Krama Subak Desa Selat Mengadu ke DPRD
Saluran Irigasi Ditutup Pondasi
Pemilik lahan menutup gorong-gorong saluran irigasi. Sehingga air tidak dapat mengalir dan mengairi sawah terdampak.
SINGARAJA, NusaBali - Sejumlah krama Subak Paras Jambul, Desa Selat, Kecamatan Sukasada, Buleleng, mendatangi gedung DPRD Buleleng, Senin (3/6) kemarin. Mereka mengeluhkan saluran irigasi yang dimanfaatkan lahan dua desa ditutup pondasi batu permanen oleh oknum. Akibatnya air tidak bisa mengalir dan mengairi lahan subak.
Warga Subak Wayan Juwena mengatakan, saluran irigasi subak Paras Jambul sejak dulu dimanfaatkan oleh petani di Desa Selat dan Desa Tegallinggah. Namun beberapa tahun lalu, pemilik lahan menutup gorong-gorong saluran irigasi. Sehingga air tidak dapat mengalir dan mengairi sawah terdampak.
“Pemilik yang menutup gorong-gorong irigasi itu, tujuannya menutup kami tidak paham. Yang jelas penutupan ini sudah mengganggu akses air irigasi yang sudah kami warisi turun temurun dari leluhur,” ucap Juwena.
Menurutnya, persoalan ini pun sudah sempat dimediasi pemerintah desa dan pemerintah kecamatan. Hanya saja tidak membuahkan hasil. Krama subak pun sudah melaporkan kasus ini ke kepolisian atas petunjuk Badan Pertanahan Negara (BPN) Kantah Buleleng. Hanya saja dari 5 saksi yang diperiksa penyidik malah memberatkan krama subak.
“Harapan kami tidak banyak, yang penting subak itu berfungsi sebagaimana mestinya. Apalagi subak itu warisan dunia dan ciri masyarakat Bali. Subak hanya ada di Bali, kalau persoalan ini tidak selesai, bisa jadi preseden buruk bagi subak Bali. Kami cari win win solution untuk petani,” imbuh Juwena.
Sementara itu, Ketua DPRD Buleleng Gede Supriatna yang menerima langsung krama subak segera akan difasilitasi untuk dimediasi kembali. Selain memanggil kedua belah pihak yang berkonflik, DPRD Buleleng juga akan menghadirkan Dinas Pekerjaan Umum dan Tata Ruang (PUTR) dan Dinas Kebudayaan yang mengurusi subak.
“Segera kita akan cari win-win solution. Bagaimana subak bisa berfungsi karena ini penting menyangkut hajat petani dan ketersediaan pangan di Buleleng,” kata Supriatna.7 k23
Komentar