nusabali

Cau Belayu Tampilkan Tedung Don Nangka dan Canang Rebong Don Simbar di Festival Marga 2024

  • www.nusabali.com-cau-belayu-tampilkan-tedung-don-nangka-dan-canang-rebong-don-simbar-di-festival-marga-2024

TABANAN, NusaBali - Ada yang menarik dari pelaksanaan Marga Festival 2024. Desa Cau Belayu yang diwakili oleh Sekaa Teruna Eka Darma Cita Banjar Seributi dalam parade baleganjur menampilkan sajian unik, yakni tedung (payung) serta canang rebong yang digunakan pentas menggunakan bahan organik yang ada di desa setempat.

Sesuai tema yang diberikan yakni pemulihan alam, bagian payung dibuat menggunakan don (daun) nangka kering, serta canang rebong menggunakan daun simbar. Meskipun pembuatan sedikit rumit, penampilan mereka sukses mengibur penonton pada Minggu (16/6) malam. 

Perbekel Cau Belayu I Putu Eka Jayantara mengatakan konsep alami dibuat karena sesuai dengan tema yakni pemulihan alam. Sehingga untuk bisa menyatu dengan konsep akhirnya tedung dan canang rebong dibuat dengan konsep daun. “Tedung dan canang rebong kami buat masing-masing dua buah,” ujarnya ketika dikonfirmasi Senin (17/6). 

Disebutkan tedung dibuat menggunakan don nangka ini hanya di bagian payung. Awalnya pembuatannya tidak menemukan konsep bagus, yakni dibuat menggunakan don nangka yang masih hijau. Setelah dipasang ternyata mengering, kemudian akhirnya digunakan don nangka yang sudah menguning. 

“Pembuatanya tidak begitu mudah memang. Sebelum don nangka ini kami pasang, bagian lingkar tedung kami buat menggunakan kain biasa, barulah kami tempel dengan don nangka yang sudah dibentuk rapi,” kata Jayantara. 


Satu tedung ini, kata Jayantara, menghabiskan sekitar ratusan lembar don nangka. Pada pembuatanya perlu keterampilan, sebab harus mencari terlebih dahulu don nangka yang sudah rontok di sekitara desa, barulah dipasang. 

Begitu pun untuk canang rebong, menurut Jayantara, dibuat menggunakan don simbar. Biasanya canang rebong dibuat menggunakan janur kali ini dibuat unik menggunakan daun simbar. Meskipun dalam pembuatan memerlukan tantangan, canang rebong dari simbar ini pun sempat menghipnotis penonton. “Kami juga warnai canang rebong ini dengan nuansa hijau,” ucapnya. 

Pada intinya, tegas Jayantara, penampilan dalam lomba baleganjur ini mereka kemas dengan sederhana. Artinya memanfaatkan sesuai apa yang ada di desa. Apalagi dalam tema parade baleganjur itu dibuat dengan konsep pemulihan alam. “Dalam penggarapan ini anak-anak membuat selama 2 minggu. Jadi yang dibuat sesuai kreasi anak-anak,” tegasnya. 

Jayantara menambahkan pementasan parade baleganjur dan Barong Bangkung untuk Desa Cau Belayu sudah digelar Minggu (16/6) malam sekitar pukul 21.00 Wita. Ada sekitar ratusan seniman yang terlibat dalam pagelaran Marga Festival itu. 

Festival Marga digelar selama 4 hari pada 13 – 17 Juni 2024. Dan selama itu pula potensi desa mulai dari kuliner hingga IKM terpajang di lapangan Taman Pujaan Bangsa Margarana sebagai lokasi tempat digelarnya festival. 

Camat Marga I Gede Nyoman Sugiarta mengatakan festival yang digelar baru pertama kali ini mengambil tema Marga Festival Marhen. Kenapa Marhen karena dilaksanakan serangkaian dengan Bulan Bung Karno. 

Disebutkan yang melatar belakangi digelarnya festival untuk menunjukkan persatuan 16 desa di Kecamatan Marga. Sebab banyak desa sekarang menggelar festival tersendiri, sehingga ada usulan dan sepakat menggelar festival tingkat kecamatan. Dibuat di tingkat kecamatan biar lebih kompak, biar lebih bersatu.

Selama festival tersebut ada beragam kegiatan yang dipentaskan. Bukan semata-mata untuk memberikan hiburan namun ingin mengenalkan kesenian, potensi desa, wisata hingga kuliner desa khas Marga. Kegiatan juga diramaikan dengan parade barong bangkung, fun bike, fun run, lomba tingkat sekolah hingga lomba e-sport. 7 des

Komentar