nusabali

Gus Par Temui Sang Maestro

Mohon Doa Restu Tarung di Pilkada

  • www.nusabali.com-gus-par-temui-sang-maestro

AMLAPURA, NusaBali - Bakal calon Bupati Karangasem dari Partai NasDem, I Gusti Putu Parwata alias Gus Par menemui sang maestro penulis aksara Bali di daun lontar yang notabene peraih Anugerah Kebudayaan Nasional 2019, I Wayan Mudita Adnyana, 93, di kediamannya Banjar Adat Kauh, Desa Adat Tenganan Pagringsingan, Desa Tenganan, Kecamatan Manggis, Karangasem, Rabu (5/6).

Kunjungan Gus Par  ke rumah Mudita berlangsung dengan keharuan setelah Gus Par menceritakan dirinya adalah putra dari I Gusti Made Tusan dengan mantan Bupati Karangasem I Gusti Ayu Mas Sumatri. “Oh, saya pendukung Bu Gusti Ayu Mas Sumatri, silakan duduk,” ujar Mudita sembari tersenyum.

Mudita sendiri merupakan seniman kelahiran tahun 1931 dan telah ditinggal sang istri, almarhum Ni Nyoman Renis 10 tahun lalu. Mudita dikaruniai 7 anak dan 14 cucu.  Mudita menyambut Gus Par dengan tabuh gender wayang, Sekar Ginotan dan tabuh Mesem. Walau tangannya sedikit gemetar, Mudita tetap berupaya menabuh sampai tuntas ditemani sang cucu tercintanya.

“Itu penghargaan yang saya terima, selama berkarya pernah tiga kepala negara berkunjung ke sini,” ucap peraih penghargaan seniman tua dari Pemkab Karangasem 1987 dan Pemprov Bali 1984 sambil menunjuk beberapa piagam penghargaannya yang dipajang. 

Penghargaan terakhir yang dia peroleh yakni sebagai seniman pelestari tradisi manusekrip, terutama penulis lontar, pelestari seni sastra dan gender wayang dari Pj Gubernur Bali Sang Made Mahendra Jaya. Penghargaan tersebut berupa Bali Kerthi Nugraha Mahottama untuk seniman yang telah aktif melestarikan dan mengembangkan aksara dan sastra Bali 2024.

Penghargaan berikutnya diterima Mudita dari ISI (Institut Seni Indonesia) Denpasar. Dia mendapatkan penghargaan Bali Bhuana Nata Kerthi Nugraha serangkaian Wisuda Sarjana XXX tahun 2023 dan Dies Natalis ISI XX diserahkan Rektor ISI Prof Dr I Wayan Adnyana di acara pembukaan Festival Internasional Bali Padma Bhuana III. “Sempat ada yang menawar Lontar Sutasoma. Dari UNESCO mau bayar Rp 400 juta, tapi saya tolak. Buat apa uang itu, toh akan habis, sedangkan saya tidak mampu berkarya lagi,” ujar Mudita.

Tetapi, Mudita terpaksa menjual Lontar Udiyoga Parwa setebal 300 halaman yang ditulisnya semasih fisiknya memungkinkan. Lontar itu dijual Rp 35 juta untuk biaya operasi hernia di Rumah Sakit di Gianyar tahun 2021.
Sementara Gus Par dalam kunjungannya memaparkan maksud kedatangannya kemarin untuk mohon doa restu akan maju di Pilkada Karangasem, 27 November 2024 mendatang. Mudita pun antusias memberikan respons, agar Gus Par berhasil mencapai kejayaan seperti yang diraih I Gusti Ayu Mas Sumatri 2016-2021.k16

Komentar