal kompor yang berpotensi menyebabkan kebakaran pun tidak ada tanda-tanda kebocoran. Saat itu, kompor gas sudah dimatikan oleh korban.
"Saya coba tanya tadi, tapi ibu bilang nggak tahu apinya berasal darimana. Yang diingat, waktu itu ibu ngaru (menanak) nasi. Saat mematikan kompor, nggak tahu darimana asalnya, ibu merasakan ada api menyambar. Ibu coba lari tapi cuma bisa sampai pintu dapur. Katanya kayak ada yang narik tubuhnya sehingga tidak bisa sampai keluar pintu dapur. Ini benar-benar aneh," katanya.
Lely yang pagi kemarin sedang bekerja di salah satu villa di Petitenget itu mengaku kaget mendengar kejadian yang menimpa ibunya. Siang kemarin, dia langsung ke RSUP Sanglah. Wajahnya nampak panik. Saat tiba di IGD RSUP Sanglah, dia mendapati ibunya mengalami luka bakar cukup parah di bagian wajah, serta beberapa bagian tubuhnya yang tidak tertutupi pakaian. Sebagian rambut pun ikut hangus. "Saya kaget dengar ibu saya dilarikan kesini. Sekarang kami nunggu tindakan dari dokter untuk dicarikan kamar dan diberi obat khusus luka bakar," katanya.
Sementara suami korban, Wayan Sena, 57, juga mengakui kejadian aneh tersebut. Dia yang tidur di rumah saat kejadian itu, mendengar suara ledakan seperti ledakan gardu listrik. Namun, saat dilihat ke dapur tidak diketahui sumber api tersebut darimana berasal. "Kalau petir pasti menggelegar, tapi kok ini pelan. Kalau dibilang puting beliung, pasti ada suara, dan ada barang yang hancur karena tersapu angin puting beliung. Tapi ini tidak. Hanya atap yang hancur, Baru kali ini ada kejadian aneh di rumah," katanya.
Pasutri ini setiap harinya berjualan makanan tradisional Bali seperti tipat santok, nasi, rujak dan makanan lainnya di pantai Mertasari, Sanur. Pagi itu, korban Sugiani memang tengah mempersiapkan dagangan untuk dijual. Namun naas, korban malah tertimpa musibah yang menurutnya aneh dan mistis. "Tidak ada firasat. Hanya saja, kemarin teman-teman dagang bilang, kalau ada saja barang yang dipegang istri saya itu jatuh. Padahal sudah dipegang benar-benar," katanya.
Seperti budaya masyarakat Bali, Sena dan keluarga langsung mepeluasan. Dari sana, dikatakan bahwa "Duwe Bhatara Segara Duka". Karena itu pihaknya berencana akan menghaturkan pejati ke pantai. "Kita tidak tahu, mungkin saja ada salah atau ada yang tidak berkenan selama jualan disana. Nanti kita ngaturang pejati. Nanti di dapur juga kita adakan mecaru," terangnya. *in
1
Komentar