Kemacetan Lalin di Bali Mendesak Dituntaskan
Penggunaan drone untuk pemantauan kondisi lalin bisa jadi salah satu solusi
DENPASAR, NusaBali
Menjadi momok Bali sebagai destinasi pariwisata, kemacetan akut pada sejumlah simpul arus lalin di Bali harus segera dituntaskan. Optimalisasi sumber daya manusia (SDM), yakni dengan menempatkan petugas aparat secara memadai dan pemanfaatan teknologi (drone) salah satu jalan keluarnya. Bila tidak, komentar- komentar minor tentang Bali, akan merusak persepsi Bali sebagai tujuan utama pariwisata.
Wakil Ketua Gabungan Industri Pariwisata(GIPI) Bali, I Nyoman Astama mengatakan Minggu (9/6). “Bagaimanapun, suka tidak suka untuk saat ini pariwisata masih menjadi lokomotif perekonomian Bali,” ucapnya. Karena itulah, kemacetan yang menjadi salah satu sorotan berbagai pihak menjadi salah satu prioritas. “Apa yang menjadi penyebabnya benar- benar harus diketahui riil di lapangan,” lanjut Astama.
Karena itu penempatan aparat atau personel dari instansi maupun lembaga terkait dari pemerintah mesti dilakukan pada simpul-simpul kemacetan akut yang ada selama ini. Astama menilai, untuk kebutuhan personel atau SDM yang diplot pada sumber-sumber kemacetan Bali tidak kurang. “Saya kira untuk human recourses pemerintah tidak kurang,” ucapnya.
Yang jarang, kata dia adalah penempatan personel pada lokasi-lokasi macet atau krodit parah yang selama ini terjadi di lapangan,” lanjutnya. Dengan melihat langsung kondisi di lapangan, Astama menyatakan tentu akan dikenali secara lebih tepat apa penyebabnya, sehingga bisa dicarikan penyelesaiannya.
Pengaturan ulang interval atau jeda l nyala lampu hijau dan lampu merah pada lampu pengatur lalu lintas bisa di setting ulang. “Nyala lampu hijau (tanda boleh jalan) mungkin limitnya bisa lebih lama, sehingga ekor antrean kendaraan tidak demikian panjang,” geber tokoh pariwisata asal Kelurahan Sesetan, Denpasar Selatan.
Dia juga menyarankan penerapan teknologi seperti penggunaan drone untuk melakukan pemantauan kondisi arus lalin. Penanganan kemacetan dengan pengawasan dan pengaturan oleh personel, memperpanjang nyala lampu hijau pengatur lalin dan pengggunaan teknologi, solusi yang lebih murah dan efektif Setidaknya untuk masa sekarang ini, dibanding misalnya membangun infrastruktur seperti pembangunan jalan dan prasarana lain yang butuh dana tidak sedikit.
Apabila persoalan-persoalan lapangan tersebut berlarut-larut ditangani, kerja keras untuk mempromosikan Bali sepertinya akan percuma. “Biar sampai medidih bibihe, kalau di lapangan keadaannya tidak pembenahan akan sulit mengubah persepsi orang,” kata Astama.
Sementara soal suhu politik yang semakin menghangat jelang pilkada pada Oktober-November, Astama mengatakan tidak akan berdampak signifikan bagi pariwisata Bali. Alasannya, Oktober-November depan merupakan periode low season, baik bagi wisatawan nusantara maupun wisatawan manca negara. Karena periode keramaian kunjungan pada Juni-Juli-Agustus hingga September.
“Jadi, saya kira akan landai, kecuali ada hal-hal yang luar biasa mendahului,” demikian Nyoman Astama. K17.
Komentar