Ungkap Perjalanan Pelestarian Kunang-kunang sebagai Cahaya Semesta
Penggiat Lingkungan I Wayan Wardika Launching Buku ‘Bring Back The Light’
Bedah buku
Tegal Dukuh Camp
Budidaya Kunang-kunang
Rumah Konservasi
I Wayan Wardika
Penggiat lingkungan
Rumah Konservasi Kunang-kunang berhasil membudidayakan hingga siap dilepasliarkan ke alam sebanyak 28 ekor kunang-kunang dewasa.
GIANYAR, NusaBali
Penggiat lingkungan I Wayan Wardika melaunching buku ‘Bring Back The Light’ di markas Rumah Konservasi Kunang-kunang yang terletak di Tegal Dukuh Camp, Banjar Taro Kaja, Desa Taro, Kecamatan Tegallalang, Gianyar pada Minggu (9/6/2024).
Buku setebal 230 halaman ini berisi edukasi tentang upaya pelestarian kunang-kunang yang dilakukan oleh Wardika di Rumah Konservasi Kunang-kunang. Penulisannya disajikan dalam bentuk otobiografi. Mantan pekerja kapal pesiar ini lebih menonjolkan sisi-sisi humanis dan pengalamannya bersama kunang-kunang sejak masa kecil hingga dewasa.
Bapak tiga anak ini giat mencari tahu penyebab penurunan populasi kunang-kunang yang mendekati kepunahan.
Melalui buku yang diterbitkan oleh Litera Media Tama ini, Wardika menjelaskan secara runut faktor-faktor apa saja yang menyebabkan populasi kunang-kunang berkurang begitu drastis dalam beberapa dasawarsa belakangan ini.
“Perubahan iklim, alih fungsi lahan, cemaran sampah, polusi udara, polusi air hingga kandungan bahan kimia berbahaya dalam sistem pertanian kita, adalah sebagian kecil faktor yang berkontribusi terhadap kepunahan spesies ini. Belum lagi masalah polusi cahaya, dan perilaku manusia yang kurang sensistif terhadap keberlanjutan alam,” ujarnya.
Melalui buku ‘Bring Back The Light’, Wardika berbagi pengetahuan tentang siklus hidup kunang-kunang yang memiliki empat fase. Mulai dari telur, larva, pupa, dan kunang-kunang dewasa. Masing-masing tahapan dari siklus hidup kunang-kunang memiliki tantangan tersendiri, yang tidak setiap orang fahami dengan baik. Oleh karena itu, Wardika mengajak pembaca untuk lebih mendalami fase per fase ini. “Sehingga kita bisa lebih aware dengan lingkungan sekitar,” ucapnya.
Foto: I Wayan Wardika dengan buku ‘Bring Back The Light’. -NOVI
Di Rumah Konservasi Kunang-kunang yang dirintisnya pada 1 April 2023 ini, Wardika berhasil membudidayakan hingga siap dilepasliarkan ke alam sebanyak 28 ekor kunang-kunang dewasa. Wardika menjelaskan, membudidayakan 28 ekor ini tidak mudah. Diperlukan perlakuan khusus agar kondisi tanah, air, udara termasuk cahaya dari fase ke fase tetap dirasa nyaman.
“Fase yang paling sering kita lihat adalah saat mereka dewasa, bercahaya di malam hari. Tapi fase ini yang ternyata paling singkat, hidupnya hanya 2 sampai 3 minggu. Itupun hidup untuk bereproduksi saja,” jelas Wardika. Sementara fase terlama saat kunang-kunang berupa larva atau fase kedua, yang perlu waktu sekitar 1 tahun.
Tidak saja dari sisi sains, Wardika juga membagikan pemahamannya tentang kunang-kunang dari perspektif budaya, terutama budaya Bali. Di mana, kunang-kunang sangat identik dengan cerita-cerita mistis yang berkaitan dengan dimensi setelah kematian. Apalagi jika perspektif ini dikorelasikan dengan epos Mahabharata, yang memberikan banyak sekali tuntunan spiritual sebagai pegangan umat manusia memahami kesujatian dirinya sebagai percikan cahaya yang bersumber dari cahaya Ilahi, dan pada akhirnya pulang menuju sumber cahaya tersebut.
Pembaca diajak larut dalam kisah penulis bersama kunang-kunang sejak umur yang sangat belia, hingga tertuntun oleh panggilan cahaya semesta bernama Kunang-kunang. Kisah ini dibagi menjadi 7 bab lengkap dengan kisah-kisah inspiratif dalam upaya pelestarian kunang-kunang yang relevansinya masih sangat kuat sekali untuk generasi mendatang.
Peluncuran buku ini juga dibarengi dengan kegiatan pameran produk-produk organik dari UMKM setempat. Mulai dari kuliner, hasil pertanian, kerajinan, dan fashion.
Acara ini turut didukung oleh komunitas Jaring Jiwa, Desapreneur Institute, dan relawan dari Mahasiswa Magang Universitas Brawijaya, Malang. Selain sebagai bentuk edukasi, peluncuran buku ‘Bring Back The Light’ ini juga diharapkan menjadi kegiatan fundraising untuk keberlanjutan program konservasi Kunang-kunang di Rumah Konservasi Kunang-kunang.
Perbekel Taro I Wayan Warka dalam sesi bedah buku ‘Bring Back The Light’ mengapresiasi kiprah Wayan Wardika yang rela berpaling dari gemerincing dolar di kapal pesiar untuk kembali ke Desa Taro sebagai penggiat lingkungan. Wayan Wardika telah secara aktif menjaga keberlanjutan alam di Desa Taro supaya hadirnya pariwisata tidak merusak alam. Bahwa pariwisata adalah bonus dari menjaga pertanian. “Desa Taro bangga memiliki Wayan Wardika, yang punya banyak ide mengembangkan desa wisata sesuai potensi alam di desa,” ujar Warka. 7 nvi
1
Komentar