Harga Beras Siap-siap Naik Lagi
Bapanas sebut potensi kekurangan produksi beras tahun ini kurang lebih 5 ton
JAKARTA, NusaBali
Kepala Badan Pangan Nasional (Bapanas) Arief Prasetyo Adi menyebut harga beras berpotensi naik lagi. Kenaikan akan dipicu rendahnya produksi beras. Ia memproyeksikan produksi beras periode Januari-Juli 2024 mengalami surplus 0,64 juta ton atau sebesar 18,64 juta ton.
Tapi, berdasarkan data Survei Kerangka Sampel Area (KSA) Badan Pusat Statistik (BPS) angka tersebut lebih rendah 2,64 juta ton dibandingkan pada periode yang sama tahun sebelumnya.
"Berdasarkan proyeksi KSA BPS, amatan April 2024 total produksi beras Januari sampai Juli 2024 18,54 juta ton, lebih rendah 2,64 juta ton (minus 13,25 persen) dibanding periode yang sama pada periode tersebut," kata Arif dalam rapat dengar pendapat dengan Komisi IV DPR RI, seperti dilansir CNNIndonesia.com, Senin (10/6).
"Pada saat semester II, produksi pasti di bawah, sehingga akan ada perebutan gabah, itu yang akan memicu harga akan naik di setiap akhir tahun. Malah tahun ini dalam dua sampai tiga bulan ke depan akan diprediksi naik," tambahnya.
Kondisi itu katanya, menjadi perhatian khusus Badan Pangan. Pasalnya, kondisi terjadi di tengah Indonesia menghadapi musim kemarau. "Hal tersebut menjadi concern kami menghadapi bulan-bulan berikutnya mengingat kita memasuki musim kemarau," sambung dia.
Ia menjelaskan kenaikan harga gabah dan beras diprediksi akan menembus harga eceran tertinggi (HET) dan harga pembelian pemerintah (HPP) yang juga telah dinaikkan. Pemerintah melalui Badang Pangan Nasional sebenarnya baru saja menaikkan harga beras eceran sejak 1 Juni 2024, baik di pasar tradisional maupun retail modern.
Ini merupakan perpanjangan relaksasi harga eceran tertinggi (HET) beras. Kenaikan ini diteken dalam Surat Kepala Badan Pangan Nasional kepada stakeholder perberasan Nomor 160/TS.02.02/K/5/2024 tertanggal 31 Mei 2024.
Meski ada potensi kekurangan produksi beras tahun ini, Bapanas yakin produksi dalam negeri masih bisa digenjot. "Ini potensi kekurangan, kurang lebih 5 juta ton, potensi kekurangan (produksi tahun ini)," jelas kata Kepala Badan Pangan Nasional Arief Prasetyo Adi, ditemui di DPR RI, dikutip dari detikcom, Senin (10/6).
Saat ditanya, apakah akan ada penambahan impor beras tahun ini, Arief belum bisa memastikan. Ia menyebut saat ini saja masih ada kuota impor beras 1,6 juta ton yang belum dilakukan. Tahun ini pihaknya bersama Perum Bulog baru menyelesaikan impor beras sebanyak 2 juta ton.
"Sekarang saja dari 3,6 juta ton (kuota impor beras) baru 2 juta ton juga. Nanti kalau diperlukan (impor dilakukan). Kita usahakan dalam negeri, kita lagi minta dorong produksi dalam negeri. Sayang kalau 3 juta ton saja itu Rp 30 triliun, sayang kita ambil dari luar (luar negeri)," jelasnya.
Arief mengatakan untuk melakukan impor cukup sulit karena prosedur yang dilakukan rumit. Hal itu terkait dengan pencarian barangnya, kemudian harga yang tak menentu karena mengikuti kurs dolar, hingga bongkar muat di pelabuhan yang memakan waktu.
"Ambil dari luar itu kan juga effort, kita nggak mudah cari barang, currency sudah Rp 16.200, hari ini sudah Rp 16.300, sayang. Mendingan di Indonesia, apapun caranya ya termasuk ketersediaan air, pupuk, benih, penambahan luas lahan yang itu kewenangannya ada di Kementan," terang dia. 7
1
Komentar