nusabali

Warisan Generasi Tukang Patri dari Desa Menyali, Buleleng

Perabotan dan Seni Alumunium di PKB XLVI

  • www.nusabali.com-warisan-generasi-tukang-patri-dari-desa-menyali-buleleng

DENPASAR, NusaBali - Salah satu produk UMKM yang dipamerkan di arena Pesta Kesenian Bali (PKB) XLVI di Taman Budaya, Denpasar adalah perabotan berbahan alumunium. Diantaranya kerajinan peralatan sarana upacara seperti bokor, keben, sangku, caratan, pabuan. Produk lainnya kap lampu, wadah tisu, suvenir, kotak busana dan yang lainnya. Desa Menyali, Kecamatan Sawan, Kabupaten Buleleng salah satu sentra kerajinan alumunium tersebut.

“Ini merupakan warisan dari  generasi tukang patri pangelingsir kami,” cerita Ketut Sukra Wenten,40, pemilik  UD Pak Gek Allumunium, salah satu UMKM kerajinan seni alumunium dari  Banjar Kanginan, Menyali, Sawan, Buleleng, Sabtu(22/6).

Kepada NusaBali Sukra Wenten menuturkan, dulu  tukang patri yakni tukang servis dan tambal perabotan rumah tangga/dapur, seperti wajan, dandang, panci dan lainnya, merupakan salah satu keterampilan warga di Desa Menyali. Yang menekuni pekerjaan ini tak banyak, hanya  9 orang.

Walau demikian, keterampilan mereka mereparasi perkakas dapur, membuat Desa Menyali dikenal sebagai ‘desa asal tukang patri’.  Salah satunya adalah  I Wayan Nesa (alm), yang nota bene merupakan  kakek dari Sukra Wenten.

Namun seiring waktu berjalan, permintaan jasa tukang patri perlahan-lahan semakin berkurang. Hal itu karena orang yang sebelumnya banyak  menggunakan perabotan dapur berbahan  logam keras yakni wajan (baja), besi dan lainnya, beralih memakai perabotan berbahan  alumunium.  Dan perabotan aluminium tak perlu dipatri.

Karena pekerjaan tukang patri tak bisa lagi jadi andalan mata pencaharian,  I Wayan Nesa (alm) kemudian merintis  membuat kerajinan berbahan alumunium. Antara lain  membuat sangku, bokor, tempat tirta, caratan, tudung saji, pabuan dan lain.

Dari situlah awal kerajinan  perabotan, peralatan dan seni dari bahan alumunium di Desa Menyali. Sukra Wenten, merupakan generasi ketiga, setelah kakeknya, I Wayan Nesa dan ayahnya yang bernama I Nyoman Nika, yang kini berusia 77 tahun.

Sebagai penerus, Sukra Wenten bertekad untuk menjaga ‘warisan’ pangelingsirnya. Selain tetap membuat perabotan dan peralatan sarana penunjang upakara, dia mencari  peluang lain dengan media yang sama, yakni alumunium.

 “Tiyang mencoba berkreasi mengerjakan kerajinan yang bisa dipasarkan lebih luas lagi,” lanjut perajin yang sempat ikut kompetisi  event Tudung Saji Nusantara 2020 yang diadakan Direktorat Industri Kecil Menengah dan Aneka, Kementerian Perindustrian RI.

Maka dia membuat antara lain tempat tisu, kap lampu, hiasan dinding dan lainnya. Sifat alumunium yang elastis, sehingga gampang dibentuk, memudahkan perajin membuat produk, sesuai dengan keinginan atau pesanan pelanggan.  Sehingga kerajinan alumuniumnya terus berkembang. Tahun 2004  sudah ekspor, karena ada permintaan dari luar negeri.

“Astungkara dari sekian banyak permintaan semua bisa dipenuhi, “ceritanya berlanjut. Untuk produksi, Sukra Wenten dibantu 6 tukang. Kerajinan dan seni alumunium merupakan salah satu potensi mayoritas  warga di Desa Menyali. “Karena dari 9 pangelingsir kami yang merintisnya sejak tahun 1977, kemudian  berkembang menjadi pekerjaan rumah tangga,”  ujar Sukra Wenten.

Saat ini ada sekitar 36 perajin yang menekuni  membuat perabotan upacara dan kerajinan seni ulumunium. Peminat maupun konsumennya  tidak saja di Bali, namun juga berbagai daerah di tanah air. Diantaranya  di Sulawesi, Lombok, Jakarta, Bandung, Jogjakarta, Tangerang dan lainnya. 

Beberapa diantaranya mendapat pesanan dari luar negeri untuk ekspor. Salah satunya adalah Sukra Wenten. Dia melayani permintaan dari Abu Dhabi (Qatar), Australia, Jepang, Belanda dan buyer dari negara lainnya.

Untuk pemasaran di tanah air, selain peralatan upakara, produk suvernir pernikahan juga  banyak dipesan. ”Bisa pesan, berisi nama mempelai,” terangnya. Juga ada pesanan berupa  wadah, box atau kotak untuk wadah busana keagamaan.

Harga produk kerajinan dan seni alumunium  bergantung jenis, desain, proses pengerjaan termasuk berat atau tebal -tipisnya. Mulai dari harga Rp500  seperti semacam gantungan kunci, sampai harga di kisaran Rp225 ribu. “ Itu sudah produk premium,”  kata Sukra Wenten.

Di arena PKB XLVI, perabotan, kerajinan seni berbahan alumunium  merupakan salah satu produk UMKM yang meramaikan event tahunan ini.k17.

Komentar