nusabali

Perumda Tirta Sewakadarma Kejar Target 2.450 Liter/Detik Air Baku

Berharap Dipenuhi dari Air Bendungan Sidan

  • www.nusabali.com-perumda-tirta-sewakadarma-kejar-target-2450-literdetik-air-baku

DENPASAR, NusaBali - Perumda Air Minum Tirta Sewakadarma masih mengejar target 2.450 liter per detik untuk memenuhi kebutuhan air bersih di Kota Denpasar. Sampai saat Perumda Tirta Sewakadarma masih kekurangan 40 persen air baku dari target kebutuhan tersebut.

Hal itu diungkapkan oleh Dirut Perumda Air Minum Tirta Sewakadharma, Ida Bagus Gede Arsana, Jumat (7/6). Bagus Arsana mengatakan, saat ini di Denpasar kapasitas produksi air baru 1.450 liter per detik. Dari jumlah itu, tingkat kebocoran air juga masih cukup tinggi yakni 30 persen.

Kata Bagus Arsana, saat ini Perumda Tirta Sewakadarma masih membeli di SPAM Penet dan Petanu Denpasar milik UPTD Pengelolaan Air Minum Provinsi Bali. Dan dari semua itu, pihaknya masih kekurangan air sebesar 1.000 liter per detik untuk melayani 90.000-an pelanggan. 

Untuk di Denpasar ada dua instalasi pengolahan air (IPA) yakni IPA Belusung dan IPA Waribang. “Untuk di Belusung, produksi kami 550 liter per detik, dan di Waribang 300 liter per detik,” jelasnya.

Kemudian ada juga pemanfaatan air dari sumur bor sebanyak 450 liter per detik. Kemudian pihaknya membeli ke SPAM Penet dan Petanu dengan total 300 liter per detik. “Dengan jumlah itu, kami baru bisa memasok untuk 60 persen pelanggan. Kekurangannya lagi 40 persen kami harus cari solusi,” ujarnya.

Untuk ke depannya, salah satu solusinya yakni meningkatkan kerja sama dengan UPTD Provinsi Bali. Salah satunya tambahan dari Bendungan Sidan dengan kapasitas 750 liter per detik untuk Denpasar.

Namun hal ini kemungkinan baru terealisasi pada 2026 atau 2027. Selain itu, kini pihaknya juga tengah mencari titik-titik sumber air yang bisa dimanfaatkan untuk menambah pasokan. “Kami juga akan berupaya mencari celah untuk terus menekan kebocoran,” imbuhnya.

Selain itu, ke depannya pihaknya akan fokus pada pemanfaatan air permukaan. Hal ini dikarenakan air bawah tanah sangat rentan dan membuat penurunan permukaan tanah. “Arahnya ke depan, kalau semua bisa dipenuhi dengan air permukaan, maka akan stop menggunakan air bawah tanah atau sumur bor,” tandas Bagus Arsana.

Saat ini perbandingan penggunaan air tanah dengan air permukaan adalah satu banding dua. “Kalau air permukaan gunakan 1.000 liter per detik, maka air tanah atau sumurnya 450,” ucapnya. 7 mis

Komentar