nusabali

Mengenal Tari Janger Melampahan dari Sanggar Waringin Emas, Desa Pejeng Kangin, Tampaksiring

Berkisah Tentang Senopati Kuturan dalam Lakon ‘Tri Lingga Murti’

  • www.nusabali.com-mengenal-tari-janger-melampahan-dari-sanggar-waringin-emas-desa-pejeng-kangin-tampaksiring

Gending-gending Janger ini memiliki ciri khas serta mengandung nilai-nilai pendidikan, spiritual, sosial, toleransi, cinta kasih, tanggung jawab, hingga kebangsaan

DENPASAR, NusaBali 
Sanggar Kesenian Waringin Emas, Banjar Pesalakan, Desa Pejeng Kangin, Kecamatan Tampaksiring, Duta Kabupaten Gianyar, pentas di ajang Pesta Kesenian Bali (PKB) XLVI, Kamis (4/7). Tampil di hadapan penonton Gedung Ksirarnawa, Taman Budaya Provinsi Bali (Art Center) Denpasar, kelompok ini membawakan Tari Janger klasik melampahan (dengan lakon) bertajuk ‘Tri Lingga Murti’. 

“Walau dipadu dengan lelampahan, tetapi dalam penyajiannya tetap menampilkan pakem janger sebagai jenis tari pergaulan,” ujar Pembina Sanggar Kesenian Waringin Emas, IAA Yuliaswathi Manuaba, ditemui jelang pentas. Ditarikan secara berkelompok dan berpasangan dengan penuh kegembiraan. Para penari menari sambil membawakan gending-gending dengan nada pelod dan selendro.

Penari janger (wanita) dengan penari kecak (laki-laki) matembang (menyanyi) saling bersahutan, dengan suasana senang dan riang gembira. Gending-gendingnya yang ditampilkan lebih banyak bernapaskan religi, cinta tanah air, atau kebangsaan, kemanusiaan, dan cinta alam semesta.

“Gending-gending itu, mengajak kita semua untuk menjalani kehidupan seutuhnya dalam konsep Tri Hita Karana,” kata Yuliaswathi. Konsep itu, yakni berbakti kepada Tuhan, menjaga hubungan baik dengan sesama dan hubungan manusia harmonis dengan alam. Janger ini, menampilkan 14 pasang muda dan mudi dari Sekaa Teruna Dharma Bakti Banjar Pesalakan yang merupakan sekaa janger pertama kali muncul di Kecamatan Tampaksiring.

“Kami menampilkan Janger tradisi bukti generasi muda Bali tetap menjaga kelestarian janger,” paparnya. Sebagai warisan budaya yang adiluhung, pakem-pekem janger wajib hukumnya untuk tetap dijaga, namun penting pula merevitalisasi gending-gending Janger yang telah lama ditinggalkan. Gending-gending Janger yang disajikan memiliki ciri khas serta mengandung nilai-nilai pendidikan spiritual, sosial, kebersamaan, toleransi, cinta kasih, tanggung jawab, sopan santun, dan kebangsaan.

Karena itu, dalam penampilannya janger ini tidak hanya menghibur, tetapi dapat memetik pesan dan nilai-nilai positif yang ada. “Ini menjadi salah satu media mempersatukan generasi muda Bali, sekaligus menjadi bukti generasi muda tetap mencintai dan melestarikan seni warisan leluhurnya,” imbuhnya. Janger Waringin Emas mengambil lakon Tri Lingga Murti yang mengisahkan diutusnya Senopati Kuturan oleh Sri Makuta Wangsa Wardana untuk menyelesaikan sengketa 9 sekte yang sedang berkonflik di Bali.

Dalam penyajiannya, diawali dengan pengaksama Janger, seperti memperkenalkan diri, sekaligus menyampaikan ucapan selamat datang dan ungkapan terima kasih atas kehadiran para penonton yang menyaksikan pertunjukan janger. Dalam adegan pepeson Janger Gending medabdaban, lalu ada Gending Manah Iseng, Gending Dong Dabdabang, Mula Kutuh, Stambur Kecak I, Titiang Lacur, Gending Pesta Kesenian Bali. Ada Gending Putih Putih Saput Anduk, Stambur Ii, Gending Nguyeg Kacang, kemudian menampilkan Lakon ‘Tri Lingga Murti’. Setelah itu dilanjutkan dengan Gending Mulih. Janger ini diiringi dengan gong barungan Semar Pegulingan yang melibatkan 30 orang penabuh. 7 a 

Komentar