nusabali

Orba Jauhkan Bung Karno dari Rakyat

Dari Diskusi Peringatan Hari Lahir Bung Karno

  • www.nusabali.com-orba-jauhkan-bung-karno-dari-rakyat

JAKARTA, NusaBali - Ketua DPP PDI Perjuangan (PDIP) Djarot Syaiful Hidayat menyebut Orde Baru (Orba) berusaha keras untuk menjauhkan Proklamator RI Soekarno atau Bung Karno dari rakyat. Bahkan, secara terang-terangan melaksanakan desoekarnoisasi. Hal itu, dengan memakamkan Bung Karno di Blitar, Jawa Timur. Padahal, Bung Karno dalam wasiat kepada keluarga ingin dimakamkan di Istana Batutulis, Bogor, Jawa Barat.

Namun, kata pria berkacamata itu, rezim Orba yang dipimpin Soeharto ketakutan mendengar informasi Bung Karno mau dimakamkan di Istana Batutulis. Djarot mengatakan Orba khawatir keberadaan makam Bung Karno dekat dari Jakarta bisa membangkitkan semangat rakyat melawan neo-kolonialisme yang dibawa rezim era Soeharto itu.

“Rezim Orde Baru waktu itu ketakutan. Kalau sampai Bung Karno dimakamkan di Bogor, di Batutulis, dekat dengan kekuasaan. Ini cerita dari para senior, para orang-orang PNI, mbah-mbah PNI di Blitar, ketakutan, karena Bogor sangat dekat dengan Jakarta, ketakutan akan aura Soekarno, ajaran Soekarno, pemikiran Soekarno, itu menjadi daya pendorong yang hebat untuk bisa mengalahkan neo-kolonialisme dan neo-imperialisme yang dibawa oleh pemerintah Orba pada saat itu,” kata Djarot dalam diskusi memperingati Hari Lahir Bung Karno di Sekolah Partai PDIP, Lenteng Agung, Jakarta Selatan, Kamis (6/6).

Orba, kata Djarot, memaksa Bung Karno dimakamkan jauh dari Jakarta atau kota yang jauh dari pusat kekuasaan, lalu terpilih Blitar. “Alasannya adalah waktu itu supaya dekat dengan makam ibundanya. Makam ibundanya di Kota Blitar. Makam di Kota Blitar itu, dulu makam pahlawan. Maka begitu dimakamkan di situ, maka makam pahlawan itu dipindah, makam-makam di situ, jadi kompleks makam Bung Karno,” terang Djarot.

Wali Kota Blitar periode 2000-2010 ini mengatakan, Orba tidak merasa puas memakamkan Bung Karno di Blitar untuk menjauhkan rakyat. Oleh karena itu, memasang pagar kaca dan menaruh batu besar seberat setengah ton dekat makam demi menjauhkan Bung Karno dari rakyat.

Menurut para ahli-ahli orang Jawa yang supranatural di sana, lanjut Djarot, desain untuk makam Bung Karno itu sudah dirancang betul oleh Soeharto supaya ajaran Soekarno ditenggelamkan dan tidak boleh menyebar ke seluruh rakyat Indonesia. Makam Bung Karno pun, ditutup dengan kaca tebal. 

"Kacanya itu, kaca yang tebal dan tidak tembus, tebal sekali. Jauhkan dari rakyat, maka ditaruh di Blitar. Blitar itu kota kecil. Kota paling selatan di Jawa Timur. Betapa ketakutan Soeharto, rezim Orde Baru, terhadap Soekarno. Itu proses desoekarnoisasi,” ujar Djarot.

Bahkan, ajaran-ajaran Bung Karno tidak boleh dibaca pada saat itu. Orba, kata pria kelahiran Jawa Tengah itu, sampai membatasi rakyat yang mau berziarah ke makam Bung Karno, seperti memerlukan izin dari Kodim di Blitar. Putra dan putri Bung Karno seperti Guntur Soekarnoputra, Megawati Soekarnoputri, dan Rahmawati Soekarnoputri perlu izin Kodim di Blitar untuk berziarah. 

“Orang yang mau ziarah ke Blitar, waktu itu harus izin ke kodim, bahkan keluarganya pun, Bu Mega, Pak Guntur, Mbak Rahma, harus lapor dan untuk masuk ke persis makam, itu kunci dibawa oleh Kodim. Tidak bisa masuk sampeyan. Betul tidak? Izin dahulu, baru dibuka buat keluarganya. Ini proses desoekarnoisasi yang luar biasa,” kata Djarot.

Semasa menjadi Wali Kota Blitar, Djarot membongkar pagar kaca dan memindahkan batu seberat setengah ton dari area makam Bung Karno. Dia ingin rakyat menjadi lebih dekat ketika berziarah ke makam Bung Karno dan tidak ada sekat. k22

Komentar