Inovasi Medis dari Politeknik Negeri Bali, Alat Otomatis Pengukur Badan dan Tensi
DENPASAR, NusaBali - Dua inovasi teknologi terbaru yang membantu dunia medis, yakni pengukuran tensi ataupun mengukur tinggi dan berat badan, ditampilkan di stand expo Job Fair dan Business Matching yang diadakan Politeknik Negeri Bali (PNB) di SMK Negeri 3 Denpasar, Rabu (3/7).
Salah satu pembimbing dari jurusan Teknik Otomasi Politeknik Negeri Bali (PNB) Made Adi Yasa, mengungkapkan dua inovasi teknologi terbaru yang dikembangkan oleh mahasiswa mereka, yakni, Otomeasurement dan We Care. Kedua alat ini tidak hanya memenangkan penghargaan dalam kompetisi teknologi, tetapi juga menawarkan solusi inovatif untuk kebutuhan kesehatan yang relevan. Alat ini terinsipirasi saat pandemi Covid-19, di mana sentuhan fisik dibatasi.
Otomeasurement adalah alat yang dirancang untuk mengukur berat badan, tinggi, suhu tubuh, dan indeks massa tubuh (BMI) secara otomatis. Dengan hanya berdiri di atas alas yang disediakan, beberapa komponen pengukuran secara otomatis akan mengambil data yang akurat dan mencetak hasilnya langsung melalui printer terintegrasi. Inspirasi alat ini muncul dari kebutuhan akan pengukuran yang tidak memerlukan kontak langsung dengan pasien, sehingga meningkatkan kecepatan dan akurasi hingga 99,99 persen.
“Satu alat ini merangkap berbagai hal, dan sempat kami ikutkan lomba dan mendapatkan juara III,” kata Adi Yasa ditemui di sela-sela acara, Rabu (3/7).
Selain itu, ada We Care, yakni pengembangan lain yang mendapatkan pengakuan internasional dengan meraih juara I di festival teknologi di Singapura. “Alat ini secara otomatis dapat mengukur tekanan darah, detak jantung, kadar oksigen, dan suhu tubuh secara otomatis, mengurangi interaksi fisik yang tidak perlu dalam proses pengukuran kesehatan. Hanya tinggal menempelkan alat yang berisi sensor, data tubuh secara otomatis terukur dan tentunya akurat,” ucapnya.
Adi Yasa juga menjelaskan, kedua inovasi ini didorong oleh pandemi Covid-19 untuk meminimalkan sentuhan langsung dengan pasien atau usernya, serta meningkatkan efisiensi dan kecepatan pengukuran. “Kesulitan dalam alat ini adalah pada mengkalibrasi sensor-sensor yang digunakan, karena pengaruh lingkungan dapat mempengaruhi akurasi alat ini. Alat ini juga bias terhubung ke smartphone,” tandasnya.
Dia juga mengungkapkan meskipun telah menunjukkan potensi yang signifikan, mereka masih menghadapi kendala dalam mengubah mindset masyarakat mengenai peran otomasi dalam kehidupan sehari-hari.
"Industri di Bali saat ini belum sepenuhnya memahami kebutuhan akan teknologi ini," katanya. "Kami belum mendapat kesempatan untuk menjalin kerja sama dengan intansi terkait yang mungkin bisa menggunakan alat ini seperti puskesmas, instansi pemerintah, militer, dan sektor lainnya untuk menerapkan teknologi ini secara lebih luas," imbuh Adi Yasa.
Saat ini, meskipun belum ada kerja sama resmi, tim Teknik Otomasi PNB terus mengembangkan inovasi mereka, siap untuk berkolaborasi dengan pihak-pihak yang tertarik memanfaatkan potensi teknologi ini untuk meningkatkan pelayanan kesehatan dan efisiensi di berbagai sektor. “Ini adalah semua hasil eksplor mahasiswa kita sendiri. Ini mereka yang mengembangkan sendiri. Otomasi itu bukan sekadar mesin tapi itu lebih ke mikro kontroler,” tandasnya. 7 cr79
1
Komentar