Tembok Kolam Renang Warisan Belanda Roboh
Panyengker (tembok keliling) Kolam Renang Lila Harsana milik Pemkab Klungkung, di Jalan Gunung Rinjani, Kelurahan Semapura Kangin, Kecamatan/Kabupaten Klungkung, roboh, Rabu (9/8) dini hari, sekitar pukul 00.30 Wita.
SEMARAPURA, NusaBali
Diduga, tembok ini termakan usia karena dibangun pada zaman penjajahan Belanda era-1930. Informasi di lokasi, robohnya panyengker tersebut ditandai suara gemuruh, diiringi suara anjing mengonggong. Penjaga kolam, pasangan suami-istri, Komang Sumadana-Ni Wayan Wisnawati, sempat mengira suara itu karena ada gempa. “Saya kira ada gempa. Begitu ke luar kamar, ternyata sudah ramai warga berkerumun di areal kolam,” ujar Wisnawati kepada NusaBali. Setelah dicek ternyata tembok panyengker kolom di sisi utara dengan panjang 30 meter dan tinggi 2,5 meter itu sudah roboh dan menimpa dua buah Palinggih; Padmasana dan Panyawangan Puri Agung Klungkung. Terkesan ajaib, karena kedua palinggih tersebut tidak sampai roboh padahal ditimpa tiang bangunan.
Penjaga kolam renang ini memperkirakan robohnya panyengker juga karena tekanan akar pohon yang ada ditelajakan utara tembok. Usai kolam renang tersebut juga sudah tua.
Musibah ini mendapat perhatian Bupati Klungkung I Nyoman Suwirta bersama wakilnya, Made Kasta, dan berkunjung ke lokasi. Dilokasi, Bupati meminta dinas terkait untuk segera menangani.
Selain penanganan dalam waktu dekat berupa pembersihan puing, Bupati juga menginstruksikan untuk segera dibuatkan perencanaan. “Ini harus segera dibuatkan perencanaan,” ujar Bupati Suwirta di hadapan Sekda Klungkung, I Gede Putu Winastra.
Bupati berharap keberadaan kolam renang ini bisa dikembalikan seperti zaman dulu, sehingga bisa menjadi destinasi wisata yang menyatu dengan Kertagosa dan Puri Agung Klungkung. “Minimal bentuknya seperti zaman dulu. Kami juga akan koordinasikan lebih lanjut dengan Puri Agung Klungkung,” ujar Bupati Suwirta. Dalam waktu dekat, pihaknya akan menggelar upacara Guru Piduka di lokasi. Untuk sementara aktivitas di kolam renang ditutup.
Sebagaimana diketahui, kolam renang Lila HHarsana adalah salah satu peninggalan penjajahan Belanda dan Kerajaan Klungkung. Kolam di timur laut jantung Kota Semarapura ini dulunya merupakan tempat permandian Raja-raja Klungkung atau sebagai taman kerajaan.
Dikonfirmasi terpisah, Kepala Dinas Kebudayan dan Olahraga (Disbudpora) Klungkung I Nyoman Mudarta selaku leading sektor pengelola kolam tersebut mengakui kondisi tembok panyengker itu sudah tua bahan perekatnya juga bukan semen, melainkan pamor (kapur). Seiring perkembangan zaman, kolam ini dijadikan kolam renang umum, sering digunakan siswa untuk berolahraga dan latihan renang.
Kata Mudarta, kolam ini telah melahirkan atlet renang Internasional asal Klungkung, I Gede Siman Sudartawa. Karena untuk siswa dan atlet, maka Pemkab tidak terlalu mencari keuntungan. Karena jika dibandingkan dengan biaya operasi dengan pendapatan, tidak seimbang. Rata-rata biaya sebulan Rp 8 juta. Di antaranya, biaya pembersihan air Rp 2 juta, listrik Rp 500.000, obat kolam Rp 3 juta, gaji dua pegawai kontrak Rp 2,6 juta.
Sedangkan pendapatan sebulan sekitar Rp 1 juta. Misal, pemasukan Juli 2017 hanya 1,24 juta. Kolam renang ini dibuka pagi pukul 07.00-10.00 Wita dan sore pukul 15.00 - 18.00 Wita. Anak-anak dikenakan tiket masuk Rp 2.000/jam dan dewasa Rp 4.000/jam. *wa
Penjaga kolam renang ini memperkirakan robohnya panyengker juga karena tekanan akar pohon yang ada ditelajakan utara tembok. Usai kolam renang tersebut juga sudah tua.
Musibah ini mendapat perhatian Bupati Klungkung I Nyoman Suwirta bersama wakilnya, Made Kasta, dan berkunjung ke lokasi. Dilokasi, Bupati meminta dinas terkait untuk segera menangani.
Selain penanganan dalam waktu dekat berupa pembersihan puing, Bupati juga menginstruksikan untuk segera dibuatkan perencanaan. “Ini harus segera dibuatkan perencanaan,” ujar Bupati Suwirta di hadapan Sekda Klungkung, I Gede Putu Winastra.
Bupati berharap keberadaan kolam renang ini bisa dikembalikan seperti zaman dulu, sehingga bisa menjadi destinasi wisata yang menyatu dengan Kertagosa dan Puri Agung Klungkung. “Minimal bentuknya seperti zaman dulu. Kami juga akan koordinasikan lebih lanjut dengan Puri Agung Klungkung,” ujar Bupati Suwirta. Dalam waktu dekat, pihaknya akan menggelar upacara Guru Piduka di lokasi. Untuk sementara aktivitas di kolam renang ditutup.
Sebagaimana diketahui, kolam renang Lila HHarsana adalah salah satu peninggalan penjajahan Belanda dan Kerajaan Klungkung. Kolam di timur laut jantung Kota Semarapura ini dulunya merupakan tempat permandian Raja-raja Klungkung atau sebagai taman kerajaan.
Dikonfirmasi terpisah, Kepala Dinas Kebudayan dan Olahraga (Disbudpora) Klungkung I Nyoman Mudarta selaku leading sektor pengelola kolam tersebut mengakui kondisi tembok panyengker itu sudah tua bahan perekatnya juga bukan semen, melainkan pamor (kapur). Seiring perkembangan zaman, kolam ini dijadikan kolam renang umum, sering digunakan siswa untuk berolahraga dan latihan renang.
Kata Mudarta, kolam ini telah melahirkan atlet renang Internasional asal Klungkung, I Gede Siman Sudartawa. Karena untuk siswa dan atlet, maka Pemkab tidak terlalu mencari keuntungan. Karena jika dibandingkan dengan biaya operasi dengan pendapatan, tidak seimbang. Rata-rata biaya sebulan Rp 8 juta. Di antaranya, biaya pembersihan air Rp 2 juta, listrik Rp 500.000, obat kolam Rp 3 juta, gaji dua pegawai kontrak Rp 2,6 juta.
Sedangkan pendapatan sebulan sekitar Rp 1 juta. Misal, pemasukan Juli 2017 hanya 1,24 juta. Kolam renang ini dibuka pagi pukul 07.00-10.00 Wita dan sore pukul 15.00 - 18.00 Wita. Anak-anak dikenakan tiket masuk Rp 2.000/jam dan dewasa Rp 4.000/jam. *wa
1
Komentar