17.051 Warga di Buleleng Menganggur
Disnaker juga menyoroti adanya 844 pengangguran lulusan perguruan tinggi di Buleleng.
SINGARAJA, NusaBali
Jumlah pengangguran di Kabupaten Buleleng nampaknya cukup tinggi. Data yang dihimpun Dinas Ketenagakerjaan Kabupaten Buleleng menunjukkan ada sebanyak 17.051 warga yang menganggur. Pemerintah tengah mencari formulasi untuk meningkatkan daya serap tenaga kerja guna mengurangi angka pengangguran.
Pelaksana Tugas (Plt) Kepala Dinas Tenaga Kerja Kabupaten Buleleng, Made Arya Sukerta menyampaikan, dari 17.051 orang menganggur di Buleleng, mayoritas didominasi oleh lulusan SD dengan jumlah 6.333. Angka ini lebih tinggi dibanding pengangguran yang merupakan lulusan SMA (5.130), SMK (3.692), dan SMP (1.052).
Arya Sukerta mengungkapkan, masih banyaknya pengangguran di Buleleng disebabkan oleh adanya ketimpangan antara kebutuhan pasar kerja dengan kualifikasi pendidikan dan keterampilan yang dimiliki oleh sebagian besar pencari kerja di Buleleng. “Ada gap kompetensi dengan kualifikasi. Kompetensi dengan kualifikasi yang dibutuhkan berbeda, ujarnya, Kamis (27/6) di Buleleng.
Sukerta juga menyoroti adanya 844 pengangguran lulusan perguruan tinggi di Buleleng. Ia menjelaskan sebagian dari pengangguran itu bisa disebabkan oleh pengangguran friksional, di mana kualifikasi yang dibutuhkan untuk posisi tertentu tiba-tiba dinaikkan, sehingga pelamar yang sebelumnya memenuhi syarat menjadi tidak qualified.
“Di Buleleng ada kasusnya (pengangguran friksional) tapi tidak banyak. Tidak sampai puluhan. Sementara SMK, yang datang dari sekolah vokasi jumlahnya mencapai 3.692. Artinya, walaupun berangkat sekolah vokasi belum tentu terserap,” ucap dia.
Pemerintah Kabupaten Buleleng sendiri memiliki Balai Latihan Kerja (BLK) untuk membantu para pengangguran, terutama lulusan SD dan SMP, untuk berwirausaha. Namun, Arya Sukerta menekankan pentingnya kolaborasi dengan berbagai pihak untuk mengatasi persoalan pengangguran secara komprehensif.
“Karena lulusan BLK kami harapkan bisa mandiri berwirausaha. Lebih banyak diarahkan ke sana. Karena lulusan SD dan SMP serapan ke tenaga kerja sedikit. Mereka akan menempati pos-pos yang tidak strategis,” sambungnya.
Persoalan pengangguran ini, lanjut Arya Sukerta, Pemerintah tengah mencari formulasi untuk lebih meningkatkan daya serap tenaga kerja. “Harus kami monitor lagi. Sehingga tenaga kerja kompeten langsung bisa bekerja. Tidak perlu lagi training. Sumberdaya tenaga kerja itu harus begitu. Bursa tenaga kerja yang lebih intens akan mempengaruhi serapan tenaga kerja lebih banyak,” tutup dia.7 mzk
1
Komentar