nusabali

Pj Gubernur: Stunting di Bali Bisa Dekati 0 Persen

  • www.nusabali.com-pj-gubernur-stunting-di-bali-bisa-dekati-0-persen

Dirjen Kesehatan Masyarakat Kemenkes Maria Endang Sumiwi mendorong angka stunting di Bali berada di bawah 5 persen seperti standar yang digunakan di negara-negara maju.

DENPASAR, NusaBali - Penjabat (Pj) Gubernur Bali Sang Made Mahendra Jaya terus mendorong agar angka kasus stunting di Bali semakin menurun. Meski tercatat memiliki angka stunting terendah di Indonesia, yakni 7,2 persen, Mahendra Jaya mematok target angka stunting di Bali mendekati nol persen. 

Hal itu disampaikannya saat membuka Rapat Koordinasi Kesehatan Daerah Provinsi Bali Tahun 2024 dan Kick Off Intervensi Serentak Pencegahan Stunting, bertempat di Hotel Harris Sunset Road, Kuta, Badung, Selasa (4/6). Kegiatan tersebut dihadiri Direktur Jenderal Kesehatan Masyarakat Kementerian Kesehatan Maria Endang Sumiwi, Kepala Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) dr Hasto Wardoyo, dan dihadiri secara daring oleh Wakil Menteri Kesehatan Dante Saksono. 

Mahendra Jaya mengungkapkan beberapa wilayah di Bali seperti Kabupaten Jembrana dan Kabupaten Gianyar masih ditemukan kasus balita stunting yang cukup tinggi dibanding wilayah lainnya. Hal ini menunjukkan masih ada pekerjaan rumah yang harus diselesaikan. 

“Ini tantangan buat kita semua, ke depan stunting di Bali riilnya ya nol, habis,” kata Mahendra Jaya.

Selain mengentaskan stunting yang merupakan salah satu program nasional di bidang kesehatan, Mahendra Jaya memperingatkan bahwa Bali masih memiliki sejumlah tantangan di bidang kesehatan. 

Penyakit menular seperti demam berdarah dengue (DBD), TBC, rabies, hingga kini masih menjadi momok di Pulau Dewata. Pun penyakit degeneratif seperti kanker, jantung, hipertensi, dan diabetes, masih menjadi salah satu penyebab kematian utama di Bali. Padahal penyakit-penyakit tersebut semestinya dapat dicegah dengan mengandalkan sistem kesehatan yang memadai.

Untuk itu dia mengapresiasi sinergitas yang terjalin antara pemerintah dengan instansi vertikal yang berada di Bali untuk mengatasi permasalahan kesehatan. “Besar harapan kami sinergitas pemerintah pusat dan pemerintah daerah di Bali ini dapat mendukung Indonesia Emas 2045,” tutur Mahendra Jaya. 

Direktur Jenderal Kesehatan Masyarakat Kementerian Kesehatan Maria Endang Sumiwi menyampaikan capaian indikator kesehatan di Bali masih lebih tinggi dari angka nasional, namun diharapkan tetap mengupayakan pencapaian yang lebih baik. 

Khusus kasus stunting, capaian Bali 7,2 persen bahkan sangat jauh dengan angka kasus stunting nasional 21,5 persen. 

“Kita selalu mengejar supaya Bali itu selalu juga menjadi yang terbaik, karena nanti tempat-tempat lain bisa mengikuti,” ujarnya. 

Menurut Maria, Bali kini harus membandingkan diri dengan capaian di negara-negara maju untuk terus meningkatkan status kesehatan di daerahnya. Untuk itu, dia mendorong angka stunting di Bali harus berada di bawah 5 persen seperti standar yang digunakan di negara-negara maju. 

Dikatakannya hal itu sangat mungkin dilakukan, karena beberapa wilayah seperti Kabupaten Badung dan Kota Denpasar angka stuntingnya telah berada di bawah 5 persen. Salah satu upaya yang dilakukan untuk 

mencegah stunting adalah dengan melakukan gerakan intervensi penurunan stunting secara serentak di posyandu. “Semoga dengan kehadiran seluruh stakeholder kesehatan di Bali bisa melaksanakan intervensi ini dengan baik,” imbuh Maria. 

Kepala BKKBN dr Hasto Wardoyo mengingatkan, angka stunting di Bali cukup rendah namun dibayangi bonus demografi yang segera berakhir. Itu berarti Bali juga segera akan kebanjiran populasi tua (aging population). 

Menekan stunting dalam hal ini menjadi penting karena generasi tersebut akan merawat para orangtua yang jumlahnya akan semakin meningkat di masa depan. 
“Harus mendapatkan perhatian. Orangtua itu akan ditanggung oleh anak-anaknya. Kalau anak-anaknya stunting repot,” ucap Hasto. 

Kepala Dinas Kesehatan Provinsi Bali Dr dr I Nyoman Gede Anom, menjelaskan Bali menargetkan angka stunting tahun ini turun menjadi 6,2 persen. 

Untuk itu salah satu kegiatan yang dilakukan adalah melalui Intervensi Serentak Pencegahan Stunting. 

“Kegiatan ini bertujuan untuk meningkatkan kunjungan dan cakupan sasaran ke posyandu, mendeteksi masalah gizi, serta memberikan edukasi pencegahan stunting kepada seluruh sasaran yang memiliki masalah gizi,” kata Anom. 7 a

Komentar