nusabali

Maestro I Made Sidja Berpulang di Usia 96 Tahun

Sempat Berpesan Minta Diaben, Jangan Dikremasi

  • www.nusabali.com-maestro-i-made-sidja-berpulang-di-usia-96-tahun

GIANYAR, NusaBali - Maestro I Made Sidja, seniman serba bisa berpulang, Senin (3/6) dinihari. Seniman besar di bidang pedalangan, tari arja, sejarawan dan seorang budayawan seni budaya Bali ini meninggal dunia di usia 96 tahun.

Sebelum menghembuskan napas terakhirnya, Made Sidja sempat dibawa ke RS Ari Canti di Desa Mas, Kecamatan Ubud. Saat ini jenazah almarhum telah disemayamkan di rumah duka Banjar Dana, Desa Bona, Kecamatan Blahbatuh, Gianyar. 

Semasa hidupnya, Made Sidja pernah berpesan kepada anak cucu agar saat ia tiada jangan dikremasi. "Bapa minta diaben," jelas generasi penerusnya, I Made Sidia saat ditemui di rumah duka, Senin (3/6). Berdasarkan hasil rembug keluarga dan petunjuk hari baik, prosesi Ngaben akan dilaksanakan pada Saniscara Pon Ugu, Sabtu (15/6) mendatang. Almarhum meninggalkan 6 orang anak, 13 cucu dan 9 cicit. 

Made Sidja di sela Upacara Rsi Gana di kediamannya Banjar Dana, Desa Bona, Kecamatan Blahbatuh sekira 4 bulan yang lalu. –IST 

Kepergian almarhum menyisakan duka mendalam bagi keluarga. Terlebih kiprah sang maestro yang telah melanglang buana memajukan kesenian Bali keliling dunia. Banyak penghargaan yang telah disematkan atas jasa-jasanya, namun sosok Made Sidja tetap seniman rendah hati di mata keluarga. Made Sidja bahkan dikenal sebagai seniman sosial, bahkan karya original satu-satunya pun ikhlas diberikan secara cuma-cuma. 

"Bapa itu seniman sosial, kalau ada yang minta dikasih. Wayang Arja ciptaan beliau, yang asli langsung diserahkan ke museum. Beliau all out kalau sudah berkesenian," ungkapnya. Beruntung sebelum tutup usia, sekitar 4 bulan lalu Maestro berkesempatan menyaksikan upacara Dewa Yadnya di kediamannya. Dari atas kursi, meskipun sedikit rebahan, Made Sidja menari penuh haru mengikuti irama gamelan Tari Rejang. 

Sebagai upaya pelestarian, pengembangan dan penciptaan seni budaya Bali, Made Sidja mendirikan Sanggar Paripurna pada 1 April 1990. Dalam perkembangannya, kepemimpinan Sanggar Paripurna dilanjutkan oleh putra keempat I Made Sidja, yaitu I Made Sidia SSP MSn dengan dibantu oleh saudara bungsunya I Wayan Sira SSn. Berkat tangan dingin I Made Sidia, Sanggar Paripurna semakin eksis dengan berbagai karya seni kreatif dan inovatif tanpa mengabaikan nilai-nilai tradisional budaya Bali sebagaimana ditanamkan oleh I Made Sidja. Hasil-hasil karya Sidia bersama Sanggar Paripurna telah ditampilkan dalam berbagai acara penting, baik yang bertaraf lokal, nasional maupun internasional. 

Putra I Made Sidja, yang juga seniman penerus I Made Sidia saat ditemui di rumah duka, Senin (3/6). –NOVI ANTARI 

Berbagai pagelaran seni di dalam dan di luar negeri telah dilakoni oleh Sidia dan sanggar seninya. Di antaranya adalah menampilkan Pementasan Pentas Wayang Listrik ‘Yudistira Become The King’ pada Acara 1st China Nanchong International Puppet Art Week, China 1-7 Juni 2014 dan memperoleh Award The Best of Drama bersama UNIMA Indonesia sebagai wakil dari Indonesia dan juga menampilkan pementasan Tari Kecak pada acara Internationale Tourismus-Börse (ITB) Berlin 2013 di Berlin, Jerman pada 6-10 Maret 2013. Namun demikian, Sanggar Paripurna tidak melepaskan diri dari fungsi sosialnya dalam kehidupan masyarakat Bali yang sarat dengan aktivitas ritual keagamaan. Sidia selaku pribadi atau bersama sanggarnya masih sering terlibat dalam tradisi ngayah atau melaksanakan aktivitas seni secara sukarela untuk mengiringi acara-acara ritual keagamaan. 7 nvi

Komentar