‘UOB Painting of the Year’ Targetkan Ribuan Peserta Seniman Lukis
MANGUPURA, NusaBali - ‘UOB Painting of the Year’ kembali hadir dengan harapan menarik ribuan peserta seniman lukis dari seluruh Indonesia. Pendaftaran untuk kompetisi bergengsi ini telah dimulai sejak 7 Mei 2024, dengan tujuan untuk menjaring talenta-talenta terbaik di dunia seni lukis.
Maya Rizano, Head of Strategic Communications and Brand, menjelaskan acara Artist Talk yang diselenggarakan adalah bagian dari rangkaian kegiatan kompetisi tahunan 14th UOB Painting of the Year yang dirancang untuk memberikan inspirasi kepada para seniman.
“Melalui Artists Talk, para narasumber yang merupakan pemenang kompetisi UOB Painting of the Year tahun-tahun sebelumnya akan memberikan informasi kenapa harus ikut kompetisi dan manfaatnya. Setelah menang, seniman bisa bertemu, bertukar pikiran atau gagasan dengan seniman lain dan menambah wawasan,” ujarnya saat ditemui di Museum Pasifika, Kawasan The Nusa Dua pada Sabtu (22/6) sore.
Tahun ini, lanjut Maya, menargetkan peningkatan jumlah peserta dari tahun sebelumnya 1.900 peserta. Kompetisi tersebut terbuka untuk semua usia dan tidak memiliki tema khusus, memberikan kebebasan bagi para seniman untuk mengekspresikan kreativitas mereka. Karya yang diterima dapat berbentuk dua dimensi atau tiga dimensi dengan ketebalan maksimal 5 centimeter dan ukuran maksimal 180 centimeter x 180 centimeter. Selain itu, pihaknya juga memiliki juri yang independen dan berpengalaman yaitu Melati Suryodarmo, Agung Hujatnika, dan Heri Pemad.
UOB Painting of the Year menyediakan dua kategori yaitu profesional dan pendatang baru. Para peserta akan bersaing untuk mendapatkan penghargaan UOB Painting of the Year, The Most Promising of the Year (Indonesia), diikuti dengan Gold, Silver, dan Bronze Award untuk masing-masing kategori. Pengiriman karya berlangsung hingga batas akhir pengiriman pada 2 Agustus 2024.
Kompetisi yang sudah dilakukan hingga ke-14 kalinya ini memiliki misi khusus, Maya mengatakan pihaknya memiliki misi untuk menjaga warisan budaya dan identitas bangsa. UOB berkomitmen untuk mendukung perkembangan seni rupa Indonesia melalui kompetisi yang telah berjalan selama 14 tahun.
“Kami percaya suatu bangsa memiliki masa depan yang cerah melalui seni. Kami ingin membangun masa depan ASEAN, salah satunya melalui seni rupa. Untuk syarat dan ketentuan lebih lanjut serta pendaftaran, dapat mengunjungi go.uob.com/UOBPOYID,” kata Maya.
Ditemui dalam kesempatan yang sama, Citra Sasmita, pemenang Gold Award tahun 2017, membawa gagasan tentang perempuan melalui teknik konvensional di atas kanvas. Kemenangannya mencatat sejarah sebagai kemenangan pertama untuk Bali di ajang ini pada saat itu. “Saya mengikuti lomba ini karena lewat karya saya bisa menggunakan itu sebagai alat untuk mengkritisi isu-isu sosial yang kita hadapi,” ungkap Citra.
Ke depan, dia berharap lebih banyak seniman perempuan muncul dan menang dalam ajang seperti ini, menunjukkan potensi besar yang dimiliki perempuan dalam dunia seni rupa. Sementara, Irene Febry, yang memenangkan kompetisi dengan seni kolasenya berjudul ‘Imagineri Dunia Fana’ di tahun 2021, juga berbagi tantangan yang dihadapinya. “Tantangan selama membuat seni lukis saat itu karena tahun ini salah satu kompetisi yang besar di Indonesia, sempat ragu tetapi saya coba saja ikut,” katanya.
Ni Nyoman Sani, pemenang tahun 2023 membawa karya yang merupakan akumulasi dari proses kreatifnya tentang cahaya dan tubuh, mengandung unsur rasa yang mendalam. Sani juga menyoroti kurangnya data tentang seniman perempuan dibandingkan dengan seniman laki-laki. “Saya menilai seniman perempuan saat ini harus kita data kembali dan angkanya jauh dari seniman laki-laki. Ketika saya menjadi ketua Seniwati, kami terdata sekitar 80 orang dewasa belum termasuk anak-anak. Kalau kita data kembali mungkin ada pertumbuhan,” jelas wanita asal Sanur, Denpasar itu. 7 ol3
Komentar