nusabali

Paus ‘Menari’ di Perairan Uluwatu Curi Perhatian

Banyak Diposting di Media Sosial

  • www.nusabali.com-paus-menari-di-perairan-uluwatu-curi-perhatian

DENPASAR, NusaBali - Seekor paus terlihat mengibas-ngibaskan ekor dan siripnya di perairan dekat Uluwatu, Kuta Selatan, Badung.

Video mamalia laut raksasa di tengah terik matahari tersebut banyak diposting media sosial pada, Selasa (2/7). Pemandangan menakjubkan yang diambil dari atas laut pun membuat warganet terkesima. “Indah banget” tulis salah seorang warganet. 

Berdasarkan identifikasi pihak Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) Bali paus dalam video tersebut diduga jenis paus bungkuk atau humpback whale (Megaptera novaeangliae). Plt Kepala Sub Bagian Tata Usaha BKSDA Bali, Kadek Andina Widiastuti mengatakan bukan tanpa alasan paus melakukan aktivitas mengibas-ngibaskan ekor dan siripnya seperti dalam video beredar. Ia menjelaskan, paus mungkin menggunakan suara keras yang dihasilkan dari ekor mereka untuk berkomunikasi dengan paus lainnya. 

Gerakan mengibaskan bagian tubuhnya secara kuat juga dapat digunakan paus untuk mengumpulkan atau menakut-nakuti ikan agar berkumpul sehingga lebih mudah ditangkap. Di samping itu, gerakan-gerakan tersebut juga bisa menjadi cara untuk mengusir predator atau mengirimkan sinyal peringatan. Namun demikian, kadang-kadang perilaku ini juga dilakukan dalam konteks sosial, misalnya selama permainan atau interaksi dengan paus lainnya. 

“Mengibaskan ekor adalah perilaku yang umum dilakukan oleh paus bungkuk dan merupakan bagian dari kehidupan mereka di laut. Paus bungkuk dikenal memiliki beragam perilaku yang menarik dan kompleks, dan mengibaskan ekor adalah salah satunya,” jelas Andina. 

Perairan selatan Bali merupakan salah satu jalur migrasi tahunan mamalia laut besar termasuk paus. Mayoritas ikan dan mamalia laut mengikuti upwelling (pembalikan massa air) arus hangat yang kaya akan plankton sebagai sumber makanan. Namun sejumlah masalah dapat mengganggu salah satu mamalia yang dilindungi keberadaannya ini. Tahun lalu setidaknya tiga paus dilaporkan terdampar di perairan selatan Bali. Kepala Balai KSDA Bali Agus Budi Santoso pada saat itu membeberkan beberapa penyebab paus terdampar hingga mati di pesisir. 

Pertama yakni kebisingan suara di laut yang mempengaruhi sonar. Seperti misalnya yang terjadi di laut Bahamas pada tahun 2000, di mana ditemukan paus yang terdampar dan diduga penyebabnya akibat pengaruh suara dari sonar yang digunakan oleh kapal angkatan laut. “Selain terkait sonar, perubahan cuaca yang ekstrem, perubahan kontur laut, dan terjadinya arus yang ekstrem juga bisa jadi penyebab paus terdampar dalam jumlah cukup besar dalam waktu berdekatan,” kata Agus Budi. 7 a

Komentar