117 Sarang Penyu Berhasil Dievakuasi
Dari Pantai Kelan hingga Canggu, Setara 11.700 Telur
Musim penyu bertelur cukup panjang, biasanya berlangsung dari Maret hingga Oktober, saat memasuki musim panas.
MANGUPURA, NusaBali - Kuta Beach Sea Turtle Conservation Center (KBSTC) mengevakuasi 117 sarang penyu yang tersebar dari Pantai Kelan hingga Canggu. Dengan jumlah sarang sebanyak itu diperkirakan setara 11.700 telur penyu.
Founder KBSTCC I Gusti Ngurah Tresna, yang lebih dikenal sebagai Mr Turtle mengungkapkan jumlah sarang penyu diperkirakan akan terus bertambah dari 117 yang sudah dievakuasi. Hal ini lantaran musim penyu bertelur masih cukup panjang, biasanya berlangsung dari Maret hingga Oktober, saat memasuki musim panas. Penyu-penyu tersebut cenderung datang ke pantai wilayah Kuta, Legian, Seminyak, hingga Canggu untuk bertelur pada musim kemarau karena pasir yang hangat mendukung proses pengeraman telur.
“Penyu secara alami, mereka pakai naluri datang naik ke tepi pantai untuk menaruh telurnya dikala musim kemarau. Sebelum bertelur, mereka tidak boleh diganggu, tidak boleh ada lampu, dan tidak boleh dipegang. Setelah bertelur, penyu akan mengurug kembali sarangnya agar sebelum kembali ke laut,” jelas Mr Turtle pada Minggu (9/6) pagi.
Selama ini, lanjut Mr Turtle, jumlah penyu yang datang bertelur bervariasi setiap tahunnya. Pada 2023, mereka berhasil mengevakuasi lebih dari 70.000 telur hingga proses menetas. Untuk tahun 2024, dari Maret hingga Juni, mereka sudah menemukan 117 sarang penyu dan telah dievakuasi ke KBSTCC. Jika dirata-ratakan 100 telur per sarang, maka sudah ada 11.700 telur yang dievakuasi.
“Kami bersyukur, kawasan pantai di Badung hingga saat ini masih menjadi lokasi bagi penyu untuk bertelur. Untuk memantau keberadaan sarang penyu, kami memiliki tim yang selalu memonitor hingga Pantai Canggu. Selama 23 tahun melakukan konservasi, saya merasa senang karena masyarakat saat ini sudah teredukasi. Masyarakat yang dahulu boleh mengambil telur penyu, kini mereka mulai memahami bahwa satwa ini dilindungi oleh pemerintah,” tutur pria kelahiran 26 November 1952.
Lebih jauh dijelaskan, proses penyelamatan telur penyu dimulai dari titik penemuan sarang yang kemudian dipindahkan ke tempat penangkaran di Patung Cangkang Penyu di sebelah utara Tsunami Shelter. Proses penetasan biasanya memakan waktu 40 sampai 60 hari. Setelah menetas, tukik atau anak penyu segera dilepasliarkan ke alam. Hal itu kata dia penting, karena tukik masih memiliki cadangan makanan selama 4-5 hari sehingga harus segera dilepas ke habitat aslinya.
Dengan musim penyu bertelur yang masih berlangsung, Mr Turtle dan timnya di KBSTCC berharap dapat terus mengevakuasi dan melindungi lebih banyak sarang penyu untuk mendukung kelangsungan hidup spesies ini di masa depan. “Lebih cepat kita kembalikan tukik ke alamnya, itu lebih bagus untuk proses kehidupan alaminya. Hasil riset menunjukkan kemungkinan hidup sangat kecil, yakni dari 1.000 hanya 1 yang bisa sampai dewasa,” ucapnya. 7 ol3
Komentar