Metode Tanam Padi Hazton Hasilkan 9 Ton Gabah
SINGARAJA, NusaBali - Dinas Pertanian bersama petani memanen bersama padi di Subak Sambangan, Desa Sambangan, Kecamatan Sukasada, Buleleng, yang ditanam khusus menggunakan metode Hazton, Rabu (5/6) kemarin. Metode tanam ini terbukti dapat mendongkrak produktivitas padi, hingga dua kali lipat.
Tiga bulan lalu, Dinas Pertanian memilih untuk membuat demplot dengan metode tanam Hazton yang sudah melalui pengujian dapat meningkatkan hasil panen. Kepala Dinas Pertanian Buleleng I Made Sumiarta mengatakan, metode Hazton diujicobakan karena sejak 5 tahun terakhir hasil panen padi petani stagnan. Satu hektare luasan tanam padi dengan metode konvensional hanya dapat menghasilkan 5-6 ton gabah.
Lalu hasil panen di demplot Hazton menghasilkan 9-10 ton beras. Hasil panen ini pun disebut Sumiarta belum maksimal, karena penggunaan pupuknya masih standar seperti pada metode tanam konvensional. “Tadi kita sudah saksikan bersama dari hasil panen ada peningkatan dua kali lipat, ini menjadi angin segar bagi petani padi,” terang Sumiarta.
Dalam penerapan metode tanam Hazton, sebenarnya hampir sama dengan metode tanam konvensional. Dapat menggunakan semua varietas bibit padi untuk ditanam. Perbedaannya pada metode Hazton lebih boros dengan bibit padi. Sebab dalam satu lubang tanam berisi 25-30 batang tanaman. Jika pada metode konvensional hanya menggunakan 2-3 batang tanaman padi.
“Metode Hazton yang ditanam itu semua tanaman indukan jadi pertumbuhannya lebih cepat termasuk pertumbuhan malai dan dapat dipanen lebih cepat 10 hari dibandingkan yang konvensional. Sedangkan kalau konvensional karena menggunakan sedikit batang tanaman harus menunggu dulu anakan baru tumbuh malai sehingga agak lama,” imbuh dia.
Produksi padi dengan metode Hazton pun masih bisa dimaksimalkan hingga 15 ton. Hanya petani harus menyiapkan anggaran pupuk lebih banyak 2 sak di lahan 1 hektare. Namun Sumiarta menyebut penambahan anggaran pupuk tidak seberapa jika dibandingkan dengan hasil panen yang akan dipetik.
“Di demplot ini kami menggunakan pupuk jumlah standar seperti yang digunakan dalam metode tanam konvensional agar tidak memberatkan petani. Tetapi dengan begini saja hasilnya jauh lebih banyak, kalau dimaksimalkan lagi paling hanya menambah biaya pupuk Rp 500 ribu dari biaya produksi total Rp 7 juta per hektare, lalu nanti menghasilkan Rp 43 juta tentu tidak berat,” kata Sumiarta.
Keberhasilan metode tanam Hazton ini pun sudah dikembangkan lahan percontohan wilayah Kecamatan Sawan, Kubutambahan, Seririt, Busungbiu dan Gerokgak. Sementara itu Kelian Subak Sambangan, I Putu Wenten setelah menyaksikan keberhasilan pola tanam Hazton, berharap Dinas Pertanian bisa mensosialisasikan kepada anggota subaknya.
“Kalau saya pribadi bersedia melakukan metode Hazton ini, kalau bisa ada sosialisasi juga kepada anggota subak dari dinas biar lebih percaya. Selama ini kami hanya memakai metode konvensional dengan hasil 3-5 ton per hektare, tentu hasil metode Hazton ini cukup menjanjikan,” ungkap Wenten.7 k23
Komentar